Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mungkinkah Seorang Guru terkena Post Power Syndrome?

2 Februari 2024   07:56 Diperbarui: 2 Februari 2024   08:10 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan demikian, seorang pendidik sejati tidak akan mengalami post power syndrome ketika dia pensiun sebagai guru dalam arti jabatan. Seorang pendidik sejati yang melihat perannya sebagai guru kehidupan, mentor, dan pemberdaya mungkin lebih mungkin untuk mengatasi risiko post-power syndrome saat pensiun dari jabatan formal.

Keyakinan pada makna dan dampak positif yang telah mereka berikan kepada siswa selama bertahun-tahun dapat membantu mereka menjalani fase pensiun dengan lebih tenang dan terfokus.

Pendidik sejati yang terus melibatkan diri dalam memberikan nilai-nilai, mendukung perkembangan siswa, dan mempertahankan hubungan dengan mantan siswa dapat merasakan kepuasan dan pemenuhan yang berkelanjutan. Ini membantu mereka untuk tidak sepenuhnya merasa kehilangan kekuasaan atau pengaruh, karena pengaruh positifnya masih terus berkembang di luar lingkungan kelas formal.

Selain itu, adopsi sikap hidup yang bersahaja dan bersyukur, serta menemukan kekayaan dalam hal-hal yang benar-benar penting seperti hubungan sosial dan pengembangan diri, dapat membantu menghindari perasaan kekosongan yang mungkin timbul setelah pensiun.

Namun, setiap individu dan situasi pensiun unik, dan pengalaman pensiun seorang pendidik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menerapkan sikap positif, terbuka terhadap perubahan, dan terus berkontribusi pada masyarakat dapat menjadi kunci untuk menjalani pensiun dengan baik, terlepas dari perubahan dalam jabatan atau status pekerjaan.

Banyak orang merasa bahwa peran guru telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada masa lalu, banyak guru dianggap sebagai pendidik sejati yang tidak hanya memberikan pengetahuan di dalam kelas, tetapi juga membimbing, memberikan inspirasi, dan turut aktif dalam pembangunan pendidikan bangsa secara keseluruhan.

Namun, dengan perubahan dinamika dalam sistem pendidikan, banyak guru kini mungkin lebih terfokus pada tugas pengajaran formal, terbebani oleh berbagai tuntutan administratif dan kurikulum yang padat. Hal ini dapat membuat beberapa guru lebih sulit untuk terlibat dalam peran pendidik yang lebih luas, termasuk membaktikan diri dalam pendidikan masyarakat dan bangsa.

Penting untuk diakui bahwa tidak semua guru saat ini mengalami transformasi ini, dan masih banyak guru yang tetap berkomitmen pada peran sebagai pendidik sejati. Namun, bagi mereka yang mengalami perubahan dalam pandangan dan peran guru sebagai pekerjaan formal semata, risiko post-power syndrome dapat meningkat saat pensiun.

Mengembalikan nilai-nilai pendidikan holistik dan mendukung para guru dalam peran mereka sebagai pendidik sejati bisa menjadi langkah positif untuk membantu mencegah post power syndrome di antara mereka yang memasuki masa pensiun. Menekankan arti penting pendidikan dalam membangun masyarakat dan bangsa dapat membantu memotivasi para guru untuk terlibat lebih luas dan mengalami kepuasan batin yang berkelanjutan selama dan setelah pensiun.

Pesan untuk Para Guru: Kembali ke Esensi Sejati Pendidikan

Seiring berjalannya waktu, peran guru telah mengalami perubahan yang signifikan. Namun, mari bersama-sama merenung kembali esensi sejati pendidikan. Sebagai guru, Anda memiliki kekuatan untuk membentuk generasi muda, tidak hanya dengan memberikan pengetahuan, tetapi juga dengan menjadi pendidik sejati.

  1. Bimbingan dan Inspirasi: Ingatlah bahwa kehadiran Anda di kelas tidak hanya tentang mentransfer informasi, tetapi juga memberikan bimbingan dan inspirasi kepada siswa. Sebuah kata-kata penyemangat dari seorang pendidik bisa menjadi cahaya yang membimbing langkah siswa ke arah yang positif.
  2. Pengabdian pada Pendidikan Bangsa: Jauhilah pandangan bahwa menjadi guru hanya sekadar profesi untuk mendapatkan gaji dan jabatan. Lihatlah peran Anda sebagai panggilan untuk berkontribusi pada pembangunan pendidikan bangsa. Dengan memberikan yang terbaik, Anda berpartisipasi dalam mencetak generasi unggul yang akan membentuk masa depan negara ini.
  3. Bakti untuk Masyarakat: Luangkan waktu untuk terlibat dalam pendidikan masyarakat di sekitar. Aktivitas sukarela, pembinaan ekstrakurikuler, atau pelibatan dalam proyek-proyek pendidikan dapat memberikan arti yang mendalam dalam karir Anda. Pendidikan bukan hanya terbatas di dalam kelas, tetapi juga di seluruh lapisan masyarakat.
  4. Membentuk Karakter dan Nilai: Pusatkan perhatian Anda pada pembentukan karakter dan nilai siswa. Pendidikan bukan hanya tentang angka dan fakta, tetapi juga tentang membantu siswa menjadi individu yang berintegritas, bertanggung jawab, dan memiliki rasa empati.
  5. Keseimbangan Hidup dan Kesejahteraan Emosional: Jangan lupakan keseimbangan hidup dan kesejahteraan emosional Anda sendiri. Dengan menjaga kesehatan fisik dan mental, Anda dapat memberikan kontribusi yang lebih baik pada siswa dan masyarakat. Pastikan bahwa kepuasan batin Anda bukan hanya berasal dari pencapaian jabatan atau gaji, tetapi dari dampak positif yang Anda ciptakan.

Mari bersama-sama mengembalikan nilai-nilai pendidikan holistik. Dengan menjalankan peran sebagai pendidik sejati, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih bermakna dan memberikan inspirasi kepada generasi penerus.

Sebagai guru, Anda memiliki kekuatan untuk membentuk masa depan, dan melalui esensi sejati pendidikan, kita dapat menjauhkan diri dari perasaan post power syndrome saat pensiun nanti.

Penulis: Merza Gamal (Performer CEO Lembaga Pendidikan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun