Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memperingati 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional

22 Oktober 2023   20:23 Diperbarui: 22 Oktober 2023   20:27 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Menyeimbangkan Peranan Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Rangka Memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober 2023

Setiap tahun, pada tanggal 22 Oktober, bangsa Indonesia merayakan Hari Santri Nasional. Hari ini bukan hanya untuk menghormati peran penting santri dalam pengembangan agama Islam di Indonesia, tetapi juga untuk merenungkan nilai-nilai kebijaksanaan dan kepemahaman yang harus dijunjung tinggi di era kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). 

Dalam tahun 2023 ini, kita merayakan hari ini dengan memandang ke depan, mengenai bagaimana kita dapat memanfaatkan kebijaksanaan manusia dalam menghadapi era AI yang semakin dominan.

Sejarah Hari Santri Nasional

Hari Santri Nasional diperingati di Indonesia pada 22 Oktober setiap tahunnya dan ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri. Perayaan ini berakar dari sejarah yang dalam dan penuh makna. Hari Santri Nasional pertama kali diusulkan oleh masyarakat pesantren yang ingin mengingat dan mengenang peran para kaum santri di Indonesia.

Hari ini, kita merayakan Hari Santri Nasional untuk mengenang andil para santri dalam memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mereka tidak hanya berperan dalam pengembangan agama Islam, tetapi juga dalam perjuangan kemerdekaan yang merupakan tonggak sejarah bangsa ini.

Kebijaksanaan Manusia Harus Sejalan dengan Perkembangan Kecerdasan Buatan

Dalam konferensi Kecerdasan Buatan Dunia, pendiri Alibaba Group, Jack Ma, memberikan pesan yang relevan dengan peringatan Hari Santri Nasional. Ma mengatakan bahwa kebijaksanaan manusia harus sejalan dengan perkembangan kecerdasan buatan. Ia menyoroti krisis global seperti pandemi Covid-19 sebagai contoh betapa kita masih belum sepenuhnya memahami diri kita dan planet Bumi.

"Pandemi ini telah menunjukkan kepada kita betapa sedikitnya yang kita ketahui tentang diri kita sendiri dan betapa sedikitnya yang kita ketahui tentang Bumi. Karena kita tidak mengenal diri kita sendiri, tidak mengetahui dunia tempat kita tinggal, tidak memahami Bumi, dan tidak mengetahui cara menghargai dan melestarikan Bumi, kita telah menciptakan banyak masalah dan bencana," kata Ma.

Ma menekankan bahwa kebijaksanaan manusia tetap menjadi kunci untuk mengatasi tantangan dunia dan penting untuk meningkatkan komunikasi dan kerja sama guna mencari solusi yang berdampak dan berkelanjutan.

Kebijaksanaan dan Spiritualitas

Kebijaksanaan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan yang mencerminkan pemahaman mendalam tentang nilai, moralitas, dan makna. Dalam konteks kebijaksanaan, pemahaman spiritualitas memegang peran kunci. Spiritualitas tidak hanya terkait dengan agama, tetapi juga melibatkan pencarian makna dalam kehidupan, empati, dan pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri dan dunia di sekitar kita.

Manusia yang memiliki pemahaman yang lebih tinggi tentang aspek spiritual dalam kehidupan cenderung memiliki kebijaksanaan yang lebih baik. Mereka dapat mengambil keputusan yang lebih baik karena memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang dampak dari tindakan mereka pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Kebijaksanaan juga mencakup penerimaan dan keterbukaan. Orang bijaksana cenderung terbuka terhadap berbagai sudut pandang dan berusaha untuk memahami perspektif orang lain. Mereka tidak hanya fokus pada diri sendiri, tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat. Mereka memiliki kemampuan untuk meredakan konflik dan mempromosikan kerja sama yang harmonis.

Dalam dunia yang semakin kompleks dan bergejolak, pemahaman spiritualitas dan pengembangan kebijaksanaan adalah hal yang sangat penting. Ini memungkinkan individu untuk menjalani kehidupan dengan integritas, empati, dan pemahaman yang mendalam tentang diri dan dunia di sekitar mereka.

Pendidikan Kebijaksanaan di Era AI

Di era kecerdasan buatan yang semakin dominan, pendidikan kebijaksanaan menjadi semakin relevan. Meskipun AI memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan memproses informasi dengan kecepatan luar biasa, kekurangannya adalah ketiadaan pemahaman dan nilai-nilai. 

Artificial Intelligence (AI) hanya mampu memberikan informasi berdasarkan data yang ada, sementara manusia memiliki kemampuan untuk memahami makna dan dampak dari informasi tersebut.

Pendidikan kebijaksanaan di era AI menjadi kunci untuk membantu individu bersaing dan berkembang. Ini mencakup pengajaran nilai-nilai moral, etika, dan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai kemanusiaan. Siswa diajarkan untuk mengembangkan kemampuan kritis, berpikir analitis, dan memahami konsekuensi dari tindakan mereka.

Pendidikan kebijaksanaan juga melibatkan penerimaan perbedaan dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif. Individu yang terdidik dengan baik dalam kebijaksanaan memiliki kemampuan untuk meredakan konflik, mempromosikan dialog yang sehat, dan bekerja sama untuk mencari solusi yang berkelanjutan.

Dalam upaya menjembatani kesenjangan antara teknologi AI yang canggih dan makna dalam kehidupan, pendidikan kebijaksanaan adalah kunci untuk menciptakan individu yang mampu mengambil keputusan bijaksana, memahami makna dalam tindakan mereka, dan berkontribusi positif pada masyarakat.

Pendidikan kebijaksanaan bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang bagaimana kita menggunakannya untuk memahami dan merangkul nilai-nilai yang mendalam dalam kehidupan kita. Di era AI yang penuh dengan tantangan dan kompleksitas, pendidikan ini menjadi semakin penting untuk menciptakan manusia yang bijaksana dan berdaya tahan.

Peran dan Peluang Santri di Era AI

Santri memiliki peran penting dalam mewujudkan visi masa depan yang lebih bijaksana di era AI. Mereka memiliki dasar pendidikan yang kuat dalam agama, etika, dan kebijaksanaan. Pendidikan di pesantren tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pembentukan karakter dan moral yang kuat.

Dalam dunia yang semakin didominasi oleh kecerdasan buatan, santri dapat memainkan peran vital dalam mempromosikan nilai-nilai kebijaksanaan dalam masyarakat. Mereka dapat menggabungkan pengetahuan agama dan etika dengan pemahaman tentang perkembangan teknologi untuk menciptakan solusi yang lebih bermakna.

Santri dapat terlibat dalam berbagai bidang, termasuk pekerjaan dan bisnis, dengan membawa nilai-nilai kebijaksanaan ke dalam praktik sehari-hari. Mereka dapat menjadi pemimpin yang mampu mengambil keputusan yang bijaksana dan moral dalam dunia yang semakin kompleks. Ini termasuk membantu dalam menjembatani kesenjangan antara teknologi AI yang canggih dan makna dalam kehidupan sehari-hari.

Hari Santri Nasional adalah saat yang tepat untuk merenungkan bagaimana peran para santri dapat terus berkembang di tengah kemajuan teknologi. Ini adalah tantangan bagi kita untuk memahami bagaimana mereka dapat memadukan kebijaksanaan manusia dengan perkembangan AI. Dalam era AI, kebijaksanaan manusia tetap menjadi aset berharga yang tidak boleh kita abaikan.

Pesan ini mengingatkan kita akan pentingnya memahami keterkaitan antara kebijaksanaan dan pemahaman spiritual dalam kehidupan kita. Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk mengambil keputusan bijaksana berdasarkan pemahaman mendalam tentang nilai, moralitas, dan makna dalam hidup.

Spiritualitas merupakan aspek yang melibatkan pencarian makna dalam kehidupan, kepekaan terhadap nilai-nilai yang mendalam, serta empati terhadap orang lain. Dalam konteks ini, pemahaman spiritualitas membantu memperkaya kebijaksanaan seseorang.

Manusia yang memahami aspek spiritual tinggi dalam kehidupannya cenderung memiliki kebijaksanaan yang lebih baik karena mereka memiliki landasan moral yang kuat dan pemahaman yang mendalam tentang makna kehidupan. Mereka mampu berpikir kritis dan membuat keputusan yang mempertimbangkan konsekuensi moral.

Penerimaan dan keterbukaan adalah pilar lain dari kebijaksanaan. Orang bijaksana cenderung terbuka terhadap berbagai sudut pandang dan berusaha untuk memahami perspektif orang lain. Mereka berupaya menciptakan harmoni dalam interaksi dengan orang lain dan masyarakat secara keseluruhan.

Dalam dunia yang semakin kompleks dan bergejolak, pemahaman spiritualitas dan pengembangan kebijaksanaan adalah hal yang sangat penting. Ini membantu individu untuk menjalani kehidupan dengan integritas, empati, dan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan dunia di sekitar mereka.

Dalam era AI, di mana teknologi semakin mengambil peran sentral dalam kehidupan kita, mengintegrasikan nilai-nilai spiritualitas dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan interaksi sosial adalah kunci untuk menjaga keseimbangan antara perkembangan teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun