Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menulis di Kompasiana Miskin Reward, Tetapi Mengangenkan

23 Oktober 2023   10:02 Diperbarui: 23 Oktober 2023   10:24 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal dari Kompasiana

Saat ini Kompasiana telah merayakan ulang tahun yang ke-15. Kompasiana pertama kali berdiri sebagai blog jejaring internal untuk jurnalis dan karyawan Kompas Gramedia pada tahun 2008. Setahun berjalan, kemudian Kompasiana bertransformasi menjadi platform blog yang bisa diakses oleh seluruh warga dengan mengusung slogan "Sharing. Connecting."

Sebagai platform blog dan publikasi online, blogger Kompasiana atau Kompasianer, dapat menuangkan konten berupa laporan, opini, hingga karya fiksi di Kompasiana. Pengelolaan konten di Kompasiana dilakukan secara simultan. Setiap artikel yang dibuat oleh Kompasianer akan langsung ditayangkan, namun Kompasiana tetap akan memoderasi isi konten untuk memastikan tidak ada yang melanggar syarat dan ketentuan yang berlaku.

Dalam perjalanannya, Kompasiana mengalami berbagai transformasi. Perubahan tampilan antarmuka situs web Kompasiana (www.kompasiana.com), fitur-fitur interaktif yang mendukung kebutuhan Kompasianer, hingga kegiatan-kegiatan online dan offline yang terus berkembang.

Saya telah aktif menulis di Kompasiana sejak tahun 2011, dan bahkan telah 3 kali berganti akun. Akun pertama saya harus ditinggalkan karena email saya dibajak oleh pihak yang tidak bertanggungjawab, sehingga saya tidak bisa lagi mengakses email yang menjadi basis akun Kompasiana saya.

Akun kedua saya diblokir oleh Admin Kompasiana karena dianggap melakukan plagiasi, yang akhirnya memengaruhi nama baik saya dan membuat sebuah bank membatalkan rencana kerjasama dengan saya untuk membuat Blue Print Corporate Culture mereka. Akun ketiga inilah yang saat ini aktif digunakan.

Sebelum saya mulai menulis di Kompasiana, saya juga telah berkontribusi di beberapa media, terutama di kolom opini. Tulisan saya pernah dimuat di berbagai media, termasuk Kompas, Media Indonesia, Republika, Sinar Harapan, Info Bank, Harian Jakarta, Riau Post, Padang Post, Banjarmasin Post, Mediacare, Detik (yang kemudian menjadi detikcom), dan masih banyak lagi.

Saat ini, saya masih rutin mengisi rubrik "Corporate Value" di Majalah Stabilitas yang diterbitkan oleh LPPI (Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia), yang pelanggannya terdiri dari lembaga perbankan dan keuangan lainnya.

Salah satu tulisan saya di media lain, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Salah satu tulisan saya di media lain, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Selain menulis di media mainstream, saya juga aktif menulis di blog pribadi dan mailing list sejak awal 1990-an. Saya mulai bergabung dengan mailing list yang dikelola dari Belanda dan Jerman, hingga munculnya mailing list yang dikelola di Indonesia pada tahun 1997.

Mengisi kolom opini di berbagai media mainstream, tentu saja membawa reward cuan berupa "uang lelah menulis." Kala itu, saya menerima berkisar Rp100-500 ribu tergantung media yang memuatnya. Jika media tersebut bersifat lokal, saya mendapatkan sekitar Rp100-150 ribu, sedangkan jika bersifat nasional, saya bisa mendapatkan Rp250-500 ribu per artikel opini.

Namun, jika kita menulis di blog dan mailing list, tidak selalu ada reward cuan yang kita terima, sama halnya seperti di Kompasiana. Meskipun tidak ada imbalan berupa cuan pada setiap artikel, ada blog yang memberikan reward dalam bentuk natura.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Misalnya, blog d'Traveler pernah mengundang saya ke Malaysia atas undangan Malaysia Tourism Promotion Board (MTPB) dan Air Asia untuk mengunjungi beberapa destinasi wisata dan Pusat Training Air Asia di Sepang. Sebagai imbalannya, saya harus membuat 5 artikel setelah saya pulang dari Malaysia.

Selain itu, saya juga pernah diundang untuk menginap di Sheraton Group Asia Tenggara dengan imbalan setelah menginap, saya diminta untuk menulis artikel tentang pengalaman menginap di hotel mereka.

Pernah juga saya diundang oleh beberapa Pemerintah Daerah yang sedang mengembangkan destinasi wisata daerah mereka, lengkap dengan tiket pesawat, dengan imbalan menulis artikel traveling di detik.com.

Namun, pada akhirnya, apa yang saya peroleh dengan aktif menulis di Kompasiana? 

Awalnya, saya tidak tahu tentang K-Reward, sehingga niat saya dalam menulis di sini sangat tulus, yaitu untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman yang pernah saya dapatkan dengan banyak orang di Kompasiana.

Saya baru menyadari adanya K-Reward di awal tahun 2022. Ternyata K-Reward ini menjadi sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu oleh sebagian Kompasianer yang menulis di platform ini.

Namun, banyak Kompasianer yang merasa kecewa dengan sistem pembagian K-Reward yang merupakan Program di Kompasiana yang dibuat sebagai bentuk apresiasi atas seluruh kontribusi kreator konten di Kompasiana. Kompasianer akan mendapatkan reward berupa saldo elektronik yang dihitung dari hasil kunjungan konten kamu berdasarkan validasi Google Analytics (Unique views).

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Kekecewaan Kompasianer tersebut karena apa yang disebut dengan validasi Google Analytics (Unique views) tersebut sangat tidak transparan. Jadi bisa saja kita menulis dengan aktif dan banyak viewer, tetapi bisa jadi kita tidak mendapatkan K-Reward tersebut. Sebaliknya, Kompasianer yang menulis ala kadarnya dan terpantau memiliki viewer lebih sedikit dari kita, justru mendapat K-Reward yang besar.

Selain masalah K-Reward, ada hal yang membuat sebagian Kompasianer, termasuk saya, merasa frustrasi dengan kurangnya responsivitas dan komunikasi yang memadai dari pihak administrasi. Komentar, umpan balik, pertanyaan, dan permintaan Kompasianer seringkali tidak direspon dengan baik atau bahkan tidak direspons sama sekali.

Kompasianer aktif merasa bahwa saluran komunikasi yang mudah dijangkau dan interaksi yang aktif dengan admin sangat penting dalam menjaga semangat untuk terus berkontribusi dan membaca.

Demikian pula, sebagian Kompasianer merasa bahwa penilaian konten yang dilakukan oleh admin tidak selalu adil dan lebih didasarkan pada siapa penulisnya daripada substansi tulisan itu sendiri.

Sebagai Kompasianer yang telah mengikuti Kompasiana sejak awal, saya berharap agar setiap kontributor diberikan kesempatan yang setara dan mendapatkan umpan balik yang konstruktif, sehingga semua Kompasianer dapat terus mengembangkan kemampuan menulis dan memberikan kontribusi yang berarti.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Sayangnya, kurangnya responsivitas, pilih kasih, dan kurangnya hubungan yang kuat dengan kontributor telah menyebabkan banyak Kompasianer meninggalkan Kompasiana. Mereka mencari tempat lain yang menawarkan pengalaman yang lebih baik dan menghargai kontributor dengan memberikan honor pasti, bukan hanya sekedar reward.

Walaupun saya secara pribadi menjadi Kompasianer tidak untuk mendapatkan honor atau penghasilan, saya hanya merasa sayang dan tidak ingin kehilangan komunitas yang berharga ini. Kami berharap Kompasiana dan Kompas Gramedia dapat melakukan langkah-langkah konkret untuk memperbaiki kondisi ini mumpung sedang memperingati 15 Tahun Kompasiana.

Para Kompasianer yang pergi menginginkan adanya hubungan yang lebih baik antara admin dan kontributor serta pembaca. Harapan mereka adalah agar admin Kompasiana dapat menjadi lebih responsif terhadap komentar, umpan balik, dan permintaan kami.

Dengan membangun saluran komunikasi yang mudah dijangkau dan memberikan respons yang baik, saya percaya bahwa hubungan ini dapat diperkuat dan komunitas Kompasianer dapat berkembang lebih baik lagi.

Dari awal, ketika saya mulai menulis di Kompasiana, niat saya tulus saja, yaitu untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman yang pernah saya dapat untuk orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Padahal, apa yang saya tulis di Kompasiana seringkali saya gunakan untuk berbagi di berbagai korporasi dan institusi. Biasanya, saya mendapatkan imbalan sekitar Rp2-5 juta untuk setiap sesi berbagi (dengan durasi sharing hanya 30-60 menit), tanpa saya menetapkan target. Jika saya menjadi narasumber dalam workshop, per hari rata-rata saya mendapatkan lebih dari Rp10 juta.

Namun, kenyataannya seringkali kompleks. Terkadang, niat baik kita belum tentu dianggap baik oleh orang lain, dan bahkan kita bisa saja tersandung dan membuat nama baik kita rusak. Pada akhirnya, saya juga mengalami kasus pembunuhan karakter di Kompasiana.

Walaupun demikian, bagi saya pribadi, saya akan tetap menulis di Kompasiana sebagai tekad untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Jika ilmu dan pengalaman tidak kita bagikan, maka itu akan hilang ditelan masa. Sebaliknya, jika kita berbagi dan saat ini bisa menjadi jejak digital, maka itu akan menjadi legacy setelah kehadiran kita di dunia berakhir.

Niat saya menulis hanya untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar bermanfaat bagi banyak orang dan negeri tercinta, Indonesia. Jadi, meskipun saya belum mendapatkan apa pun dari Kompasiana, saya akan tetap menulis di sini.

Hal tersebut saya lakukan karena, saat ini, jurnalisme warga yang paling "mumpuni" adalah Kompasiana milik Kompas. Dengan menulis, saya menambah wawasan saya dan sekaligus memberikan manfaat dari apa yang saya tulis.

Semoga dengan demikian, walau pun orang menganggap saya hanya buang-buang waktu dan tenaga, saya yakin hal ini bisa menambah sedikit bekal saya jika suatu saat nanti saya berpulang. Ini adalah legacy saya selama saya hidup di dunia ini.

Terus Semangat!!!

Tetap Semangat...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun