Memasuki kompleks makam, terlihat beberapa peti batu berukir kepala manusia yang tidak tertanam di dalam tanah, melainkan berada di atas permukaan tanah. Peti batu ini digunakan untuk memakamkan raja-raja keturunan Sidabutar dan beberapa kerabat mereka. Sekilas tentang ketiga makan raja tersebut, yaitu:
- Makam Raja Pertama:Â Raja pertama yang dimakamkan di sini belum memeluk agama dan menganut aliran kepercayaan Parmalin. Peti batunya diukir dengan gambar sang raja yang memanggul anak, melambangkan tanggung jawab dan kepemimpinan yang kuat.
- Makam Raja Kedua: Raja kedua juga menganut kepercayaan Parmalin dan dikenal memiliki kesaktian tinggi. Makamnya diukir dengan kepala berambut gimbal, yang melambangkan kesaktian dan kekuatan spiritual. Rambut gimbal pada patung ini menunjukkan bahwa raja tersebut tidak boleh memotong rambutnya, sebuah tanda kesucian dan kekuatan. Di belakang kepala peti batu terdapat tiga tungku, melambangkan nilai-nilai penting dalam budaya Batak yaitu saling menghormati, saling menasihati, dan saling menghargai. Di bawah kepala raja terdapat patung Syech Said, seorang ulama Islam dari Takengon Aceh, yang berguru kepada raja kedua dan menjadi panglima perangnya. Patung ini menunjukkan hubungan dan penghormatan antara kepercayaan lokal dan pengaruh luar.
- Makam Raja Ketiga:Â Raja ketiga, Solompoan Sidabutar, sudah memeluk agama Kristen setelah kedatangan misionaris Eropa bernama Nomensen. Peralihan ke agama Kristen ditandai dengan patung dan simbol-simbol Kristen yang mengiringi makamnya, menunjukkan perubahan kepercayaan yang terjadi dalam sejarah Batak.
Di depan kompleks makam berdiri gapura besar yang dihiasi dengan ornamen warna merah, hitam, dan putih, yang merupakan simbol spiritual orang Batak.
Pada gapura ini terdapat ukiran cicak yang menghadap empat payudara. Cicak melambangkan kemampuan adaptasi orang Batak yang dapat hidup di mana saja, sedangkan empat payudara melambangkan keinginan memiliki banyak anak.
Mengunjungi kompleks makam raja-raja kuno Batak di Desa Tomok memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi pecinta budaya dan sejarah. Ini memungkinkan pengunjung untuk melihat langsung peninggalan sejarah dan memahami lebih dalam tradisi dan kepercayaan masyarakat Batak, serta simbol-simbol yang memiliki makna penting dalam kehidupan mereka.
Berbelanja Suvenir dan Mengatur Waktu Pulang
Sebelum kembali ke pelabuhan, kami menyempatkan diri untuk berbelanja suvenir di pasar yang berderet di Tomok. Berbagai barang khas Batak seperti ulos, patung, dan kerajinan tangan tersedia di sini.
Penting untuk menawar harga saat berbelanja, karena pedagang seringkali mempermainkan harga kepada pengunjung. Jangan ragu untuk bernegosiasi dan membandingkan harga di beberapa kios sebelum memutuskan untuk membeli.
Waktu cepat berlalu, dan kami harus kembali ke pelabuhan sebelum hari gelap. Jika Anda menggunakan kapal feri atau kapal motor reguler, pastikan untuk tidak terlena di Desa Tomok dan segera beranjak ke pelabuhan sebelum jam 7 malam, karena tidak ada lagi kapal yang akan membawa Anda kembali ke Parapat setelah waktu tersebut.
Akan tetapi, dengan menyewa kapal motor privat, kami dapat menikmati kebebasan waktu yang lebih panjang dan pulang lebih malam dengan nyaman.
Tempat Menarik Lainnya di Pulau Samosir