Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bagaimana Kita Sebagai Orang Tua Bersikap Terhadap Kaum Pelangi yang Semakin Terbuka?

13 Juni 2024   07:18 Diperbarui: 13 Juni 2024   09:07 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Isu mengenai Kaum Pelangi merupakan topik yang kompleks dan sensitif, yang melibatkan isu-isu sosial, agama, dan hak asasi manusia. Berbagai pandangan dan perspektif tercermin dalam diskusi ini, menciptakan dinamika yang kaya namun penuh tantangan.

Dalam artikel sederhana ini, kita akan menyelami berbagai sudut pandang mengenai Kaum Pelangi, pentingnya menghormati hak asasi manusia, sekaligus menghargai kewajiban asasi, serta bagaimana kita bisa mencapai kesatuan dalam keberagaman melalui dialog dan toleransi.

Semakin Banyak Anak Muda Mengakui Diri Mereka Kaum Pelangi

Tren meningkatnya identifikasi sebagai Kaum Pelangi di kalangan Generasi Z mencerminkan perubahan budaya dan sosial yang signifikan dalam masyarakat Amerika Serikat. Menurut survei Gallup, angka ini mencapai 22 persen, jauh di atas generasi sebelumnya. Ini menandakan pergeseran dalam pandangan dan penerimaan terhadap keberagaman seksualitas dan gender, terutama di antara generasi muda.

Faktor-faktor seperti penerimaan sosial yang lebih besar, representasi Kaum Pelangi yang lebih banyak di media dan platform sosial, serta akses yang lebih mudah terhadap informasi dan komunitas, semuanya telah berkontribusi terhadap peningkatan ini. Generasi Z dikenal karena keterbukaan mereka terhadap identitas gender dan seksualitas, serta semangat mereka dalam menantang norma-norma gender tradisional.

Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua negara memiliki tingkat penerimaan yang sama terhadap kaum pelangi. Di negara-negara yang lebih konservatif, pengakuan sebagai anggota Kaum Pelangi masih dianggap tabu dan dapat menyebabkan stigma dan diskriminasi.

Perlu diingat bahwa orang dewasa Gen Z merupakan 7% dari sampel nasional Gallup tahun 2017, tetapi pada tahun 2021 menyumbang 12% karena lebih banyak dari generasi tersebut mencapai usia 18 tahun selama empat tahun terakhir. Sekarang proporsi Gen Z yang jauh lebih besar, tetapi masih belum semuanya, telah menjadi dewasa.

Peningkatan tajam dalam identifikasi kaum pelangi di antara Gen Z sejak 2017 menunjukkan bahwa mereka yang telah berusia 18 tahun sejak 2017 lebih mungkin dibandingkan anggota generasi yang lebih tua untuk mengidentifikasi diri sebagai kaum pelangi.

Jika tren dalam Gen Z berlanjut, proporsi orang dewasa Amerika dalam generasi tersebut yang mengatakan bahwa mereka adalah kaum pelangi akan tumbuh lebih tinggi lagi setelah semua anggota generasi Z tersebut mencapai usia dewasa.

Selain hasil survei Gallup, penelitian YPulse juga menunjukkan bahwa jumlah anak muda yang mengidentifikasi diri sebagai kaum pelangi telah meningkat dalam lima tahun terakhir dan ada berbagai faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan identifikasi kaum pelangi, termasuk akses ke representasi, informasi, dan komunitas di platform sosial.

Survei yang dilakukan YPulse menunjukkan bahwa Gen Z lebih terbuka daripada generasi sebelumnya tentang identitas gender dan seksualitas mereka, dan mereka menantang norma-norma gender tradisional dalam upaya menciptakan masa depan yang lebih inklusif untuk semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun