Pulau Penyengat, sebuah pulau kecil yang terletak di lepas pantai Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, adalah destinasi yang mungkin tidak sebanyak yang diketahui oleh banyak orang. Namun, pulau ini adalah tempat yang sarat dengan sejarah, budaya, dan sastra Melayu yang kaya.
Saya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke sana untuk menggali lebih dalam tentang salah satu tokoh besar dalam sejarah Indonesia, Raja Ali Haji, dan karyanya yang fenomenal, Gurindam Dua Belas.
Dalam panasnya sinar matahari yang menyentuh wajah, kami mendarat di dermaga kecil di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Dari sana, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Pulau Penyengat, tujuan utama kami: Makam Raja Ali Haji.
Raja Ali Haji, nama yang mungkin terdengar asing bagi beberapa orang, adalah seorang tokoh penting dalam sejarah, sastra, dan bahasa di Indonesia. Dia dikenal sebagai "Bapak Bahasa" karena peran kuncinya dalam pembentukan Bahasa Indonesia.
Raja Ali Haji, lahir pada tahun 1808, adalah seorang ulama, sejarawan, dan sastrawan Melayu yang meninggalkan warisan budaya yang tak ternilai.
Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah "Gurindam Dua Belas" - sebuah puisi didaktik berbahasa Melayu Kuno yang berisi nasehat dan petunjuk tentang kehidupan, moral, dan agama. Karya ini menjadi tonggak sastra Melayu dan tetap relevan hingga hari ini.
Gurindam Dua Belas adalah salah satu karya sastra terpenting dalam budaya Melayu. Karya ini ditulis oleh Raja Ali Haji pada tahun 1847 ketika beliau berusia 38 tahun.
Karya ini mengandung 12 pasal yang berisi nasihat dan petunjuk tentang kehidupan, moralitas, dan agama. Gurindam Dua Belas adalah contoh sempurna dari sastra didaktik, yang memberikan nasehat dan petunjuk kepada pembacanya.
Puisi ini mengandung pesan-pesan tentang ibadah, kewajiban raja, hubungan orang tua dan anak, serta tugas masyarakat dalam bermasyarakat. Gurindam Dua Belas adalah bukti nyata kontribusi besar Raja Ali Haji dalam memelihara dan memperkaya warisan budaya Melayu.
Setelah 20 menit perjalanan dengan pompong melintasi selat, kami tiba di Pulau Penyengat. Berjalan melewati gerbang selamat datang, kami merasakan aura sejarah yang kuat yang melingkupi pulau ini. Kami menuju kompleks pemakaman yang menjadi tempat istirahat terakhir Raja Ali Haji dan beberapa pembesar kerajaan lainnya.