Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menapak Jejak Ekonomi Islam Global: Kontroversi "SGIE" dan Peluang bagi Indonesia

27 Desember 2023   10:38 Diperbarui: 27 Desember 2023   10:59 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Debat calon wakil presiden Jumat pekan lalu (22 Desember 2023) menciptakan gelombang minat di media sosial, terutama setelah istilah "SGIE" menjadi trending topic. SGIE adalah singkatan dari State of the Global Islamic Economy yang merupakan sebuah laporan tahunan terbitan DinarStandard, sebuah lembaga swasta, yang didukung oleh Departemen Ekonomi dan Pariwisata Dubai (DET).

Sebagai seorang yang terlibat dalam pengembangan jaringan perbankan dan bisnis syariah dari tahun 2000, saya berupaya menyusun sebuah artikel sederhana sebagai sebuah sharing dengan membuka isi laporan, menyoroti peluang Ekonomi Islam, dan menganalisis peran khusus Indonesia dalam panggung ekonomi global.

Artikel tersebut telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Peluang dan Eksistensi Indonesia dalam Ekonomi Islam Global Pasca "SGIE" Menjadi Trending Topic".

"SGIE" masih menjadi trending topic hingga saat ini, bahkan lebih jauh malah menjadi kontroversi. Di tengah kontroversi tersebut, kemarin, Selasa 26 Desember 2023, DinarStandard meluncurkan 10th edition of the State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report di Dubai.

Kebetulan, saya hingga saat ini masih tercatat sebagai salah satu anggota Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI), sehingga mendapatkan link undangan untuk mengikuti peluncuran 10th edition of the State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report melalui Webinar Zoom. Dengan demikian, saya dapat informasi valid dan terlebih dahulu kondisi perkembangan Ekonomi Islam Global saat ini, termasuk posisi Indonesia di dalamnya.

Laporan Keadaan Ekonomi Islam Global (SGIE) Edisi ke-10: Menggali Perkembangan dan Peluang

  • Pertumbuhan Ekonomi Islam Global: Dalam sepuluh tahun terakhir, Ekonomi Islam global atau yang dikenal sebagai pasar gaya hidup halal telah mencapai pencapaian luar biasa. Dari estimasi pasar sebesar US$1,62 triliun pada tahun 2012, kini telah tumbuh menjadi US$2,29 triliun pada tahun 2022. Pertumbuhan ini didorong oleh populasi global yang muda dan berkembang pesat, melampaui 2 miliar konsumen inti Muslim untuk mencakup pasar konsumen etis global yang lebih luas.
  • Peran Negara dalam Ekonomi Islam Global: Dana kekayaan negara, terutama yang dipimpin oleh PIF Arab Saudi, secara aktif terlibat dalam Ekonomi Islam Global. Kebijakan ekonomi di Malaysia, Indonesia, dan Arab Saudi terus mengintegrasikan ekonomi Islam sebagai bagian integral dari strategi nasional mereka. Dana VC dan PE juga terus mendukung kewirausahaan, mencakup sektor fintech seperti Wahed hingga platform e-commerce seperti Modanisa.
  • Kolaborasi Global dan Investasi: Konglomerat global seperti BRF, Nestle, dan Nike, terus berinvestasi dan mengembangkan solusi untuk pasar Islam yang besar dan berkembang. OKI, yang terdiri dari 57 negara, dan lembaga-lembaga pembangunan global seperti UNHCR dan Bank Dunia, kini fokus pada peluang ekonomi Islam/Halal sebagai prioritas pembangunan. Investasi pembangunan besar-besaran juga terlihat dalam Visi 2030 Arab Saudi.
  • Tantangan Global: Edisi tahun 2023 disajikan di tengah krisis global seputar konflik Palestina-Israel yang memiliki relevansi sosio-ekonomi signifikan. Tantangan lainnya melibatkan konflik di Ukraina, krisis iklim, dan ketidakpastian hubungan akibat revolusi AI digital, semuanya menjadi tantangan utama bagi agenda investasi dan pertumbuhan ekonomi.
  • Pertumbuhan Belanja Konsumen dan Aset Keuangan Syariah: Laporan memperkirakan bahwa 2 miliar konsumen Muslim menghabiskan sekitar US$2,29 triliun pada tahun 2022 di berbagai sektor. Pertumbuhan belanja Muslim mencapai 9,5% tahun-ke-tahun, mencerminkan pasar inti ekonomi Islam yang terus berkembang. Aset keuangan syariah juga meningkat menjadi US$3,96 triliun, naik 17% dari tahun sebelumnya.
  • Kepemimpinan Malaysia: Malaysia tetap memimpin dalam Indikator Ekonomi Islam Global (GIEI) selama 10 tahun berturut-turut, diikuti oleh Arab Saudi, Indonesia, dan UEA. Indonesia naik peringkat ke #3, sementara Bahrain kembali masuk ke 5 besar.
  • Penurunan Perdagangan:Impor produk halal oleh negara-negara anggota OKI mengalami penurunan tipis sebesar 2,91% pada tahun 2022, dipengaruhi oleh berkurangnya permintaan impor vaksin. Meskipun demikian, proyeksi menunjukkan pemulihan pada tahun 2027, mencapai US$492 miliar dengan CAGR 7,6%.
  • Rekomendasi dan Visi Aspirasional: Laporan ini memberikan rekomendasi bagi pemerintah, dunia usaha, dan investor untuk mengoptimalkan peluang di sektor tertentu. Sebagai penutup, bagian peringatan 10 tahun menggali perkembangan investasi, kebijakan nasional, tren gaya hidup, dan dampak sosial yang membentuk ekonomi Islam global. Visi aspirasional untuk 10 tahun ke depan menciptakan ekonomi etis berbasis nilai-nilai Islam yang dapat menjadi faktor pendorong kemakmuran sosio-ekonomi global secara berkelanjutan.

Pemahaman Ranking dan Otoritas Laporan Ekonomi Islam

Penting untuk memahami konteks dan tingkatan keotoritasan berbagai laporan ekonomi Islam yang diterbitkan oleh berbagai lembaga. Meskipun State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report yang diterbitkan oleh DinarStandard memiliki dampak dan relevansi yang signifikan, ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam menilai keotoritasan laporan tersebut.

File Merza Gamal. Sumber gambar: Tangkapan Layar Zoom Webinar Launching SGIE 2023 Report 
File Merza Gamal. Sumber gambar: Tangkapan Layar Zoom Webinar Launching SGIE 2023 Report 

1. Lembaga Penerbit:

  • DinarStandard: Sebagai lembaga swasta, laporan ini mungkin memiliki kecenderungan untuk fokus pada aspek-aspek tertentu atau memiliki sudut pandang khusus.
  • Organization of Islamic Cooperation (OIC): Sebagai lembaga resmi dunia Islam, laporan dari OIC dapat dianggap lebih otoritatif karena mencakup perspektif luas dari negara-negara anggota OIC.

2. Metodologi:

  • DinarStandard: Metodologi yang digunakan oleh lembaga swasta mungkin belum melalui verifikasi dan validasi yang sama dengan lembaga resmi.
  • OIC: Laporan dari OIC, sebagai lembaga formal, mungkin melibatkan proses metodologi yang lebih terstruktur dan diverifikasi.

3. Lembaga Standard Setting:

  • Islamic Financial Services Board (IFSB): Laporan dari IFSB dapat dianggap sebagai referensi yang penting karena lembaga ini berperan dalam menetapkan standar industri keuangan Islam.
  • Lembaga-lembaga swasta lainnya: Laporan dari lembaga swasta seperti DinarStandard dan Refinitiv memiliki nilai, tetapi mereka sejajar dan mungkin lebih bersifat komplementer daripada menggantikan laporan dari lembaga resmi atau lembaga standard setting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun