Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerita Burung-Burung yang Setia dan Tahu Terima Kasih

10 November 2023   20:31 Diperbarui: 10 November 2023   20:34 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sinar matahari mulai memancar, mengubah udara pagi yang semula sejuk menjadi hangat dan menyegarkan. Kicauan burung-burung terdengar sayup-sayup dari kejauhan, membangkitkan kenangan akan sebuah kisah nyata dari tiga puluh tahun yang lalu.

Kisah ini bukan hanya tentang sekawanan burung, namun juga tentang besar kasih Allah, Sang Maha Pengasih dan Penyayang, kepada seluruh makhluk-Nya. Cerita ini menyimpan pelajaran berharga tentang kesetiaan.

Di sebuah apartemen di Singapura, seorang ibu tinggal bersama keluarganya. Meski bukan pemilik burung peliharaan, ia memiliki rasa sayang yang luar biasa terhadap burung-burung liar yang sering berkunjung ke pelataran dan jendela apartemennya.

Setiap pagi, sang ibu dengan penuh kasih memberi makan kepada burung-burung tersebut, tanpa memedulikan risiko denda yang mungkin diterimanya.

Biji-bijian tersebar di halaman rumahnya, di mana burung-burung liar dengan cepat datang dan meraih makanan dengan rakus. Mereka seolah berusaha menjaga agar halaman apartemen tetap bersih, melindungi sang ibu dari ancaman denda pihak berwenang.

Jika sang ibu lupa memberi makan karena kesibukan, burung-burung itu dengan lembut mematuk jendela apartemennya, memberikan isyarat seolah berkata, "Sudah waktunya makan, kami lapar."

Suatu hari, seorang tetangga dari lantai atas mengeluh tentang kotoran burung yang mencemari pakaian yang dijemurnya di teras. Sang ibu hanya tersenyum, karena pakaian yang dijemurnya tetap bersih dan segar, bahkan ketika kotoran burung jatuh di teras tetangga, burung-burung tersebut tidak pernah melakukannya di situ.

Pelengkap tulisan, Sumber: Hadis Riwayat Bukhari
Pelengkap tulisan, Sumber: Hadis Riwayat Bukhari

Mungkin burung-burung itu merasa berterima kasih kepada sang ibu atas kasih sayang dan perhatian yang selalu diberikan setiap hari. Mereka tidak ingin memberinya beban tambahan dengan mencemari pakaian atau halaman apartemen. Atau, mungkin Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memberi petunjuk kepada burung-burung tersebut untuk membalas kebaikan sang ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun