Beliau pasti akan tetap tersenyum...
Kita mungkin merasa malu karena tahu lebih banyak tentang selebriti dan acara live streaming para influencer daripada tentang sejarah dan ajaran Rasulullah. Kita mungkin harus berusaha keras untuk menjadikan salah satu kamar sebagai tempat shalat, dan itu akan membuat kita merasa tidak siap.
Namun, ini adalah peluang kita untuk mulai mengubah kehidupan kita, dengan menempatkan agama di tengah perhatian utama kita.
Beliau pasti akan tetap tersenyum...
Apakah kita merasa malu karena keluarga kita tidak aktif pergi ke masjid, atau karena kita lebih sering menghabiskan waktu dengan hiburan dunia ketimbang ibadah. Mungkin kita merasa malu karena kita jarang membaca Al Quran atau karena kita tidak tahu banyak tentang tetangga-tetangga kita.
Ini adalah saatnya untuk memperbaiki prioritas kita, memperkuat hubungan dengan Allah, dan menjadi lebih baik dalam mendukung sesama.
Beliau pasti akan tetap tersenyum...
Kita mungkin akan malu jika Rasulullah bertanya tentang nama tukang sampah dan penyapu jalan yang selalu lewat di depan rumah kita atau tentang penjaga masjid di lingkungan kita. Ini adalah saatnya untuk menghargai semua orang yang berjasa dalam kehidupan kita, tanpa memandang status sosial mereka.
Senyumnya mungkin akan tetap ada, tapi kali ini mungkin penuh dengan pengertian dan penyesalan.
Bayangkan jika Rasulullah tiba-tiba muncul di depan rumah kita pada malam peringatan Maulid Nabi ini. Apa yang akan kita lakukan?
Masihkah kita dengan tulus memeluknya dan mengizinkannya masuk ke dalam rumah kita? Ataukah, dengan berat hati, kita menolaknya karena merasa malu dan tidak siap?