Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Grave of the Fireflies (Hotaru no Haka): Film yang Membuka Mata Hati Saya dari Kufur Nikmat

1 April 2024   12:09 Diperbarui: 1 April 2024   13:15 1472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuplikan DVD Film "Grave of the Fireflies", sumber gambar: Koleksi Merza Gamal

Film ini menyajikan gambaran yang menyentuh tentang dampak perang pada kehidupan sehari-hari orang-orang biasa, terutama anak-anak yang paling rentan. Kisah ini tidak hanya menyoroti penderitaan dan kehilangan, tetapi juga kekuatan cinta, pengorbanan, dan keteguhan hati dalam menghadapi situasi yang paling putus asa.

Kisah mereka mengajarkan tentang kekuatan cinta, pengorbanan, dan keteguhan hati dalam menghadapi cobaan hidup. Meskipun berakhir dengan tragis, "Grave of the Fireflies" tetap menyisakan kesan yang mendalam dan menjadi salah satu karya paling berharga dalam sejarah sinema animasi.

"Grave of the Fireflies" merangkum kesan yang mendalam dalam diri saya. Melihat betapa gigihnya Seita dalam melindungi adiknya, Setsuko, di tengah badai penderitaan, saya merasa malu dengan diri sendiri. Saya, yang hidup dalam kenyamanan dan kelimpahan sejak kecil, tidak pernah memiliki semangat sebesar itu untuk melindungi dan merawat saudara-saudara saya seperti yang dilakukan Seita.

Kisah Seita dan Setsuko juga mengajari saya tentang arti sejati kebahagiaan. Meskipun dihadapkan pada penderitaan yang tak terbayangkan, mereka masih mampu menemukan kebahagiaan dalam setiap momen kecil dan sederhana. Mereka mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tentang seberapa banyak yang kita miliki, melainkan seberapa banyak yang kita syukuri.

Dalam mengakhiri Ramadan ini, saya merasa terpanggil untuk melakukan introspeksi diri. Saya menyadari betapa seringnya saya melakukan kufur nikmat, bahkan tanpa menyadarinya. Namun, menyaksikan kembali kisah Seita dan Setsuko membuka mata dan hati saya. Saya berjanji untuk lebih bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada saya, dan berusaha menjadi mukmin sejati sepanjang masa.

Semoga Ramadan ini membawa peningkatan ketaqwaan bagi kita semua, dan mengajarkan kita arti sejati dari rasa syukur dan pengabdian kepada-Nya.

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun