Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rasuna Said Pejuang Emansipasi Perempuan Indonesia yang Menjadi Nama Jalan Protokol di Pusat Bisnis Utama Jakarta

21 April 2024   08:49 Diperbarui: 21 April 2024   08:51 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Pada hari ini, tanggal 21 April, masyarakat merayakan Hari Kartini sebagai momen penting dalam sejarah kebangkitan dan emansipasi perempuan Indonesia. Sebagai bagian dari perayaan ini, kita mengenang salah satu pahlawan wanita Indonesia yang memiliki peran krusial dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan kemerdekaan Indonesia, yaitu H.R. Rasuna Said.

Di pusat bisnis utama Jakarta, terdapat salah satu jalan protokol, selain Jalan Jenderal Sudirman dan M.H. Thamrin, yaitu H.R. Rasuna Said. Berbeda dengan Jenderal Sudirman yang sudah umum menjadi jalan protokol di setiap kota di Indonesia, dan M.H. Thamrin yang merupakan tokoh dari Betawi (Jakarta dan sekitarnya), nama Rasuna Said tidak banyak digunakan sebagai jalan protokol di kota-ota besar Indonesia.

Banyak orang, yang meskipun setiap hari melewati jalan HR. Rasuna Said di daerah Kuningan Jakarta, tetapi tidak tahu siapa sebenarnya Rasuna Said tersebut. H.R. Rasuna Said lahir pada 14 September 1910 di Maninjau, Sumatera Barat. Meskipun mungkin banyak yang tidak tahu tentangnya, namun pengetahuan tentang siapa Rasuna Said dan peran pentingnya dalam sejarah Indonesia adalah sesuatu yang patut untuk dipahami.

Rasuna Said adalah seorang tokoh perempuan yang gigih dan berani dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan kemerdekaan Indonesia. Dia aktif dalam berbagai organisasi politik, termasuk menjadi anggota Partai Persatuan Islam (Permi) dan terlibat dalam gerakan nasionalis. Perjuangan dan dedikasinya membawa pengaruh besar dalam membentuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

Rasuna Said terlahir dari keluarga yang taat beragama Islam. Karena pekerjaan ayahnya sering membawanya jauh dari rumah, Rasuna dibesarkan di rumah pamannya. Berbeda dengan saudara-saudaranya, Rasuna mengenyam pendidikan di sekolah agama, bukan sekolah sekuler. Kemudian, ia pindah ke Padang Panjang di mana ia melanjutkan pendidikannya di sekolah Diniyah, yang mengintegrasikan pendidikan agama dan sekuler.

Pada tahun 1923, Rasuna menjadi asisten guru di sekolah putri Diniyah Putri yang baru didirikan, yang diasuh oleh Rahmah el Yunusiyah. Namun, tiga tahun kemudian, Rasuna kembali ke kampung halamannya setelah sekolah tersebut hancur akibat gempa. Yunusiyah meminta Rasuna mengundurkan diri karena mengajar mata pelajaran politik kepada siswa, yang dilarang olehnya.

Setelah kembali ke kampung halamannya, Rasuna belajar selama dua tahun di sekolah yang terkait dengan aktivisme politik dan agama. Di sana, ia menghadiri pidato-pidato yang membahas nasionalisme dan kemerdekaan Indonesia, yang kemungkinan besar memperkuat tekadnya dalam perjuangan kemerdekaan dan hak-hak perempuan.

Rasuna Said kemudian pindah ke Padang, tempat keberadaan Permi (Persatuan Umat Islam Indonesia) berpusat, di mana ia mendirikan sekolah khusus perempuan.

Pada tanggal 23 Oktober 1932, dalam rapat umum seksi perempuan Permi di Padang Panjang, Rasuna memberikan pidato publik yang berjudul "Langkah-Langkah Kemerdekaan Rakyat di Indonesia Raya." Dalam pidatonya, ia mengutuk kehancuran masyarakat dan kerusakan yang ditimbulkan oleh kolonialisme serta menyatakan bahwa Al Quran mengutuk kolonialisme.

Beberapa minggu kemudian, dalam pidatonya di Payakumbuh, ia menegaskan kebijakan Permi untuk memperlakukan imperialisme sebagai musuh, dengan menyatakan bahwa Al-Quran menyebut imperialisme sebagai musuh Islam.

Baca juga: International Women

Pernyataannya ini mengakibatkan penangkapannya dan dakwaan atas tuduhan "menabur kebencian," menjadikannya perempuan Indonesia pertama yang didakwa melakukan pelanggaran berbicara. Rasuna kemudian dijatuhi hukuman penjara selama 15 bulan, yang membuatnya terkenal secara nasional karena persidangan dan hukumannya yang dipublikasikan secara luas.

Dia menggunakan persidangannya untuk menyuarakan tuntutan akan kemerdekaan dan berhasil menarik dukungan luas. Rasuna dipenjara di Semarang, Jawa Tengah, dan lebih dari seribu orang datang untuk menyaksikan saat kapal membawanya ke Pulau Jawa.

Setelah dibebaskan dari penjara pada tahun 1934, Rasuna Said melanjutkan pendidikannya di lembaga pelatihan guru Permi di Padang selama empat tahun. Selama waktu ini, ia juga aktif sebagai jurnalis, menulis artikel yang mengkritik kolonialisme Belanda di jurnal kampus Raya.

Pada tahun 1938, Rasuna pindah ke Medan, tetapi kembali ke Padang setelah invasi Jepang ke Hindia Belanda. Meskipun demikian, keanggotaannya dalam organisasi pro-kemerdekaan Indonesia membuatnya ditangkap oleh pihak Jepang. Namun, ia dibebaskan beberapa saat kemudian karena pihak berwenang khawatir akan menimbulkan ketidakpuasan masyarakat.

Pada tahun 1943, Rasuna bergabung dengan pasukan sukarelawan militer Giygun yang sangat nasionalis, yang didirikan oleh Jepang di Sumatra. Di dalam organisasi ini, dia membantu mendirikan bagian wanita yang dikenal sebagai Hahanokai.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Rasuna Said aktif bekerja dengan organisasi pro-republik. Pada tahun 1947, ia menjadi anggota senior dan kemudian ketua seksi perempuan Front Pertahanan Nasional (Fron Pertahanan Nasional). Selanjutnya, Rasuna bergabung dengan Volksfront, sebuah bagian dari Persatuan Perjuangan yang didirikan oleh Tan Malaka yang memiliki latar belakang nasionalis-komunis.

Namun, karena gesekan antara organisasi ini dan pemerintah daerah, Rasuna pernah menjadi tahanan rumah selama seminggu. Selain itu, Rasuna juga menjadi anggota Dewan Perwakilan Sumatera (Dewan Perwakilan Sumatera) dan pada bulan Juli 1947 menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), badan legislatif sementara.

Menjelang sidang keenam badan tersebut pada tahun 1949, ia diangkat menjadi anggota Panitia Kerja KNIP yang mewakili Sumatera.

Pada tahun 1950, Rasuna menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara. Karirnya terus menanjak ketika pada tahun 1959, ia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung Indonesia (DPA), sebuah posisi yang dipegangnya hingga kematiannya di Jakarta pada tahun 1965.

Sebagai seorang Muslim yang taat, Rasuna Said secara aktif memperjuangkan hak-hak pendidikan dan politik perempuan, percaya bahwa keyakinan reformisnya memberikan dasar untuk advokasi bagi perempuan. Keyakinan agamanya meyakinkannya bahwa perempuan harus dididik. Ketika pindah ke Padang pada tahun 1931, Rasuna merasa kecewa karena perempuan dilarang mendapatkan pendidikan dan berpartisipasi dalam politik. Di sana, ia mendirikan sekolah dan membentuk bagian Permi khusus untuk perempuan dan anak perempuan.

Pada tahun 1933, Permi, yang didirikan oleh aktivis muda yang mendukung hak perempuan atas pendidikan agama, memiliki ribuan anggota perempuan. Berbeda dengan organisasi Islam lainnya, perempuan tidak dikesampingkan di bagian bawahan, melainkan memiliki peran kunci dalam kepemimpinan partai.

Meskipun Rasuna Said membela hukum pernikahan Islam, termasuk poligami, ia menyatakan bahwa masalah yang timbul bukanlah akibat dari hukum itu sendiri, melainkan dari permasalahan sosial dalam masyarakat.

Setelah berjuang dengan gigih selama bertahun-tahun, Rasuna Said meninggal di Jakarta pada tanggal 2 November 1965 akibat kanker payudara. Jenazahnya dihormati dengan pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, sebuah tempat yang menjadi tempat istirahat terakhir bagi para pahlawan bangsa.

Pengabdiannya yang luar biasa dalam perjuangan kemerdekaan akhirnya diakui secara resmi oleh negara. Pada tanggal 13 November 1974, Presiden Suharto mengumumkan bahwa Rasuna Said secara resmi diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Penghargaan ini menempatkannya sebagai wanita kesembilan yang menerima kehormatan tersebut, dan mengukuhkan posisinya dalam sejarah Indonesia.

Sebagai bentuk penghormatan atas kontribusinya yang besar, salah satu jalan utama di Jakarta dinamai sesuai namanya, yaitu Jalan HR Rasuna Said. Ini adalah pengingat yang penting bagi kita semua akan perjuangan dan dedikasi Rasuna Said dalam memperjuangkan kemerdekaan dan hak-hak perempuan.

Melalui penamaan jalan tersebut, kita diingatkan untuk menghargai dan mengenang jasa-jasa pahlawan kita, termasuk Rasuna Said, yang telah berkorban begitu banyak demi masa depan bangsa Indonesia.

Penulis: Merza Gamal 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun