Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Penutup Doa pun Berganti di Masa Kampanye

11 Desember 2023   20:29 Diperbarui: 11 Desember 2023   20:54 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam panggung kampanye politik yang semakin memanas di Indonesia, doa pun menjadi alat baru yang dirombak untuk kepentingan politik. Kontroversi muncul ketika salah satu calon, mempopulerkan jargon "AMIN" yang merupakan singkatan nama kedua calon pemimpin pemerintahan sebagai ciri khas kampanyenya. Bagaimana para rival menjawab? Mereka tidak kalah kreatif.

Kelompok lain telah memutuskan untuk menggantikan penutup doa dengan kata "Qobul." Alasannya? "Qobul" dianggap sebagai kata netral yang tidak akan memihak kepada siapapun, sekaligus memberikan sentuhan keagamaan pada kampanye mereka. Mereka seolah-olah menanggapi tendensi calon tertentu yang menggunakan jargon keagamaan, sambil tetap menjaga daya tarik kampanye mereka.

Seorang pengamat politik berkomentar, "Ini adalah contoh bagaimana politik dapat meresapi setiap aspek kehidupan kita, termasuk doa. Mungkin kita akan melihat kampanye di masa depan yang semakin kreatif dalam menggabungkan aspek-aspek kehidupan sehari-hari."

Namun, tidak semua orang terkesan. Seorang warga berkata, "Saya kira kita akan membahas isu-isu penting, bukan debat kata-kata doa. Sejujurnya, saya lebih peduli apakah calon tersebut memiliki solusi konkret untuk masalah-masalah kita."

Mungkin, di tengah-tengah pertaruhan "Qobul" dan "Amin", masyarakat akan semakin bersemangat untuk meminta para calon fokus pada isu-isu yang sesungguhnya. Setidaknya, kita sekarang tahu bahwa doa bukan lagi hal yang sederhana, melainkan merupakan senjata andalan dalam pertempuran politik modern.

Seiring ritual doa yang kini terlibat dalam kampanye politik, masyarakat mulai bertanya-tanya apakah nantinya pemenang pemilihan akan menentukan kebijakan-kebijakan mereka dengan cara melempar koin atau menebak angka lotere. Sambil mengganti kata "Amin" dengan "Qobul," kita bisa saja menemukan para calon merencanakan kampanye berikutnya yang melibatkan tarot atau membaca ramalan bintang.

Sementara satu kelompok menyebutkan bahwa menggunakan "Qobul" lebih netral dan inklusif, yang lainnya bertanya-tanya apakah seharusnya doa diintervensi oleh politik atau sebaliknya. Mungkin saja kita akan melihat konvensi politik berubah menjadi semacam kelas yoga, di mana para kandidat bersaing dalam meditasi untuk menarik dukungan publik.

Akan tetapi, dalam semua kekonyolan ini, satu hal pasti: doa telah menjadi pemain utama dalam panggung politik. Saat kita memasuki masa-masa politik yang semakin unik, mungkin kita juga harus membekali diri dengan doa dan harapan bahwa kebijakan-kebijakan yang dihasilkan nantinya tidak hanya menjadi "Qobul" di surga, tetapi juga di hati rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun