Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mengulas Buku Karya Tomas Chamarro-Premuzic "Mengapa Begitu Banyak Pria Tidak Kompeten Menjadi Pemimpin?"

21 Mei 2024   20:32 Diperbarui: 21 Mei 2024   20:49 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam bukunya yang provokatif "Why Do So Many Incompetent Men Become Leaders?: (And How to Fix It)", yang diterbitkan oleh Harvard Business Review Press pada Maret 2019, Tomas Chamorro-Premuzic mengangkat isu penting tentang kepemimpinan.

Buku ini tidak hanya mengulas mengapa banyak pemimpin yang tidak kompeten, tetapi juga mengapa kebanyakan dari mereka adalah laki-laki, serta bagaimana kita bisa memperbaikinya.

Fenomena Kepemimpinan yang Tidak Kompeten

Chamorro-Premuzic memulai dengan pertanyaan yang menggelitik: Mengapa begitu banyak orang yang tidak kompeten dapat mencapai posisi kepemimpinan? Penulis berpendapat bahwa banyak organisasi keliru dalam menilai potensi kepemimpinan.

Sifat-sifat seperti narsisme, terlalu percaya diri, dan EQ rendah sering disalahartikan sebagai tanda-tanda kompetensi dan karisma. Sifat-sifat ini mungkin membantu seseorang untuk terlihat layak sebagai pemimpin, namun dalam praktiknya, sering kali merusak ketika orang tersebut telah menduduki posisi tersebut.

Peran Gender dalam Kepemimpinan

Dalam penelitiannya, Chamorro-Premuzic menemukan bahwa gender adalah salah satu prediktor terkuat dalam mencapai peran kepemimpinan. Meskipun laki-laki lebih sering berada dalam posisi kepemimpinan, kinerja mereka sering kali lebih buruk dibandingkan dengan perempuan.

Perempuan cenderung memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang lebih tinggi, sebuah kualitas yang sangat penting dalam kepemimpinan yang efektif. Namun, bias gender dalam proses seleksi membuat perempuan kompeten sering kali diabaikan.

Lucia Rahilly, dalam diskusi podcast McKinsey Talks Talent bersama Tomas Chamorro-Premuzic, menekankan bahwa kepemimpinan yang buruk tidak hanya merugikan perempuan, tetapi juga laki-laki dan seluruh organisasi.

Kepemimpinan yang buruk berdampak pada produktivitas yang rendah, moral yang terpuruk, dan lingkungan kerja yang tidak sehat. Tomas Chamorro-Premuzic menambahkan bahwa kepemimpinan yang kompeten menguntungkan semua orang, tanpa memandang gender.

Rahilly juga menekankan bahwa banyak laki-laki kompeten diabaikan karena mereka memiliki kualitas seperti empati dan integritas, yang sebenarnya membuat mereka menjadi pemimpin yang baik, namun tidak dihargai dalam proses seleksi saat ini.

Chamorro-Premuzic menunjukkan bahwa kita tidak memilih pemimpin berdasarkan bakat, prestasi, atau potensi yang sebenarnya, melainkan berdasarkan sifat-sifat yang tampak mengesankan tetapi merusak dalam jangka panjang.

Cara Menjadi Bos yang Lebih Baik

Untuk memperbaiki kepemimpinan dalam organisasi, Chamorro-Premuzic menawarkan beberapa langkah praktis yang dapat membantu seseorang menjadi pemimpin yang lebih baik:

  1. Kembangkan Empati: Pemimpin yang empatik lebih mampu membangun hubungan yang kuat dengan tim mereka, memahami kebutuhan dan kekhawatiran karyawan, serta menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan inklusif.
  2. Tingkatkan Keterampilan Komunikasi: Komunikasi yang efektif adalah kunci kepemimpinan yang baik. Pemimpin harus mampu menyampaikan visi dan tujuan dengan jelas, mendengarkan masukan dari tim, dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
  3. Berikan Pengakuan dan Penghargaan: Mengakui dan menghargai kontribusi karyawan dapat meningkatkan moral dan motivasi. Pemimpin yang baik tidak hanya fokus pada hasil akhir tetapi juga menghargai proses dan usaha yang telah dilakukan oleh tim.
  4. Tetap Terbuka untuk Pembelajaran: Pemimpin yang sukses selalu terbuka untuk belajar dan berkembang. Ini termasuk menerima kritik, mencari peluang untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan, dan mengikuti perkembangan terbaru dalam bidang manajemen.
  5. Kelola Konflik dengan Bijaksana: Konflik di tempat kerja tidak dapat dihindari, tetapi pemimpin yang baik mampu mengelolanya dengan bijaksana. Ini melibatkan mendengarkan semua pihak yang terlibat, mencari solusi yang adil, dan menjaga suasana kerja tetap profesional.
  6. Delegasi Tugas Secara Efektif: Pemimpin yang baik tahu kapan harus mendelegasikan tugas dan kepada siapa. Ini membantu meningkatkan efisiensi dan memungkinkan anggota tim untuk mengembangkan keterampilan dan tanggung jawab mereka.
  7. Contoh yang Baik: Pemimpin harus menjadi contoh yang baik dalam hal etika kerja, integritas, dan perilaku. Tindakan mereka akan diikuti oleh anggota tim, sehingga penting untuk selalu menunjukkan sikap dan tindakan yang positif.
  8. Tingkatkan Keterampilan Emosional (EQ): Pemimpin dengan kecerdasan emosional yang tinggi lebih mampu mengelola stres, memotivasi diri sendiri dan orang lain, serta menciptakan lingkungan kerja yang harmonis.

Solusi untuk Memperbaiki Sistem Kepemimpinan

Chamorro-Premuzic menawarkan beberapa solusi praktis untuk memperbaiki sistem seleksi kepemimpinan.

Pertama, organisasi harus mengevaluasi apakah kepemimpinan saat ini benar-benar memberikan nilai tambah yang besar. Kedua, mereka harus fokus pada dampak bisnis yang dapat dihasilkan oleh pemimpin yang kompeten. Dan ketiga, membuat proses seleksi kepemimpinan buta gender dan fokus pada bakat dan kompetensi.

Dengan cara ini, organisasi dapat memastikan bahwa mereka memilih pemimpin berdasarkan kemampuan mereka yang sesungguhnya, bukan berdasarkan stereotip gender.

Kesimpulan

Buku "Why Do So Many Incompetent Men Become Leaders?: (And How to Fix It)" oleh Tomas Chamorro-Premuzic mengajak kita untuk meninjau kembali bagaimana kita memilih dan menilai pemimpin. Dengan mengganti kriteria seleksi yang merusak dengan penilaian yang lebih akurat terhadap kompetensi dan kemampuan kepemimpinan yang sejati, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan produktif.

Hal tersebut bukan hanya tentang meningkatkan representasi gender dalam kepemimpinan, tetapi juga tentang memastikan bahwa kita memiliki pemimpin yang benar-benar mampu membawa organisasi menuju kesuksesan.

Chamorro-Premuzic menunjukkan bahwa solusi untuk masalah ini bukanlah dengan hanya meningkatkan jumlah perempuan dalam kepemimpinan, tetapi dengan menilai dan memilih pemimpin berdasarkan kualitas dan bakat yang sebenarnya dibutuhkan untuk memimpin secara efektif. Ini adalah panggilan untuk tindakan bagi organisasi di mana pun untuk mengevaluasi kembali dan memperbaiki sistem seleksi kepemimpinan mereka, demi kebaikan semua.

Dengan fokus pada pengembangan diri, pengertian terhadap orang lain, dan kemampuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif, kita dapat memastikan bahwa pemimpin masa depan benar-benar memenuhi peran mereka dengan kompetensi dan integritas yang tinggi.

Penulis: Merza Gamal (Advisor & Konsultan Transformasi Corporate Culture)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun