Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Sajadah Kenangan Haji 1415 Hijriah yang Menjadi Sahabat Saya hingga 30 Tahun Berlalu

24 Mei 2024   08:06 Diperbarui: 28 Mei 2024   09:00 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Kenangan saya tentang Pasar Seng di Makkah selalu terpatri dengan sajadah yang hingga hari ini masih saya gunakan untuk shalat. Saat menunaikan ibadah haji pada musim haji 1415 Hijriah (1995 M), saya sering bolak-balik ke Pasar Seng sepulang dari Masjidil Haram sebelum kembali ke pondokan kami di Aziziah.

Salah satu yang saya beli adalah sajadah yang telah menjadi sahabat setia saya selama 30 tahun dalam beribadah, mendekatkan diri ke hadirat Ilahi Rabbi.

Pasar Seng, yang terletak tidak jauh dari Masjidil Haram, menjadi saksi bisu dari banyak perjalanan spiritual, termasuk milik saya. Di pasar itulah para jamaah haji membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang.

Sajadah yang saya beli di sana telah menjadi sahabat setia dalam ibadah sehari-hari, mengingatkan saya akan momen-momen istimewa ketika saya shalat subuh di pelataran Ka'bah.

Kisah tentang sajadah dari Pasar Seng yang masih saya gunakan hingga hari ini adalah kenangan yang sangat indah dan mengharukan. Sajadah tersebut bukan hanya barang fisik, tetapi juga simbol perjalanan spiritual dan kenangan saya selama menunaikan ibadah haji pada musim haji 1415 Hijriah.

Di bagian belakang sajadah, saya mencatat tanggal 22 Mei 1995 sebagai pengingat manis akan momen tersebut. Tulisan itu memperkuat ikatan emosional saya dengan sajadah ini. Menjaga dan merawat sajadah tersebut selama hampir tiga dekade adalah bukti dari dedikasi dan penghargaan saya terhadap kenangan spiritual yang sangat berharga.

Fakta bahwa sajadah ini tetap utuh tanpa ada kerusakan dan tulisan masih terbaca jelas adalah sesuatu yang luar biasa. Hal ini menunjukkan kualitas barang-barang yang dijual di Pasar Seng pada masa itu dan bagaimana sajadah tersebut telah menemani saya di berbagai tempat, menjadi bagian penting dari ritual ibadah saya.

Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya benda-benda yang memiliki nilai sentimental dan spiritual. Kenangan tersebut memberi kekuatan dan inspirasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Semoga sajadah ini terus menemani saya dalam ibadah dan menjadi pengingat akan perjalanan suci saya di masa lalu.

Sajadah yang saya beli di Pasar Seng, saya gunakan untuk shalat subuh di pelataran Ka'bah setelah seluruh rukun haji terlaksana dan kami menunggu giliran keberangkatan ke Madinah sebelum pulang ke tanah air tercinta.

Untuk mengenang momen tersebut, saya menulis di bagian belakang sajadah dengan spidol: "Masjidil Haram (Pelataran Kaabah) Tgl. 22 Mei 1995 ---> Subuh". Tulisan itu masih menempel dan terbaca jelas hingga hari ini, meski sudah 30 tahun berlalu (1415-1445H).

Di depan Kaabah dan Saat Wukuf di Arafah, Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Di depan Kaabah dan Saat Wukuf di Arafah, Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Sajadah tersebut telah menjadi sahabat saya dalam setiap sujud dan doa, tidak hanya di rumah tetapi juga setiap kali tugas membawa saya berpindah-pindah kota. Setiap kali saya bersimpuh dan bersujud di atas sajadah itu, saya teringat akan momen-momen indah di Tanah Suci, ketika saya merasa begitu dekat dengan Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun