Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tren "Konsumen Nol" (Zero Consumers) dan Bagaimana Perusahaan Menghadapinya

6 November 2023   16:11 Diperbarui: 6 November 2023   16:14 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dunia yang terus berubah, peran konsumen semakin signifikan dalam membentuk perilaku bisnis. Salah satu fenomena yang menarik saat ini adalah apa yang disebut 'Konsumen Nol' (Zero Consumers).

Konsumen Nol adalah konsep yang menggambarkan kelompok konsumen dengan karakteristik unik yang memengaruhi cara kita berbelanja. 

Dalam artikel sederhana ini, kami berdasarkan beberapa referensi dan pengamatan lapangan akan menjelaskan lebih lanjut tentang siapa Konsumen Nol, apa yang membedakan mereka, dan bagaimana perusahaan dapat menanggapi perubahan dalam preferensi konsumen serta strategi untuk memenangkan hati mereka dan mempertahankan daya saing.

Konsumen Nol: Siapa Mereka?

Konsumen Nol adalah kelompok yang beragam. Mereka memiliki beberapa ciri utama yang membedakan mereka dari konsumen di masa lalu:

  1. Batasan Nol: Mereka tidak terikat pada satu jenis toko atau platform belanja. Mereka mengharapkan pengalaman belanja yang mulus, di mana belanja fisik dan daring berjalan bersamaan dengan lancar.
  2. Nol Kelas Menengah: Mereka bersifat fleksibel dalam gaya belanja mereka. Mereka bisa berhemat pada satu kategori produk, sementara pada kategori lain, mereka cenderung berbelanja secara mewah. Ini menciptakan tekanan pada merek-merek yang berada di tengah-tengah.
  3. Loyalitas Nol: Mereka cenderung kurang setia terhadap merek. Mereka suka mencoba produk dan merek baru, dan jika mereka merasa puas, mereka akan tetap berbelanja di sana.
  4. Nol Bersih: Mereka peduli pada nilai tambah, terutama terkait dengan kesehatan, keberlanjutan, asal usul produk, dan transparansi dalam rantai pasokan.

Untuk menghadapi Konsumen Nol, perusahaan perlu mengantisipasi perubahan dalam perilaku konsumen dan meresponsnya:

  • Pengalaman Omnichannel: Perusahaan perlu memberikan pengalaman belanja yang menyatu dan konsisten, menggabungkan toko fisik dan online. Konsumen Nol mengharapkan kemudahan dalam berbelanja melalui berbagai saluran.
  • Personalisasi: Teknologi tingkat lanjut seperti analitik dan kecerdasan buatan memungkinkan perusahaan untuk memberikan pengalaman yang lebih personal. Ini bisa berupa penawaran produk yang disesuaikan dengan preferensi konsumen.
  • Kesehatan dan Keberlanjutan: Perusahaan harus menyediakan produk yang memenuhi kebutuhan konsumen yang peduli tentang isu kesehatan dan keberlanjutan.

Memenangkan Konsumen Nol dan Keunggulan Kompetitif

Untuk memenangkan hati Konsumen Nol dan mendapatkan keunggulan kompetitif, perusahaan harus:

  • Menginvestasikan dalam Teknologi: Teknologi canggih seperti analitik, kecerdasan buatan, dan pembelajaran mesin penting untuk memahami preferensi konsumen dan meningkatkan pengalaman belanja. Model bisnis inovatif seperti jaringan media ritel (RMN) juga membuka peluang baru.
  • Manajemen Bakat (Talent): Meningkatnya persaingan untuk talenta berkualitas adalah tantangan utama. Perusahaan harus menarik dan mempertahankan karyawan dengan fokus pada peningkatan keterampilan dan pelatihan.
  • Adaptasi Model Bisnis: Perusahaan perlu meninjau strategi toko fisik mereka sambil berpartisipasi dalam ekosistem teknologi yang berkembang.

Sejalan dengan evolusi global, konsumen di berbagai negara memperlihatkan perubahan dalam nilai dan prioritas mereka dalam berbelanja. Ini merupakan refleksi dari kompleksitas pasar yang terus berkembang, di mana preferensi konsumen terbentuk oleh faktor-faktor budaya, ekonomi, dan lingkungan

Seperti yang terjadi di Korea Selatan, konsumen semakin peduli akan isu keberlanjutan. Mereka dengan sukarela membayar lebih untuk produk makanan yang dikemas secara ramah lingkungan. Kesadaran akan dampak lingkungan dan keselamatan pangan menjadi faktor utama yang memandu keputusan belanja mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun