Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Membongkar Mitos Produktivitas dan Efisiensi: Mengapa Waktu Subjektif Lebih Penting dari Waktu Objektif

5 Mei 2024   07:35 Diperbarui: 5 Mei 2024   07:41 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam era yang didorong oleh produktivitas, seringkali kita terjebak dalam tekanan untuk memaksimalkan setiap menit dan memaksimalkan efisiensi. Namun, apakah efisiensi sejati selalu menghasilkan kesejahteraan dan keberhasilan yang berkelanjutan?

Kisah Abbie J. Shipp, seorang Profesor Manajemen & Kepemimpinan di Texas Christian University, menawarkan sebuah refleksi yang penting tentang hubungan antara manajemen waktu yang efisien dan kesejahteraan pribadi.

Abbie dulunya adalah pendukung kuat manajemen waktu efisien. Dia menerapkan strategi pengelolaan waktu yang ketat dalam kehidupan pribadi dan profesionalnya, percaya bahwa keefisienan adalah kunci menuju sukses.

Namun, kesibukannya mencapai puncaknya dan kesehatannya mulai menurun, menunjukkan bahwa terlalu banyak mengejar efisiensi bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Pada titik kritis ini, Abbie menemukan makalah penelitian tentang waktu subjektif.

Makalah yang disusunnya malah membuka matanya terhadap pentingnya memahami pengalaman waktu dari sudut pandang pribadi, bukan hanya dari segi objektif. Dia menyadari bahwa terlalu sering kita terjebak dalam mengejar waktu objektif yang terukur dengan jam dan kalender, tanpa memperhitungkan bagaimana kita secara pribadi memandang dan mengalami waktu.

Kisah Abbie J. Shipp adalah pengingat yang kuat tentang pentingnya memahami bahwa manajemen waktu tidak boleh dilakukan tanpa mempertimbangkan kesejahteraan pribadi. Beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari pengalamannya:

  1. Perencanaan yang Berlebihan dapat Membahayakan Kesehatan: Meskipun pendekatan yang terorganisir dan efisien terdengar menggoda, terlalu banyak mengejar efisiensi bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Insomnia, kekurangan gizi, dan gangguan saraf adalah contoh konkret bagaimana penekanan berlebihan pada manajemen waktu dapat merusak tubuh dan pikiran.
  2. Pentingnya Keseimbangan dalam Hidup: Shipp menunjukkan bahwa mengorbankan istirahat dan hubungan sosial demi produktivitas dapat berujung pada kejenuhan dan penurunan motivasi. Keseimbangan antara pekerjaan dan waktu untuk diri sendiri penting untuk kesejahteraan yang berkelanjutan.
  3. Pengalaman Waktu Subjektif: Salah satu pelajaran kunci dari pengalaman Shipp adalah pentingnya memahami waktu dari perspektif subjektif, bukan hanya dari segi objektif. Waktu subjektif mencakup pengalaman individu dan bagaimana seseorang memandang waktu dalam konteks kehidupan mereka. Memahami pengalaman waktu subjektif bisa membantu seseorang lebih bijaksana dalam mengatur prioritas dan menghindari kelelahan atau kejenuhan.

Pengalaman Shipp adalah pengingat penting bahwa manajemen waktu yang efektif haruslah seimbang antara efisiensi dan kesejahteraan pribadi. Dengan memahami pengalaman waktu secara subjektif dan menyesuaikan praktik manajemen waktu dengan kebutuhan individu, seseorang dapat mencapai produktivitas yang berkelanjutan tanpa mengorbankan kesehatan dan kebahagiaan mereka.

Manajemen waktu yang efektif haruslah seimbang antara efisiensi dan kesejahteraan pribadi. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Manajemen waktu yang efektif haruslah seimbang antara efisiensi dan kesejahteraan pribadi. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Kesimpulan: Mengubah Paradigma Produktivitas

Kisah Abbie J. Shipp adalah cerminan dari banyak dari kita yang terjebak dalam jeratan fake productivity, di mana kita terus berusaha untuk menjadi lebih efisien tanpa memperhitungkan kesejahteraan pribadi.

Melalui pengalaman Prof. Abbie J. Shipp, kita diajak untuk mempertanyakan definisi sebenarnya dari produktivitas dan mengeksplorasi cara baru untuk mengelola waktu dengan bijaksana.

Mungkin saat ini Anda merasa tertekan oleh tumpukan tugas yang menumpuk, atau mungkin Anda merasa bahwa waktu terus berlalu tanpa makna yang sebenarnya. Namun, mari kita ambil waktu sejenak untuk merenungkan apa yang telah dipelajari dari kisah Abbie J. Shipp.

Mungkin kita perlu mengubah paradigma kita tentang produktivitas. Mungkin efisiensi tidak selalu sejalan dengan keberhasilan sejati. Mungkin memperlambat langkah kita dan memperhitungkan waktu untuk istirahat dan refleksi adalah kunci untuk meraih kebahagiaan yang sejati dan keberhasilan yang berkelanjutan.

Jadi, mari kita berani untuk memperlambat langkah kita, memahami pengalaman waktu secara subjektif, dan menemukan keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan hidup. Dengan demikian, kita dapat mencapai produktivitas yang bermakna, memperkuat kesehatan dan kesejahteraan kita sendiri, serta menjalani kehidupan yang lebih memuaskan dan berarti.

Semoga artikel sederhana ini dapat memberikan inspirasi dan bermanfaat bagi pembaca dan Kompasianer yang ingin menjalani hidup yang lebih seimbang dan bermakna.

Penulis: Merza Gamal (Advisor & Konsultan Transformasi Corporate)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun