Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kesehatan Holistik sebagai Prioritas Utama dalam Membangun Tempat Kerja Sehat

13 Desember 2023   20:14 Diperbarui: 13 Desember 2023   20:38 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: McKinsey.com

Tempat kerja yang sehat bukan hanya tentang menciptakan lingkungan yang aman fisiknya, tetapi juga mendukung kesehatan secara keseluruhan, termasuk aspek-aspek mental, sosial, dan spiritual. Sebuah survei terbaru oleh McKinsey Health Institute (MHI) di 30 negara telah memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana organisasi dapat memainkan peran kunci dalam menciptakan tempat kerja yang memprioritaskan kesehatan holistik karyawan.

Survei MHI melibatkan lebih dari 30.000 karyawan di seluruh dunia dan menyoroti pentingnya kesehatan holistik. Kesehatan holistik, yang mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan spiritual, diidentifikasi sebagai kunci untuk pengalaman kerja positif.

Lebih dari separuh karyawan melaporkan memiliki kesehatan holistik yang positif secara keseluruhan. Meskipun demikian, terdapat variasi signifikan antar negara, dengan Jepang memiliki persentase skor positif terendah (25%) dan Trkiye tertinggi (78%).

Tantangan untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan holistik tampak dalam variasi demografis. Responden usia 18 hingga 24 tahun melaporkan skor kesehatan holistik yang lebih rendah, menambahkan pemahaman terhadap tantangan yang dihadapi oleh Generasi Z.

Selain itu, perusahaan besar, manajer, dan industri tertentu memiliki skor kesehatan holistik yang lebih tinggi, sementara pekerja non-manajerial dan dari perusahaan kecil melaporkan skor yang lebih rendah.

Salah satu temuan kunci adalah peran tuntutan dan faktor pendukung dalam menciptakan kesehatan holistik. Tuntutan pekerjaan, seperti menghadapi perilaku beracun atau ambiguitas peran, memainkan peran besar dalam gejala kelelahan.

MHI menekankan bahwa mengurangi tuntutan atau membangun faktor pendukung tidak boleh dianggap sebagai solusi tunggal. Perubahan jangka panjang mungkin membawa pasang surut tuntutan episodik, dan organisasi perlu mempertimbangkan cara mengatasi kedua aspek ini secara holistik.

Penelitian MHI menunjukkan bahwa lingkungan kerja memiliki dampak signifikan pada kesehatan karyawan. Karyawan yang dapat bekerja di lokasi kerja pilihan mereka melaporkan kesehatan holistik yang lebih baik, gejala kelelahan yang lebih rendah, dan tingkat inovasi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, memberikan fleksibilitas lokasi kerja dapat menjadi strategi yang efektif dalam menciptakan tempat kerja yang mendukung kesehatan holistik.

Kesehatan holistik bukan hanya tentang kesehatan fisik, tetapi juga tentang mempertahankan pertumbuhan individu dari waktu ke waktu. Inisiatif perubahan jangka panjang dapat membawa dampak positif terhadap kesejahteraan karyawan dan kinerja organisasi.

Oleh karena itu, organisasi perlu berkomitmen untuk mendukung kesehatan seluruh karyawan, mencegah dampak kesehatan negatif, dan membangun lingkungan kerja yang mendukung kesehatan holistik yang positif.

Mendukung Perubahan Jangka Panjang untuk Kesejahteraan Karyawan

Kesehatan holistik di tempat kerja tidak hanya sekadar konsep, melainkan sebuah komitmen jangka panjang untuk memastikan kesejahteraan karyawan melintasi berbagai dimensi kehidupan. Ini mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan spiritual, menciptakan fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan individu dari waktu ke waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun