Sajadah ini bukan hanya sekadar benda, tetapi juga pengingat akan perjalanan spiritual yang mendalam dan berkesan selama menunaikan ibadah haji.
Sayangnya, cerita tentang Pasar Seng kini hanya tinggal kenangan. Sejak 2008, Masjidil Haram mengalami perluasan, dan pemerintah Arab Saudi menggusur Pasar Seng serta sejumlah hotel dan bangunan lain di sekitarnya. Kebijakan ini, didasarkan pada Surat Keputusan (Qarar) Majelis Ulama Arab Saudi bernomor 227 tertanggal 22 Safar 1427 H (22 Maret 2006), yang membolehkan perluasan mas'a (tempat sa'i), bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan kenyamanan bagi para tamu Allah.
Meskipun Pasar Seng telah tergusur, kenangan tentangnya tetap hidup di hati saya dan banyak jamaah lainnya. Bagi saya, Pasar Seng bukan hanya tempat berbelanja, tetapi juga bagian dari pengalaman spiritual yang sangat berharga.
Sajadah yang saya beli di sana menjadi saksi bisu dari perjalanan suci yang mengubah hidup saya, membawa saya lebih dekat kepada Allah dan mengajarkan saya arti kesederhanaan dan ketulusan dalam beribadah.
Kisah ini mengingatkan kita akan kekuatan kenangan dan betapa benda-benda sederhana yang kita peroleh selama perjalanan spiritual dapat menjadi pengingat yang mendalam akan hubungan kita dengan Sang Pencipta.
Semoga para jamaah haji yang akan berangkat ke Tanah Suci dapat menemukan kenangan dan pengalaman spiritual yang sama berharganya, yang akan terus menginspirasi dan memperkaya hidup mereka.
Dalam setiap hela napas dan setiap sujud di atas sajadah ini, saya merasakan kehadiran Allah yang begitu dekat, mengingatkan saya akan momen-momen indah ketika saya berada di pelataran Ka'bah, merasakan kedamaian dan kebesaran-Nya. Sajadah ini bukan hanya selembar kain untuk shalat, tetapi juga simbol perjalanan suci yang penuh berkah, yang telah menemani saya selama 30 tahun.
Meskipun Pasar Seng kini hanya tinggal kenangan, kenangan tentangnya akan selalu hidup dalam hati saya dan banyak jamaah lainnya. Setiap benang pada sajadah ini, setiap kali saya membentangkannya untuk shalat, mengingatkan saya akan pelajaran tentang kesederhanaan, ketulusan, dan kekuatan iman.
Kenangan spiritual ini memberi saya kekuatan dan inspirasi untuk terus menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur dan harapan.
Semoga kisah sajadah kenangan saya ini dapat menjadi inspirasi bagi siapa pun yang membaca, mengingatkan kita semua akan pentingnya menghargai setiap momen dalam perjalanan hidup kita, terutama dalam perjalanan spiritual kita menuju Allah.
Dan, semoga sajadah kenangan ini terus menjadi sahabat setia saya, mengingatkan saya akan perjalanan suci yang mengubah hidup saya dan mendekatkan saya kepada Ilahi Rabbi.