Menyambut bulan Syawal dengan semangat silaturahim memang menjadi tradisi yang sangat dijunjung tinggi dalam Islam. Setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh, momen Idul Fitri menjadi waktu yang tepat untuk mempererat hubungan antar sesama manusia, terutama dengan keluarga dan kerabat.
Keutamaan silaturahim di bulan Syawal dapat dimaknai sebagai wujud syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT dengan memberikan kesempatan kepada umat-Nya untuk bertemu dengan keluarga dan kerabat. Dalam silaturahim, terkandung nilai-nilai kebaikan, saling memberi, saling menyapa, dan saling memaafkan.
Perjalanan mudik yang dilakukan untuk bertemu dengan keluarga juga menjadi bagian dari pengamalan nilai-nilai silaturahim tersebut. Meskipun perjalanan mungkin melelahkan, namun kebahagiaan yang dirasakan ketika bersama keluarga dan kerabat tidak tergantikan.
Dalam Islam, menjaga silaturahim juga dianggap sebagai salah satu amalan yang mendatangkan berkah dan pahala. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang mempererat tali silaturahim akan diberikan rahmat oleh Allah, sedangkan orang yang memutuskan tali silaturahim akan ditinggalkan oleh-Nya.
Menyambung silaturahim bukanlah sekadar membalas kebaikan dengan kebaikan semata, tetapi lebih dari itu, ia merupakan upaya untuk memperbaiki hubungan yang rusak dan menyambung kembali tali yang terputus.
Rasulullah Muhammad SAW memberikan contoh nyata dengan sabarnya dalam menghadapi situasi di mana seseorang memiliki kerabat yang sulit untuk dihubungi atau bahkan bersikap buruk padanya.
Beliau memberikan nasihat untuk tetap berusaha menjaga silaturahim meskipun menghadapi kesulitan, karena Allah SWT akan senantiasa menyertai orang yang berusaha untuk memperbaiki hubungan silaturahim.
Pentingnya silaturahim dalam Islam juga tercermin dalam hadis yang menyatakan bahwa Allah SWT memiliki nama Ar-Rahman, yang memiliki hubungan dengan kata rahim. Allah menciptakan rahim dan mengambil nama-Nya dari kata tersebut. Ini menunjukkan bahwa menjaga hubungan silaturahim adalah bagian dari penyerupaan diri kepada sifat-sifat Allah, yang penuh kasih sayang dan penuh pengampunan.
Dalam konteks ini, penting bagi umat Islam untuk tidak hanya menjalankan ibadah ritual saja, tetapi juga memperhatikan kualitas hubungan mereka dengan sesama manusia, terutama dengan keluarga dan kerabat.
Dengan menjaga dan memperbaiki silaturahim, umat Islam dapat merasakan berkah dan rahmat dari Allah SWT, serta menciptakan harmoni dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagian orang salah paham dalam memaknai silaturahim, dengan menganggap semua perbuatan menyambung hubungan dengan orang lain sebagai silaturahim. Jelas ini tidak tepat secara bahasa ataupun secara istilah syar'i.
Dari kesalahan-pahaman ini muncul berbagai macam kesalahan lain yang sangat patut untuk kita koreksi. Pemahaman yang keliru terhadap konsep silaturahim bisa membawa pada praktek-praktek yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Hal ini penting untuk dikoreksi agar umat dapat memahami dengan baik esensi dari silaturahim dalam Islam.
- Penggunaan Dalil-dalil tentang Silaturahim pada Perbuatan yang Bukan Silaturahim:Â Penting untuk memahami bahwa hadis-hadis tentang keutamaan silaturahim ditujukan pada perbuatan-perbuatan yang benar-benar termasuk dalam silaturahim menurut konsep agama Islam. Menggunakan dalil-dalil tersebut untuk mendukung kegiatan yang tidak terkait dengan memperbaiki hubungan antar sesama atau yang tidak memiliki nilai-nilai kebaikan yang sesuai dengan ajaran agama adalah kesalahan interpretasi.
- Penggunaan Dalih Silaturahim untuk Perbuatan yang Dilarang Agama: Salah kaprah jika seseorang menggunakan alasan silaturahim untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran agama. Silaturahim seharusnya membawa kepada kebaikan dan kemaslahatan, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, menggunakan silaturahim sebagai dalih untuk melakukan hal-hal yang dilarang agama adalah kesalahan yang perlu disadari.
- Menggunakan Dalih Silaturahim untuk Tidak Meninggalkan Keburukan: Memang benar bahwa memutuskan hubungan dengan orang yang buruk bukanlah memutuskan tali silaturahim, namun hal ini juga tidak berarti bahwa kita harus terus-menerus terlibat dalam perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama hanya karena alasan silaturahim. Menjaga silaturahim seharusnya tidak dijadikan alasan untuk tetap terlibat dalam hal-hal yang merugikan diri sendiri atau orang lain.
Penting untuk memahami perbedaan antara makna silaturahim dalam istilah syariat Islam dengan makna silaturahmi dalam bahasa Indonesia. Dalam konteks bahasa Indonesia, silaturahmi lebih mengacu pada tali persahabatan dan persaudaraan yang luas, tidak hanya terbatas pada hubungan kekerabatan saja. Ini mencerminkan nilai-nilai sosial dan kebersamaan yang dijunjung tinggi dalam budaya dan tradisi masyarakat Indonesia.
Namun, ketika menggunakan istilah silaturahmi dalam bahasa Indonesia, perlu diingat untuk tidak mengaitkannya langsung dengan perintah dan keutamaan silaturahim dalam istilah syariat agama Islam. Silaturahmi dalam bahasa Indonesia mungkin mencakup berbagai aktivitas yang bertujuan mempererat hubungan sosial tanpa berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip agama.
Dengan demikian, penting untuk menjaga pemahaman yang benar antara silaturahim dalam konteks agama Islam dan dalam konteks budaya atau bahasa Indonesia. Ini akan membantu kita untuk tidak salah dalam mengartikan dan mempraktekkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, serta menghindari penggunaan alasan silaturahmi untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama.
Dalam praktiknya, penting bagi umat Islam untuk senantiasa merujuk pada ajaran agama dan memahami dengan benar konsep silaturahim. Selain itu, kesadaran akan tujuan dan makna dari silaturahim sebagai upaya untuk mempererat hubungan antar sesama manusia dan mendekatkan diri kepada Allah SWT juga penting dalam menghindari kesalahpahaman dalam mempraktekkannya.
Dan terakhir, semangat untuk menjaga dan mempererat silaturahim harus terus ditingkatkan, bukan hanya di bulan Syawal, tetapi juga sepanjang tahun. Dengan demikian, hubungan yang harmonis antar sesama umat manusia dapat terus terjalin, menciptakan kedamaian dan keberkahan dalam kehidupan bermasyarakat.
Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H