Hampir dua dekade yang lalu, krisis ekonomi global merajalela, meninggalkan dampak yang mendalam pada banyak negara.
Beberapa tulisan dari para pakar seperti Korten, Stiglitz, Gilpin, dan Perkins menyoroti bagaimana hutang luar negeri dan ketidaksetaraan ekonomi telah menjadi akar dari krisis ekonomi yang telah kita alami.
Sayangnya, pelajaran dari masa lalu tampaknya telah terlupakan, karena kita kini menghadapi krisis ekonomi global yang serupa akibat pandemi COVID-19.
Artikel sederhana ini akan menyelami pengalaman masa lalu dan mengaitkannya dengan kondisi saat ini, memberikan pelajaran yang berharga bagi para pemangku kebijakan ekonomi.
Bagian 1:Â Bantuan Menyengsarakan
Ketika krisis ekonomi melanda pada tahun 1998, banyak negara berkembang menerima pinjaman dari bank-bank internasional. Pinjaman ini awalnya dianggap sebagai bantuan, dengan suku bunga rendah yang menarik.
Namun, seiring waktu, kebijakan moneter global berubah, suku bunga naik, dan hutang negara-negara berkembang menjadi beban yang tak terkendali.
Pengalaman ini mengingatkan kita tentang pentingnya transparansi dan pertanggungjawaban dalam kebijakan ekonomi. Keputusan yang memengaruhi nasib ekonomi suatu negara harus diambil secara terbuka dan akuntabel kepada masyarakat. (Baca selengkapnya di sini)
Bagian 2: Ketidaksetaraan Ekonomi yang Membesar
Ketidaksetaraan ekonomi adalah tumor sosial yang terus membesar dan menggerogoti kesejahteraan masyarakat. Ini adalah masalah yang perlu menjadi sorotan utama bagi semua pihak yang terlibat dalam pembuatan kebijakan ekonomi.