Bekerja sebagai ibadah adalah konsep yang sangat penting dalam Islam. Bekerja dengan niat yang tulus untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan umat secara keseluruhan dianggap sebagai ibadah. Dalam konteks ini, ada beberapa konsep yang relevan.
Pertama, Bekerja sebagai Salah Satu Jalan Jihad: Dalam Islam, jihad bukan hanya berarti perang fisik, tetapi juga berusaha keras untuk melakukan kebaikan. Bekerja dengan tekun dan tulus dapat dianggap sebagai bentuk jihad karena melalui usaha tersebut, seseorang dapat mencapai kesejahteraan bagi dirinya dan orang lain.
Kedua, Bekerja sebagai Bagian dari Dakwah:Â Dakwah adalah upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain. Bekerja dengan baik dan menjadi teladan yang baik bagi orang lain dapat menjadi bentuk dakwah yang sangat efektif. Ketika seseorang menunjukkan integritas, kejujuran, dan dedikasi dalam pekerjaannya, ia secara tidak langsung memperlihatkan nilai-nilai Islam kepada orang lain.
Dengan memandang bekerja sebagai ibadah, seseorang bisa lebih bermotivasi untuk memberikan yang terbaik dalam segala hal yang dilakukannya, tidak hanya untuk kepentingan duniawi tetapi juga sebagai bagian dari ibadah kepada Allah.
Suatu ketika, Rasulullah SAW dan para sahabatnya melihat seseorang yang bekerja dengan tekun. Para sahabat berkata, "Ya Rasulullah, kalau saja orang ini berjihad di jalan Allah, maka tentu lebih baik baginya." Namun, Nabi SAW memberikan penjelasan yang sangat mendalam, bahwa setiap bentuk usaha yang dilakukan dengan niat yang baik, seperti bekerja untuk menyediakan nafkah bagi keluarga, merawat orang tua yang sudah renta, atau menjaga kehormatan diri agar tidak bergantung kepada orang lain, dapat dianggap sebagai jihad di jalan Allah. (Sumber: HR al-Thabrani dengan sanad yang valid)
Kisah Rasulullah tersebut merupakan salah satu hadis yang menekankan pentingnya bekerja dengan sungguh-sungguh dan niat yang tulus sebagai bagian dari jihad. Hadis ini mengajarkan bahwa setiap bentuk usaha yang dilakukan dengan niat yang baik dapat dianggap sebagai jihad di jalan Allah.
Dalam hadis tersebut, Nabi Muhammad SAW memberikan penjelasan bahwa jika seseorang bekerja dengan tujuan yang baik, seperti untuk menyediakan nafkah bagi keluarganya, merawat orang tua yang sudah renta, atau menjaga kehormatan dirinya sendiri, maka usaha tersebut dianggap sebagai jihad di jalan Allah. Namun, jika seseorang bekerja dengan motif yang buruk, seperti riya' (pamer) atau kesombongan, maka usaha tersebut tidak akan mendapat pahala.
Pesan yang ingin disampaikan dalam hadis ini adalah pentingnya niat yang tulus dan keikhlasan dalam melakukan segala sesuatu, termasuk dalam bekerja. Dengan niat yang baik, bahkan pekerjaan sehari-hari dapat diangkat menjadi ibadah dan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.
Dalam sebuah hadis lain disampaikan pula, "Tidaklah seorang muslim mengalami lelah, sakit, sedih, terluka, bahkan duri yang menusuknya kecuali Allah akan menghapus sebagian dari dosa-dosanya " (H.S.R. Bukhari hadits no 5318).
Hadis tersebut menyiratkan bahwa setiap kesulitan atau perjuangan yang dihadapi oleh seorang Muslim, termasuk dalam bekerja untuk mencari nafkah, akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. Ini menggarisbawahi pentingnya sikap sabar dan ketabahan dalam menghadapi tantangan dalam hidup, termasuk dalam mencari nafkah untuk keluarga dan diri sendiri.
Dalam Ihya Ulumiddin 2/351, Imam Al Ghazali berpesan, "Janganlah seseorang diantara kalian bermalas-malasan untuk mencari rejeki Sementara dia selalu berdoa "ya Allah berilah aku rejeki", kalian sudah tau bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas ataupun perak."
Pesan Imam Ghazali tersebut menyoroti pentingnya usaha dan kerja keras dalam mencari rejeki. Meskipun kita berdoa kepada Allah untuk memberikan rezeki, namun kita juga harus melakukan usaha nyata untuk mencapainya. Ini mencerminkan konsep bahwa doa harus diiringi dengan tindakan. Kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh, mengambil langkah-langkah konkret untuk mencapai tujuan kita.
Lebih lanjut, pesan dalam Ihya Ulumudin tersebut menekankan bahwa bermalas-malasan dalam mencari rezeki tidaklah bijaksana. Allah memberikan rezeki melalui berbagai jalur, tetapi kita juga harus berusaha untuk mendapatkannya. Langit tidak akan turun hujan emas atau perak secara langsung; artinya, rezeki tidak akan datang begitu saja tanpa usaha dari pihak manusia.
Dalam pandangan ulama, kerja keras dalam mencari nafkah juga bisa dianggap sebagai jihad karena melalui usaha tersebut seseorang dapat mencapai kesejahteraan bagi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam Islam, penting untuk menjaga keseimbangan antara berdoa dan berusaha, serta menganggap kerja keras sebagai bagian dari ibadah dan jihad di jalan Allah SWT.
Merangkul Keberkahan dalam Bekerja sebagai Ibadah
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita terjebak dalam rutinitas pekerjaan dan mencari nafkah sehingga kita melupakan aspek spiritualnya. Namun, ajaran Islam mengajarkan bahwa setiap langkah yang kita ambil dalam bekerja dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Bekerja bukan hanya sekadar upaya memenuhi kebutuhan duniawi, tetapi juga merupakan kesempatan untuk meraih keberkahan dan mendapatkan pahala yang besar di sisi-Nya.
Dalam bulan Ramadan yang penuh berkah ini, mari kita renungkan kembali konsep bekerja sebagai ibadah dalam Islam. Saat kita bangun untuk bekerja setiap hari, mari kita selalu ingat bahwa setiap langkah yang kita ambil, setiap usaha yang kita lakukan, dapat menjadi bagian dari ibadah kepada Allah SWT.
Dengan menjaga niat yang tulus, keikhlasan dalam berusaha, dan konsistensi dalam mengikuti ajaran-Nya, kita dapat mengangkat status pekerjaan kita menjadi ibadah yang membawa berkah dalam kehidupan kita.
Semoga artikel ini dapat memberikan inspirasi dan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya menjadikan setiap aktivitas kita, termasuk bekerja, sebagai bentuk ibadah yang membawa berkah bagi diri kita dan orang lain.
Mari kita terus meningkatkan kewaqafan kita sebagai muslim sejati dalam menjalani kehidupan di dunia ini, menjadikan setiap langkah kita sebagai bagian dari perjalanan spiritual yang mengantarkan kita menuju rida Allah SWT.
Wassalam,
Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H