Selama 25 tahun terakhir, dunia telah menikmati peningkatan standar hidup yang luar biasa, sebagian besar berkat lonjakan produktivitas. Namun, setelah krisis keuangan global pada tahun 2008, banyak negara mengalami perlambatan yang mengkhawatirkan.
Pertumbuhan produktivitas di negara-negara maju, yang dulunya stabil di angka 2,2 persen per tahun, turun drastis menjadi kurang dari 1 persen pada dekade terakhir. Negara-negara berkembang, meskipun awalnya menunjukkan peningkatan pesat, juga mengalami penurunan dari 5,9 persen menjadi 3,4 persen.
Kenapa pertumbuhan produktivitas begitu penting? Secara sederhana, produktivitas yang lebih tinggi berarti kita bisa mendapatkan lebih banyak dari pekerjaan dan investasi yang kita lakukan.
Hal tersebut penting karena kita tengah menghadapi tantangan besar seperti inflasi harga aset, kebutuhan untuk mendanai transisi menuju energi bersih, dan populasi yang menua. Jika kita tidak meningkatkan produktivitas, kita mungkin akan menghadapi krisis ekonomi seperti yang dialami Jepang atau inflasi berkepanjangan.
Untuk mengatasi perlambatan ini, negara-negara maju perlu fokus pada investasi dalam teknologi seperti digitalisasi, otomatisasi, dan kecerdasan buatan. Teknologi ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi.
Selain itu, perlu ada peningkatan dalam pembangunan infrastruktur fisik dan digital, serta reformasi dalam pendidikan dan pelatihan agar tenaga kerja siap menghadapi tuntutan ekonomi modern.
Sekarang, mari kita lihat bagaimana keadaan produktivitas di Indonesia. Negara ini telah mencatat beberapa kemajuan, tetapi masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara tetangganya di Asia. Ekonomi Indonesia telah tumbuh stabil, namun produktivitas tenaga kerjanya masih rendah.
Sektor manufaktur dan pertanian masih menjadi tulang punggung ekonomi, tetapi produktivitas di sektor-sektor ini perlu ditingkatkan melalui modernisasi dan penggunaan teknologi.
Ada beberapa tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam meningkatkan produktivitas. Pertama, kualitas infrastruktur masih perlu banyak perbaikan. Jalan tol, pelabuhan, dan bandara yang lebih baik akan mengurangi biaya logistik dan meningkatkan efisiensi. Selain itu, konektivitas digital yang memadai sangat penting untuk mendukung ekonomi digital yang tengah berkembang.
Kedua, kualitas sumber daya manusia juga menjadi kendala. Pendidikan dan pelatihan yang belum optimal menghasilkan tenaga kerja dengan keterampilan yang kurang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja modern. Ini diperparah dengan regulasi yang kompleks dan birokrasi yang berbelit-belit, yang menghambat investasi dan pertumbuhan bisnis. Korupsi juga masih menjadi masalah besar yang mengurangi efisiensi dan kepercayaan investor.
Namun, tantangan-tantangan ini bukanlah tanpa solusi. Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan produktivitasnya. Pertama, dengan melanjutkan dan mempercepat proyek infrastruktur yang ada, serta berinvestasi dalam infrastruktur digital seperti jaringan 5G. Ini akan meningkatkan konektivitas dan efisiensi logistik, serta mendukung ekonomi digital yang lebih kuat.
Kedua, reformasi pendidikan sangat penting. Mengintegrasikan teknologi dan keterampilan abad ke-21 dalam kurikulum pendidikan, serta mengembangkan program pelatihan vokasi dan sertifikasi akan membantu meningkatkan kualitas tenaga kerja. Di samping itu, deregulasi untuk mengurangi hambatan bisnis dan memperkuat upaya pemberantasan korupsi juga perlu dilakukan untuk menciptakan iklim bisnis yang lebih kondusif.