Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Ziarah ke Masjid Qiblatain, Perjalanan Spiritual Menguatkan Iman Saat Berhaji

26 Mei 2024   19:57 Diperbarui: 28 Mei 2024   10:47 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu ziarah bersama istri dan anak-anak ke Masjid Qiblatain, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Perjalanan spiritual saya ke Masjid Qiblatain pertama kali terjadi saat saya menunaikan ibadah haji pada tahun 1415 Hijriah, 30 tahun yang lalu. Perjalanan ini adalah awal dari sebuah hubungan mendalam dengan salah satu tempat bersejarah yang sangat penting dalam Islam.

Setelah menunaikan ibadah haji, tiap kali saya melakukan umrah, saya juga selalu menyempatkan diri untuk berziarah ke Masjid Qiblatain, dan setiap kunjungan membawa makna baru serta memperkuat iman saya.

Masjid Qiblatain, yang terletak sekitar 7 kilometer dari Masjid Nabawi di Madinah, dikenal sebagai masjid dengan dua kiblat. Tempat ini menjadi saksi bisu perpindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis di Palestina ke Ka'bah di Mekkah, peristiwa yang terjadi pada bulan Rajab tahun ke-2 Hijriah.

Saat itu, Nabi Muhammad SAW sedang mengimami salat Zuhur di Masjid Bani Salamah ketika malaikat Jibril menyampaikan wahyu dari Allah SWT yang memerintahkan perubahan arah kiblat. Nabi Muhammad SAW dan para sahabat langsung berpindah arah 180 derajat, dari menghadap Baitul Maqdis ke menghadap Masjidil Haram.

Pertama kali saya menginjakkan kaki di Masjid Qiblatain, saya merasakan kekhusyukan yang luar biasa. Saya membayangkan bagaimana perasaan para sahabat ketika tiba-tiba diperintahkan untuk mengubah arah salat mereka. Peristiwa ini mengajarkan saya tentang ketaatan dan keimanan yang mendalam kepada perintah Allah SWT.

Pada awalnya, kiblat salat untuk semua nabi adalah Baitullah di Mekah, yang menurut Al-Qur'an, dibangun pada masa Nabi Adam AS. Hal ini disebutkan dalam Surah Ali Imran ayat 96:

"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia ialah Baitullah di Mekah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."

Baitul Maqdis kemudian ditetapkan sebagai kiblat untuk sebagian nabi dari bangsa Israel. Baitul Maqdis berada di sebelah utara, sementara Baitullah di Mekah berada di sebelah selatan, sehingga keduanya saling berhadapan dalam orientasi geografis.

Peristiwa perubahan kiblat ini tidak hanya menandai peralihan arah dalam beribadah tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam, menunjukkan transisi penting dalam sejarah Islam dan penegasan kiblat umat Muslim di seluruh dunia.

Di dalam Masjid Qiblatain, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Di dalam Masjid Qiblatain, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Masjid Qiblatain menjadi saksi bisu dari peristiwa monumental ini, menambah nilai sejarah dan spiritualnya bagi para peziarah yang datang ke Madinah.

Kunjungan kedua saya ke Masjid Qiblatain pada tahun 1997 semakin memperdalam kesan dan pemahaman saya tentang pentingnya kiblat sebagai pusat orientasi spiritual dan kesatuan umat. 

Melihat bagaimana arah salat yang berubah menjadi simbol persatuan dan kesatuan, memberikan saya perspektif baru tentang kekuatan iman dan ketaatan.

Setiap kali saya berziarah ke Masjid Qiblatain, saya merasakan peningkatan spiritualitas yang mendalam, memperkuat hubungan saya dengan Allah SWT dan memperdalam pemahaman saya tentang ajaran Islam.

Renovasi yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi memperkuat kesan sejarah masjid ini. Masjid kini memiliki dua mihrab yang menonjol, namun hanya satu yang digunakan untuk salat, yaitu yang menghadap Ka'bah di Mekkah.

Mihrab yang menghadap Yerusalem dipertahankan sebagai pengingat sejarah. Desain arsitekturnya yang mengadopsi geometri ortogonal kaku dan simetri, dengan menara kembar dan kubah kembar, menambah kekhidmatan suasana.

Suasana di dalam Masjid Qiblatain yang dipenuhi penziarah, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Suasana di dalam Masjid Qiblatain yang dipenuhi penziarah, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Kini, menjelang bulan Dzulhijah, puncak pelaksanaan haji yang akan tiba sebentar lagi, saya merenungkan kembali perjalanan spiritual saya. Ziarah ke Masjid Qiblatain selalu menjadi momen penting dalam hidup saya, momen di mana saya bisa merasakan kedekatan dengan sejarah Islam dan menguatkan iman saya.

Bagi para pembaca yang akan menunaikan ibadah haji atau umrah, saya sangat menganjurkan untuk menyempatkan diri berziarah ke Masjid Qiblatain. 

Perjalanan ini bukan hanya tentang mengunjungi tempat bersejarah, tetapi juga tentang memperkuat spiritualitas dan keimanan kita sebagai umat Muslim.

Menutup kisah ini, izinkan saya berbagi sebuah refleksi:

Perjalanan spiritual adalah bagian tak terpisahkan dari ibadah kita. Ziarah ke tempat-tempat suci seperti Masjid Qiblatain bukan hanya tentang melangkahkan kaki ke sebuah lokasi bersejarah, tetapi juga tentang melangkahkan hati menuju kedekatan dengan Allah SWT.

Melalui kisah perubahan kiblat, kita diajarkan tentang kepatuhan, kesetiaan, dan persatuan. Mari kita jadikan setiap ziarah sebagai kesempatan untuk memperkuat iman, merenungkan kebesaran Allah, dan mengokohkan ikatan kita sebagai umat Muslim yang satu.

Suasana di halaman dengan jamaah yang menunggu giliran bisa ziarah ke dalam Masjid Qiblatain, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Suasana di halaman dengan jamaah yang menunggu giliran bisa ziarah ke dalam Masjid Qiblatain, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Semoga setiap langkah kita dalam ibadah selalu diberkahi dan semakin memperkuat iman kita kepada Allah SWT. Amin.

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun