Laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) Edisi ke-10 yang dirilis pada 26 Desember 2023 memberikan sorotan terhadap prestasi luar biasa Ekonomi Islam dalam satu dekade terakhir.Â
Dari estimasi pasar US$1,62 triliun pada tahun 2012, kini telah mencapai US$2,29 triliun pada tahun 2022, menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.
Pertumbuhan ekonomi Islam tidak hanya mencerminkan kontribusi konsumen Muslim, tetapi juga merambah pasar konsumen etis global. Dengan populasi global yang muda dan berkembang pesat, yang melebihi 2 miliar konsumen Muslim, menjadi pendorong utama pertumbuhan ini.
Peran Khusus Makanan Halal dalam Ekonomi Islam
Makanan halal memegang peran sentral dalam ekonomi Islam. Dengan adanya larangan terhadap jenis makanan tertentu menurut hukum Islam, produk yang dikonsumsi harus memenuhi standar kehalalan. Ini telah menciptakan lanskap bisnis yang dinamis dan meningkatkan kebutuhan akan sertifikasi halal.
Beberapa negara menonjol dalam konsumsi makanan halal dan termasuk lima ranking teratas, adalah: Indonesia: $149,8 miliar, Mesir: $143 miliar, Bangladesh: $137 miliar, Nigeria: $87,4 miliar, Iran: $87,4 miliar.
Meskipun permintaan terus meningkat, tidak semua negara Muslim dapat memenuhi kebutuhan makanan halal secara lokal. Sejumlah besar harus mengimpor makanan halal, menciptakan kesenjangan antara produksi dan konsumsi.
Di sisi lain, ada negara-negara yang menjadi produsen dan eksportir utama makanan halal, yaitu: Brazil: $27,9 miliar, India: $24,3 miliar, USA: $15,4 miliar, Rusia: $14,4 miliar, Indonesia: $13,1 miliar.
Kesenjangan antara produksi dan kebutuhan konsumen makanan halal mencapai $265,1 miliar, menciptakan peluang bisnis yang signifikan.
Menguak Dinamika Ketahanan Pangan dalam Ekonomi Islam Global