Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menuju Kemungkinan Ekonomi untuk Cucu Kita: Renungan atas Masa Depan yang Lebih Baik

6 Juni 2024   18:51 Diperbarui: 6 Juni 2024   18:57 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam apa yang kita sebut sebagai "skenario ambisi rendah," PDB global akan menjadi sekitar tiga kali lebih besar dan standar hidup global dua kali lebih tinggi dibandingkan saat ini. Dalam "skenario ambisi tinggi," PDB global akan menjadi 13 kali lebih besar, dan standar hidup akan menjadi 9 kali lebih tinggi .

Mengapa perbedaannya sangat besar? Skenario ambisi rendah didasarkan pada pengalaman pertumbuhan standar hidup yang lebih rendah dalam 100 tahun sebelum tahun 1920, sedangkan skenario lainnya didasarkan pada tingkat pertumbuhan rata-rata yang jauh lebih tinggi dari tahun 1920 hingga sekarang. Saya yakin cucu-cucu kita akan menikmati yang terbaik dari keduanya.

Untuk mencapai hal tersebut, kita memerlukan komitmen berkelanjutan untuk menempatkan perekonomian kita pada fundamental yang kuat---mulai dari stabilitas harga hingga tingkat utang publik yang berkelanjutan dan stabilitas keuangan---serta membuka perdagangan dan kewirausahaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan lapangan kerja.

Akan tetapi hal tersebut tidak akan cukup. Kita memerlukan kerja sama internasional yang lebih baik dan pertumbuhan yang berbeda---lebih berkelanjutan dan adil. Penelitian IMF menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan yang lebih rendah dapat dikaitkan dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dan lebih tahan lama.

Dan kita harus menggunakan akumulasi modal dengan lebih bijaksana. Prospek cucu-cucu kita akan bergantung pada apakah kita dapat mengalokasikan modal ke tempat yang paling membutuhkan dan akan memberikan dampak positif terbesar.

Menutup dengan Harapan

Dalam merenungkan kemungkinan ekonomi untuk cucu kita, kita tidak hanya berbicara tentang angka dan grafik, tetapi juga tentang warisan yang ingin kita tinggalkan. Generasi mendatang bukan hanya merupakan penerima manfaat dari keputusan yang kita ambil hari ini, tetapi juga penilai atas keberhasilan kita dalam membentuk dunia yang lebih baik bagi mereka.

Kita hidup dalam era di mana keputusan-keputusan yang kita ambil, baik itu di tingkat lokal maupun global, memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan. Oleh karena itu, tanggung jawab kita sebagai pemimpin masa kini adalah tidak hanya untuk memperbaiki kondisi ekonomi saat ini, tetapi juga untuk menciptakan fondasi yang kuat bagi masa depan yang lebih makmur dan berkelanjutan.

Dengan tekad dan kolaborasi, kita dapat mencapai skenario ambisi tinggi yang dipersembahkan oleh IMF. Kita dapat menciptakan dunia di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang, di mana ketimpangan ekonomi mengecil, dan di mana pembangunan ekonomi berjalan beriringan dengan keberlanjutan lingkungan.

Mari kita bersama-sama memperjuangkan masa depan yang lebih baik bagi cucu-cucu kita. Mari kita ambil langkah-langkah tegas hari ini untuk membentuk dunia yang lebih baik bagi mereka. Kemungkinan ekonomi untuk cucu kita adalah dalam genggaman kita, dan saat ini adalah saat yang tepat untuk bertindak.

Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun