Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hikmah Tahun 2023: Perjalanan Menarik sebagai Kompasianer dan Ranking ke-7 di Kilas Balik Kompasiana

31 Desember 2023   07:31 Diperbarui: 31 Desember 2023   07:52 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Alhamdulillah, melihat Kilas Balik Kompasiana 2023, saya bersyukur telah menempati peringkat ke-7 sebagai Kompasianer. Sebuah pencapaian yang menarik jika dibandingkan dengan posisi ke-44 tahun sebelumnya dan bahkan di luar peringkat 100 pada tahun 2021. Perjalanan ini penuh lika-liku, ujian, dan hikmah yang kini ingin saya bagikan.

Saya telah menjadi bagian dari Kompasiana sejak awal peluncurannya pada tahun 2008. Aktif menulis hingga tahun 2014, namun kesibukan lain membatasi keterlibatan saya hingga tahun 2020.

Pada tahun tersebut, setelah terlibat dalam proyek membangun rumah sakit dan membantu transformasi sebuah Yayasan Pendidikan di Riau, saya kembali aktif dengan akun baru karena email lama saya di-hack.

Tantangan dan Rintangan dalam Perjalanan

Perjalanan saya tidak tanpa rintangan. Pada Mei 2022, saya mendapat peringatan pertama dari Kompasiana terkait artikel yang dianggap plagiat, meskipun sebenarnya itu adalah karya orisinal laporan pandangan mata dengan dokumentasi foto terbaru.

Tantangan semakin bertambah dengan tiga peringatan Oops dalam dua hari karena pengutipan hadis-hadis tanpa uji coba menggunakan Turnitin.


Sumber gambar: Tangkapan Layar Kompasiana.com
Sumber gambar: Tangkapan Layar Kompasiana.com

Keputusan Kompasiana untuk memblokir akun saya terkait pengutipan berita yang melampaui batas 25% menandai titik terendah. Meski tergoda untuk berhenti, saran dan dorongan dari teman serta Kompasianer senior, seperti Bapak Tjiptadinata Efendi dan Engkong Felix Tani, memotivasi saya untuk tetap menulis dengan akun baru di Kompasiana.

Blokir akun menjadi ujian berat, namun juga titik balik yang menguatkan tekad saya. Keputusan untuk tidak menyerah membawa saya pada pemilihan akun baru, menggali semangat baru untuk terus berbagi pengetahuan dan pengalaman. Dorongan dari para senior Kompasianer memberikan perspektif bahwa setiap rintangan adalah peluang baru.

Padahal, dalam menulis mengenai Change Management & Transformation yang menjadi fokus utama tulisan saya di Kompasiana, saya memanfaatkan referensi dari buku-buku yang pernah saya tulis dan jurnal-jurnal dari lembaga-lembaga ternama seperti Harvard Business School, McKinsey & Company, dan Gallup, di mana saya ikut berlangganan.

Di sisi lain, tulisan tentang hikmah kehidupan dari sudut pandang Islam dibangun dari sharing sahabat-sahabat dan pengalaman pribadi, dengan menyertakan dalil-dalilnya. Pengalaman blokir akun tidak hanya mengajarkan saya ketekunan dalam mengejar passion, tetapi juga memberi warna baru dalam menemukan inspirasi.

Dari kejadian tersebut, saya belajar bahwa setiap rintangan dapat menjadi sumber kekuatan dan motivasi untuk mencapai tujuan. Membangun akun baru bukan hanya tindakan untuk melanjutkan tulisan, tetapi juga sebuah bentuk keprihatinan terhadap keinginan untuk terus berkontribusi dan berbagi.

Rintangan sebagai Penulis dan Kasus Pembunuhan Karakter

Keberhasilan sebagai penulis di media mainstream dan aktivitas di Kompasiana membawa reward cuan, namun tidak selalu tanpa kompleksitas. Saya mengalami kasus pembunuhan karakter di Kompasiana yang memaksa saya untuk terus mempertahankan nama baik dengan membuka akun baru dan terus menulis.

Selain itu, Saya awalnya tidak menyadari adanya K-Reward di Kompasiana hingga tahun 2022. Meskipun belum mendapatkan apapun dari platform ini, niat saya tetap tulus untuk berbagi ilmu dan pengalaman dengan pembaca. Menulis di Kompasiana, bagi saya, adalah bentuk jurnalisme warga yang paling "mumpuni."

Meski dihadapkan pada berbagai rintangan, semangat saya untuk berbagi ilmu dan pengalaman tetap berkobar. Keyakinan bahwa ilmu yang tidak dibagikan akan hilang mendorong saya untuk terus menulis. Bagi saya, menulis di Kompasiana adalah bentuk legacy yang dapat saya tinggalkan untuk generasi mendatang.

Tetap Semangat di Tengah Semua Tantangan

Meskipun perjalanan saya sebagai Kompasianer penuh dengan cobaan, tantangan, dan kesulitan, semangat untuk terus berbagi dan memberikan kontribusi positif melalui tulisan tetap membakar.

Ranking ke-7 di Kilas Balik Kompasiana 2023 hanyalah hasil dari tekad dan semangat untuk tetap menulis, menginspirasi, dan meninggalkan jejak digital yang berarti. Tetap semangat, terus berbagi, dan semoga tulisan-tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang dan negeri tercinta, Indonesia.

Sebelum melibatkan diri di Kompasiana, perjalanan menulis saya telah melewati berbagai media, terutama di kolom opini. Tulisan-tulisan saya tersebar di berbagai platform terkemuka seperti Kompas, Media Indonesia, Republika, Sinar Harapan, Info Bank, Harian Jakarta, Riau Post, Padang Post, Banjarmasin Post, Mediacare, dan bahkan Detik yang kemudian berkembang menjadi detikcom.

Keberhasilan menulis di media mainstream membawa "uang lelah menulis" dengan rentang honorarium Rp500 ribu- Rp 1 juta, tergantung pada cakupan media. Di rubrik "Corporate Values" Majalah Stabilitas LPPI, saya masih aktif memberikan kontribusi, menjalin kemitraan dengan lembaga perbankan dan keuangan lainnya.

Aktivitas menulis saya tidak hanya terbatas pada media mainstream, tetapi juga merambah ke blog pribadi dan mailing list sejak awal 1990-an. Bergabung dengan mailing list dari Belanda dan Jerman, hingga menjadi bagian dari mailing list yang dikelola di Indonesia pada tahun 1997, memberi saya pengalaman berharga dalam memahami dinamika berbagi informasi melalui platform ini.

Dilema Antara Reward Cuan dan Passion untuk Berbagi

Menulis di blog dan mailing list tidak selalu menghasilkan reward cuan sebagaimana di media mainstream. Meskipun demikian, beberapa blog memberikan reward dalam bentuk natura. Sebagai contoh, undangan ke Malaysia oleh Malaysia Tourism Promotion Board (MTPB) dan Air Asia membawa imbalan dalam bentuk membuat lima artikel setelah kunjungan.

Meski pernah diundang oleh beberapa Pemerintah Daerah untuk menulis tentang destinasi wisata di blog media lain, melibatkan diri di Kompasiana membuka mata saya terhadap eksistensi K-Reward. Kesadaran ini muncul pada awal tahun 2022 dan menjadi harapan bagi banyak Kompasianer yang menulis di platform ini.

Walau pun belum meraih apapun dari Kompasiana pada awalnya, niat tulus untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mengukir jejak digital yang berarti. Perjalanan menarik sebagai penulis, dari mainstream hingga platform warga seperti Kompasiana, mengajarkan saya arti kesetiaan pada passion tanpa terpengaruh oleh reward cuan semata.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Hikmah tahun 2023 adalah kesempatan untuk bersyukur, belajar, dan tetap berkomitmen untuk terus berbagi, merangkai jejak digital yang bermanfaat bagi banyak orang dan negeri tercinta, Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun