Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Revolusi Budaya Pekerja Jepang

13 September 2023   20:41 Diperbarui: 13 September 2023   21:48 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
File Merza Gamal, sumber gambar: news.gallup.com

Rendahnya Tingkat Keterlibatan Pekerja (Employee Engagement)

Rendahnya tingkat keterlibatan pekerja adalah salah satu tantangan kritis yang dihadapi Jepang dalam konteks kesejahteraan tempat kerja. Menurut laporan State of the Global Workplace yang diterbitkan oleh Gallup, hanya 5% dari pekerja Jepang pada tahun 2022 yang merasa terlibat dan antusias dengan pekerjaan mereka. Angka ini menciptakan perbedaan yang sangat mencolok dibandingkan dengan rata-rata global sebesar 23%.

Namun, mengapa tingkat keterlibatan ini begitu rendah dan mengapa penting untuk diperhatikan?

Rendahnya tingkat keterlibatan pekerja memiliki dampak yang signifikan, bukan hanya pada individu, tetapi juga pada organisasi secara keseluruhan:

  1. Produktivitas yang Rendah: Karyawan yang tidak terlibat dalam pekerjaan mereka cenderung kurang produktif. Mereka mungkin melakukan tugas mereka secara otomatis tanpa memberikan kontribusi tambahan yang berarti.
  2. Kesejahteraan yang Rendah: Karyawan yang merasa tidak terlibat dalam pekerjaan mereka lebih mungkin mengalami stres, kelelahan, dan kekecewaan. Ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan fisik dan mental mereka.
  3. Kesehatan Organisasi yang Buruk: Rendahnya tingkat keterlibatan pekerja dapat menciptakan ketidakstabilan dalam organisasi. Ini dapat menyebabkan tingkat turnover yang tinggi, konflik internal, dan kesulitan dalam mencapai tujuan bisnis.

Berbagai faktor telah mengontribusikan pada rendahnya tingkat keterlibatan pekerja di Jepang:

  1. Budaya Kerja yang Demanding: Jepang memiliki budaya kerja yang sangat berfokus pada produktivitas dan dedikasi terhadap perusahaan, yang sering memaksa pekerja untuk bekerja lembur dan kurang memiliki keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
  2. Tekanan Kerja yang Tinggi: Tekanan kerja yang tinggi dan tuntutan yang berlebihan dapat menyebabkan stres dan kelelahan di tempat kerja, mengurangi tingkat keterlibatan pekerja.
  3. Kebijakan Perusahaan yang Tidak Mendukung: Beberapa perusahaan mungkin memiliki kebijakan yang tidak mendukung kesejahteraan karyawan, seperti jam kerja yang sangat panjang atau kurangnya fleksibilitas dalam jadwal kerja.

Pelajaran untuk Pemberi Kerja di Indonesia

Kisah Jepang memberikan sejumlah pelajaran berharga bagi pemberi kerja di seluruh dunia, termasuk Indonesia:

  1. Keseimbangan Antara Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi: Mendorong keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah kunci untuk meningkatkan keterlibatan pekerja. Memberikan fleksibilitas dalam jadwal kerja dan mendukung cuti yang lebih seimbang adalah langkah yang penting.
  2. Perhatikan Kesejahteraan Karyawan: Kesejahteraan karyawan, baik fisik maupun mental, adalah aspek yang harus diperhatikan. Karyawan yang merasa dihargai dan didukung cenderung lebih terlibat dalam pekerjaan mereka.
  3. Budaya Kerja yang Kolaboratif: Mendorong budaya kerja yang berfokus pada kolaborasi, umpan balik positif, dan penghargaan terhadap kontribusi karyawan dapat meningkatkan keterlibatan.
  4. Kebijakan yang Mendukung Kesetaraan: Menciptakan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender dan peluang yang adil bagi semua karyawan adalah langkah yang penting.

Penutup: Menuju Masa Depan yang Lebih Baik

Pergeseran budaya "pekerjaan seumur hidup" hingga rendahnya tingkat keterlibatan pekerja di Jepang bukan hanya cerita tentang satu negara, melainkan juga merupakan refleksi dari perubahan global dalam dunia kerja.

Budaya yang dulu sangat kuat dan mapan telah mengalami evolusi signifikan, dan pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman Jepang menjadi berharga bagi semua pemberi kerja di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Memahami faktor-faktor yang memengaruhi keterlibatan pekerja adalah langkah pertama menuju menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik. Kesejahteraan pekerja adalah investasi yang penting bagi kesuksesan jangka panjang suatu organisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun