Ketika kita berbicara tentang perekrutan berbasis keterampilan atau gagasan bahwa Anda mempekerjakan seseorang berdasarkan keterampilannya, bukan berdasarkan latar belakang pendidikannya, sering kali kita ingin meyakinkan pemberi kerja bahwa menerapkan praktik ini adalah cara terbaik untuk mengisi peran yang banyak dibutuhkan di pasar tenaga kerja yang ketat.
Namun jika menyangkut generasi Z, perekrutan berbasis keterampilan mungkin memiliki arti yang lebih besar, terlepas dari apakah mereka kuliah atau tidak.
Ada beberapa data yang menunjukkan bahwa terjunnya Generasi Z ke dunia kerja terganggu oleh pandemi ini. Tingkat partisipasi angkatan kerja bagi masyarakat berusia 20 hingga 24 tahun lebih rendah pada bulan September dibandingkan sebelum terjadinya pandemi.Â
Hal ini bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti fakta bahwa perusahaan menghentikan perekrutan sama sekali atau menunda perekrutan lulusan baru dan lulusan baru. Keuntungan perekrutan yang diperoleh sejak awal pandemi sebagian besar telah hilang di tengah ketidakpastian ekonomi.
Generasi Z di Tiongkok juga mengalami kesulitan karena para pemberi kerja khawatir bahwa para lulusan baru ini tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk bekerja.
Penelitian McKinsey menemukan bahwa keterampilan yang dikembangkan melalui pengalaman kerja berkontribusi besar terhadap total kekayaan seseorang, terutama bagi mereka yang memulai pekerjaan dengan persyaratan pendidikan yang lebih rendah. Pasar tenaga kerja juga mulai menyambut gagasan perekrutan berbasis keterampilan.
Perekrut di LinkedIn lima kali lebih mungkin mencari kandidat pekerjaan berdasarkan keterampilan dibandingkan gelar, menurut data dari platform media sosial. Hal ini mencerminkan perubahan dalam tuntutan pasar tenaga kerja yang mengutamakan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri saat ini.
Meskipun gelar sarjana tetap penting, keterampilan praktis menjadi penentu utama dalam menjadikan seseorang menarik bagi pemberi kerja.
Perlu kita pahami, saat ini AI generatif (gen AI) dapat membantu seseorang memahami cara mengisi kesenjangan antara latar belakang dan keahlian yang ada serta pekerjaan baru. Mendorong platform gen AI juga dapat membantu pencari kerja merencanakan perjalanan pembelajaran dan pengembangan mereka sendiri.
Dan jika seseorang tertarik untuk melakukan perubahan pekerjaan di perusahaannya, mereka dapat meminta saran dari manajer atau mentor tentang cara meningkatkan level melalui kursus pembelajaran, yang mungkin diberikan atau diganti melalui pekerjaan.
Pengingat bagi pengusaha: mengambil risiko pada seseorang yang berpotensi adalah hal yang baik, meskipun ada kesenjangan antara keahlian Gen Z saat ini dan prasyarat pekerjaan. Mengembangkan individu melalui pembelajaran dan pembinaan dapat menurunkan tingkat putus sekolah, sehingga sama-sama menguntungkan.
Di lain sisi, situasi di Indonesia menunjukkan bahwa generasi Z dan milenial merupakan bagian besar dari kelompok usia produktif yang dapat berkontribusi signifikan dalam pertumbuhan ekonomi.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa persentase penduduk usia produktif (15--64 tahun) terhadap total populasi pada 2020 sebesar 70,72 persen. Ini menunjukkan bahwa Indonesia masih berada pada era bonus demografi.Â
Ketika melihat data TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Indonesia, kita melihat bahwa penduduk usia kerja di rentang usia 20-39 tahun memiliki tingkat partisipasi yang cukup tinggi (75% ke atas). Ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki pasokan tenaga kerja yang besar di kelompok usia ini.
Gen Z dan juga milenial perlu memahami pentingnya pengembangan keterampilan untuk menghadapi tantangan di dunia kerja. Pendidikan formal yang relevan dan pengembangan keterampilan praktis akan mempersiapkan mereka dengan baik untuk memasuki pasar tenaga kerja.
Kebijakan pemerintah, program pelatihan, dan investasi dalam pembangunan sumber daya manusia juga akan memainkan peran penting dalam memaksimalkan potensi bonus demografi Indonesia.
Dengan pemahaman dan akses yang baik ke pendidikan dan pelatihan, generasi Z dan milenial dapat berkontribusi secara signifikan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, sambil memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja yang terus berubah. Mereka adalah aset berharga yang dapat membentuk masa depan ekonomi Indonesia.
Dalam dunia kerja yang berubah cepat, kunci kesuksesan adalah adaptabilitas dan kemampuan untuk belajar sepanjang hidup. Generasi Z adalah ujung tombak masa depan, dan mereka memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan positif di dunia kerja.
Dengan semangat belajar yang tak pernah padam dan tekad untuk menghadapi tantangan, mereka akan membawa inovasi dan perkembangan dalam lingkup pekerjaan dan masyarakat secara lebih luas.
Bagi Gen Z, Anda adalah generasi masa depan yang akan membentuk dunia kerja yang dinamis dan berkelanjutan. Segera hadapi tantangan dan peluang dengan penuh percaya diri dan semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H