Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Frugal Living vs Gaya Hidup Maksimalis dalam Membangun Kehidupan yang Bermakna

27 Januari 2024   16:48 Diperbarui: 27 Januari 2024   16:50 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era baru kapitalisme, tingkah laku orang-orang, khususnya pekerja, menjadi terkait erat dengan gaya hidup maksimalis. Ellen Goodman, seorang kolumnis, memaparkan bagaimana pekerja terjebak dalam lingkaran konsumtif. 

Mereka membeli pakaian dan mobil dengan kredit, menciptakan ketergantungan pada sistem keuangan. Untuk menjaga gaya hidup maksimalis ini, pekerja terlibat dalam pinjam meminjam dengan bank, meningkatkan risiko terjebak dalam utang konsumtif.

Namun, di balik gemerlap gaya hidup maksimalis, terselip potensi sengsara dan kecelakaan. Kekayaan yang diakumulasi untuk gaya hidup mewah justru menjadi beban. Pemilik kekayaan menjadi khawatir akan kehilangannya dan terisolasi dari masyarakat. Ini membawa kita pada refleksi tentang hakikat kemuliaan.

Hakikat Kemuliaan: Tawakkal dan Ketaatan

Kemuliaan seseorang tidak terletak pada pujian atas penampilan atau kekayaan yang dimilikinya. Menurut pandangan spiritual, kemuliaan sejati berasal dari ketaatan kepada Allah sebagai seorang hamba Tuhan. Kekuatan seorang hamba Tuhan terletak pada tawakkalnya kepada Allah, menyerahkan segala urusan kepada-Nya.

Rasa tawakkal, keistiqamahan dalam beribadah, dan ketaatan kepada syariah menciptakan keberkahan. Hakikat kemuliaan terletak pada kualitas ibadah, ketakwaan kepada Allah, dan kebaikan kepada sesama. Ini adalah pondasi yang berbeda dengan kehidupan maksimalis yang mendasarkan kemuliaan pada materi dan penampilan.

Kerugian dan kehinaan seorang hamba Tuhan yang memaksakan dirinya hidup maksimalis muncul dari kecintaan berlebihan pada dunia. Dalam Al-Qur'an disebutkan, "Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharap pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu, tempatnya ialah neraka" (QS. Yunus: 7-8).

Kecondongan pada dunia secara berlebihan membuat seseorang melupakan akhirat dan menghadapi kerugian di dunia dan akhirat.

Hidup Sederhana dan Frugal Living: Solusi Bijak untuk Meninggalkan Gaya Hidup Maksimalis

Dalam melangkah keluar dari kompleksitas gaya hidup maksimalis, kita menemui solusi bijak melalui hidup sederhana dan penerapan konsep frugal living. Frugal living bukan sekadar gaya hidup hemat, tetapi sebuah filosofi yang melibatkan perencanaan matang, disiplin, dan komitmen untuk mencapai kebebasan finansial serta kebahagiaan sejati.

  • Perencanaan Finansial yang Bijak: Frugal living dimulai dengan menetapkan tujuan finansial yang jelas. Identifikasi kebutuhan dan impian jangka pendek, menengah, dan panjang. Misalnya, menyusun rencana untuk melunasi utang, menabung untuk pendidikan atau masa pensiun, dan mengalokasikan dana untuk kebutuhan pokok.
  • Membuat Anggaran yang Tepat: Membuat anggaran adalah langkah kunci dalam frugal living. Rincikan setiap pengeluaran bulanan dengan cermat, termasuk pengeluaran untuk makanan, transportasi, dan rekreasi. Hal ini membantu mengidentifikasi area di mana kita dapat melakukan penghematan tanpa mengorbankan kenyamanan.
  • Menghindari Utang yang Tidak Perlu: Frugal living menekankan pada penghindaran utang yang tidak perlu. Sebelum membuat pembelian besar atau mengajukan pinjaman, pertimbangkan kembali apakah itu merupakan kebutuhan atau keinginan. Menahan diri dari utang konsumtif membantu mempertahankan stabilitas keuangan.
  • Bersyukur dan Menikmati Proses: Frugal living membawa kita pada apresiasi terhadap apa yang telah kita miliki. Bersyukur atas aset, keterampilan, dan hubungan yang dimiliki membantu kita melihat kekayaan sejati hidup. Menikmati proses perubahan menuju hidup sederhana memberikan kepuasan yang lebih tahan lama daripada kebahagiaan yang didasarkan pada barang-barang materi.
  • Fokus pada Hal-Hal yang Penting: Frugal living mengajarkan untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup. Ini melibatkan penilaian kembali nilai-nilai dan prioritas. Sebagai contoh, mengalihkan perhatian dari keinginan materialistik yang sementara menuju investasi pada hubungan, kesehatan, dan pengembangan diri.
  • Membangun Keterampilan Finansial: Frugal living bukan sekadar tentang menghemat uang, tetapi juga membangun keterampilan finansial. Memahami investasi, mengetahui cara mengelola risiko, dan meningkatkan literasi keuangan adalah aspek penting dalam perjalanan frugal living.

Penutup: Membangun Kehidupan yang Bermakna melalui Frugal Living

Dalam pelayaran ke kompleksitas gaya hidup modern, kita telah menggali kebenaran bahwa hidup sederhana dengan terencana dan frugal living adalah kunci untuk membangun kehidupan yang bermakna.

Dalam dunia yang seringkali memandang kemakmuran sebagai ukuran kesuksesan, frugal living menjadi solusi bijak yang menawarkan lebih dari sekadar hemat uang. Hal ini adalah tentang membangun fondasi kehidupan yang kuat, berdasarkan perencanaan finansial yang bijak, disiplin, dan kesadaran terhadap nilai-nilai yang sesungguhnya.

Kesederhanaan bukanlah tentang kekurangan, melainkan pilihan bijak untuk melepaskan diri dari belenggu konsumtif dan menciptakan ruang bagi kebahagiaan yang tumbuh secara alami. Dengan menekankan nilai-nilai seperti rasa syukur, keterampilan finansial, dan fokus pada hal-hal yang penting, frugal living membawa kita menuju kebebasan finansial yang sejati.

Sebagai penutup, mari kita renungkan bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam gudang belanja atau kepemilikan material. Ia bersarang dalam kesederhanaan, bersyukur atas apa yang telah kita miliki, dan menemukan kekayaan sejati dalam hubungan, kesehatan, dan pengembangan diri.

Frugal living bukanlah sekadar gaya hidup hemat (minimalis), tetapi panggilan untuk membangun hidup yang bermakna dan penuh berkah. Semoga artikel ini memberikan inspirasi dan panduan untuk setiap pembaca dalam memilih jalur hidup yang membawa kepada kebahagiaan sejati.

Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun