Kami juga mengharapkan adanya peningkatan dalam evaluasi konten. Kami berharap penilaian dilakukan berdasarkan kualitas dan relevansi tulisan, bukan berdasarkan identitas penulisnya. Dengan memberikan umpan balik yang konstruktif dan jelas, kontributor akan memiliki panduan yang lebih baik dalam mengembangkan keterampilan menulis mereka.
Selain itu, kami mendorong Kompasiana dan Kompas Gramedia untuk membuka saluran komunikasi yang lebih terbuka dan mudah dijangkau. Kontributor dan pembaca harus merasa didengar dan memiliki ruang untuk menyampaikan ide, keluhan, dan saran mereka. Dengan mendengarkan dan merespons dengan baik, admin dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan para pengguna.
Kami memahami bahwa Kompas Gramedia mungkin menganggap Kompasiana sebagai pelengkap atau bukan bisnis yang menghasilkan keuntungan utama. Namun, kami percaya bahwa apa yang terjadi di Kompasiana juga akan berdampak pada reputasi Kompas Gramedia secara keseluruhan. Oleh karena itu, kami berharap bahwa perhatian dan perbaikan dapat dilakukan untuk memastikan bahwa Kompasiana tetap menjadi platform yang relevan dan berharga bagi kontributor dan pembaca.
Selain itu, kami mendapatkan masukan yang memprihatinkan dari para Kompasianer yang telah meninggalkan Kompasiana. Mereka merasa bahwa kondisi ini disebabkan oleh sikap pongah yang semakin tampak dari pihak admin. Para admin terlihat merasa diri paling berkuasa dan kurang memperhatikan kebutuhan dan kepentingan kontributor.
Dalam beberapa kasus, banyak Kompasianer yang memilih untuk pindah ke media siber lain yang baru dibuat oleh grup media lain. Salah satu kelebihan yang mereka temukan adalah pemberian honor pasti kepada para kontributor, bukan hanya sekadar reward seperti yang diberikan di Kompasiana. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para kontributor, terutama bagi ratusan guru yang sebelumnya setia menulis setiap hari di Kompasiana.
Mungkin fenomena ini terjadi karena jumlah kontributor yang terdaftar di Kompasiana mencapai jutaan, meskipun hanya beberapa persen yang aktif. Admin mungkin merasa tidak peduli dan terus sombong karena melihat angka yang besar tersebut. Hal ini menyebabkan mereka kurang memberikan perhatian yang memadai kepada kontributor dan pembaca yang setia.
Saya sendiri juga memiliki pengalaman buruk yang pernah saya alami ketika ditegur oleh seorang admin Kompasiana di sebuah WAG Komunitas Penulis Kompasianer. Dalam teguran tersebut, admin menyatakan apakah di Facebook, seorang Mark Zuckerberg mau menanggapi keluhan Anda? Saya merasa bahwa pernyataan tersebut menunjukkan sebuah kesamaan yang tidak pantas dibuat, mengangkat diri admin seolah setara dengan pendiri Facebook.
Sejauh yang saya ketahui, kedua pendiri Kompas Gramedia yang menjadi induk Kompasiana, yaitu PK Ojong dan Jacob Oetama, sangat rendah hati dan ramah dalam menyapa siapa saja. Saya berharap bahwa ke depannya, para petinggi Kompas Gramedia dapat memperhatikan hal ini dan mengambil teladan dari kerendahan hati founding father KG, agar sikap tersebut bisa ditularkan kepada semua insan Kompas Gramedia.
Kami percaya bahwa dengan menyampaikan keprihatinan ini, kami memberikan kesempatan kepada Kompas Gramedia sebagai pemilik platform dan admin Kompasiana untuk memperbaiki hubungan dengan kontributor dan pembaca. Dengan sikap yang lebih manusiawi dan sikap rendah hati, Kompasiana dapat memperkuat ikatan dengan para pengguna dan membangun komunitas yang setia.