Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pentingnya Sikap Tabayyun dalam Menghadapi Derasnya Informasi di Era Digital

10 Juni 2024   15:01 Diperbarui: 10 Juni 2024   15:33 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Di era digital yang serba cepat ini, informasi datang begitu deras dari berbagai arah. Mulai dari media sosial, berita daring, hingga pesan instan yang kita terima setiap hari. Sebagai seorang muslim, kita dihadapkan pada tantangan besar untuk menyaring mana informasi yang benar dan mana yang hanya sekadar hoaks atau fitnah.

Disinilah pentingnya menerapkan sikap tabayyun dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sikap untuk selalu mencari kejelasan dan verifikasi terhadap informasi sebelum bertindak atau mempercayainya.

Tabayyun, dalam bahasa Arab, berarti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga benar-benar jelas. Ini adalah ajaran yang sangat ditekankan dalam Islam, terutama dalam menghadapi berbagai macam berita. Allah SWT menegaskan dalam Surah Al-Hujurat (49) ayat 6:

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."

Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu memverifikasi informasi sebelum mempercayainya atau menyebarkannya. Jangan sampai kita menjadi penyebab kerugian bagi orang lain hanya karena kecerobohan dalam menyikapi berita.

Menghadapi Informasi di Era Digital

Dalam dunia yang serba cepat ini, berita bisa menyebar hanya dalam hitungan detik. Informasi yang kita terima bisa mempengaruhi perasaan dan tindakan kita. Kadang, tanpa sadar, kita ikut menyebarkan informasi negatif yang sebenarnya belum tentu benar. Hal ini bisa menimbulkan rasa benci, permusuhan, dan bahkan memecah belah umat.

Bayangkan jika kita terburu-buru menyebarkan informasi yang ternyata salah. Energi kita akan habis untuk konflik yang tidak perlu, dan umat pun menjadi lemah. Dalam kondisi seperti ini, sangat sulit untuk membangun peradaban yang kuat dan maju. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita untuk selalu berhati-hati dan memastikan kebenaran informasi melalui tabayyun.

Langkah-Langkah Tabayyun dalam Kehidupan Sehari-Hari

Lalu, bagaimana kita bisa menerapkan sikap tabayyun dalam keseharian kita? Pertama, mari kita selalu kembalikan setiap masalah kepada Allah SWT dan ajaran Rasul-Nya. Jangan ragu untuk meminta pandangan dari orang yang berilmu dan bijaksana. Diskusi dengan mereka bisa memberikan perspektif yang lebih jelas dan mendalam.

Jika menerima informasi tentang seseorang atau suatu peristiwa, jangan langsung percaya begitu saja. Cobalah untuk mengonfirmasi langsung dengan pihak yang terkait. Meminta penjelasan langsung dari sumbernya adalah cara terbaik untuk menghindari kesalahpahaman.

Selain itu, perhatikan konsistensi informasi yang kita terima. Informasi yang benar biasanya konsisten dari waktu ke waktu. Jika masih ragu, tidak ada salahnya mengecek ulang beberapa kali. Pengalaman dan pengamatan pribadi kita juga bisa menjadi alat verifikasi yang berharga.

Tanggung Jawab dalam Membuat dan Menyebarkan Konten

Saat ini, media sosial menjadi salah satu sumber utama informasi bagi banyak orang. Namun, kita harus bijak dalam menggunakannya. Jangan hanya karena ingin terlihat pintar atau up-to-date, kita lantas membuat dan menyebarkan konten yang sebenarnya belum kita pahami sepenuhnya. Sikap seperti ini bukan hanya tidak bijaksana, tetapi juga bisa menyesatkan orang lain.

Sebagai pembuat konten, kita memiliki tanggung jawab besar. Pastikan setiap informasi yang kita sampaikan sudah diverifikasi kebenarannya. Jangan tergoda untuk menyebarkan informasi yang belum jelas hanya demi mendapatkan perhatian atau popularitas. Integritas dan kredibilitas kita jauh lebih penting.

Menghindari Kesombongan Intelektual

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita menemui situasi di mana kita merasa perlu untuk menunjukkan pengetahuan kita. Keinginan untuk diakui sebagai orang yang hebat dan pintar bisa begitu menggoda.

Namun perlu kita sadari bahwa sikap seperti itu bisa membawa kita ke dalam jebakan kesombongan intelektual. Ketika kita berbicara tentang hal-hal yang belum sepenuhnya kita pahami, kita berisiko menyebarkan informasi yang salah dan menyesatkan orang lain.

Sebagai muslim, kita diajarkan untuk selalu rendah hati dan sadar akan keterbatasan diri. Rasulullah SAW bersabda, "Cukuplah seseorang disebut berdusta ketika dia menceritakan semua yang dia dengar." Hadis ini mengingatkan kita bahwa tidak semua informasi yang kita dengar perlu disampaikan kepada orang lain. Kadang-kadang, lebih bijaksana untuk diam jika kita belum benar-benar memahami suatu topik.

Mari kita renungkan hikmah dari kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS. Ketika Nabi Musa AS ingin belajar dari Nabi Khidir AS, Allah SWT memberikan pelajaran tentang kesabaran dan kebijaksanaan. Dalam perjalanannya, Nabi Musa AS beberapa kali mempertanyakan tindakan Nabi Khidir AS yang tampak aneh dan tidak masuk akal.

Dan, pada akhirnya, Nabi Musa AS menyadari bahwa ada hikmah dan ilmu yang lebih dalam di balik setiap tindakan Nabi Khidir AS yang tidak bisa dipahami dengan pengetahuan biasa.

Kisah ini mengajarkan kita bahwa tidak semua hal dapat kita pahami dengan segera, dan ada kalanya kita perlu menerima bahwa pengetahuan kita terbatas. Sikap rendah hati dan kesediaan untuk belajar adalah kunci untuk menghindari kesombongan intelektual.

Dalam dunia yang penuh dengan informasi ini, marilah kita bijaksana dalam menyaring dan menyebarkan informasi. Jika ada hal yang belum kita pahami, tidak ada salahnya untuk mengakui keterbatasan kita dan terus belajar.

Kesimpulan

Sikap tabayyun dan berhati-hati dalam menerima, memahami, dan menyebarkan informasi bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga bentuk tanggung jawab kita sebagai muslim. Dalam menghadapi derasnya arus informasi di era digital, kita harus selalu mencari kejelasan dan memastikan kebenaran informasi sebelum bertindak atau mempercayainya.

Dengan menerapkan prinsip tabayyun, kita dapat mencegah penyebaran hoaks, fitnah, dan informasi yang menyesatkan. Sikap rendah hati dan kesadaran akan keterbatasan diri membantu kita menghindari kesombongan intelektual dan menjaga integritas serta kredibilitas kita.

Mari kita berlatih untuk lebih bijaksana dalam menerima dan menyebarkan informasi, demi menjaga persatuan umat dan membangun peradaban yang lebih baik.

Ingatlah selalu untuk berhati-hati dan memikirkan dampak dari setiap informasi yang kita terima dan sebarkan. Dengan sikap yang bijaksana, kita tidak hanya menjaga diri dari dosa, tetapi juga berkontribusi pada ketenteraman dan kekuatan bangsa.

Mari kita jadikan sikap tabayyun sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari kita, sehingga kita dapat menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, berintegritas, dan memberikan manfaat bagi orang lain.

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun