Pada dinding ruangan, terdapat foto-foto perjuangan rakyat Aceh yang menjelma menjadi saksi bisu sejarah. Jika diperhatikan dengan saksama, salah satu foto menampilkan wajah asli Cut Nyak Dhien ketika ia berada dalam pengasingan di Sumedang, Jawa Barat.Â
Sebuah bukti bahwa semangat dan perjuangan beliau tetap berkobar bahkan dalam kondisi yang sulit.
Satu hal menarik yang dapat ditemui di Rumah Cut Nyak Dhien adalah letak dua kamar dayang-dayang yang berada di sisi depan rumah. Sedangkan kamar Cut Nyak Dhien sendiri terletak di sisi belakang.Â
Tata letak ini merupakan bagian dari strategi perlawanan, dimana jika Belanda menyerang rumah, mereka akan terkecoh dengan mendatangi terlebih dahulu kamar yang berada di depan. Kondisi ini memberi kesempatan pada Cut Nyak Dhien untuk meloloskan diri dan mempersiapkan perlawanan.
Di ruangan lain, pengunjung dapat melihat koleksi senjata tradisional Aceh yang digunakan dalam pertempuran melawan penjajah. Senjata-senjata tersebut mencakup pedang, tombak, keris, dan berbagai alat perang lainnya.Â
Melalui koleksi ini, pengunjung dapat mendapatkan gambaran tentang keberanian dan ketangguhan para pejuang Aceh dalam melawan penjajah yang datang dengan kekuatan yang jauh lebih besar.
Salah satu peninggalan asli yang masih ada di Rumah Cut Nyak Dhien adalah sumur. Sumur tersebut sengaja dibangun setinggi dua meter pada masa itu sebagai langkah pencegahan agar Belanda tidak dapat meracuni air di dalamnya. Sumur tersebut menjadi bukti kecerdikan dan ketangguhan Cut Nyak Dhien dalam melindungi masyarakatnya dari ancaman musuh.
Saat ini, Rumah Cut Nyak Dhien buka setiap hari, mulai dari pukul sembilan pagi hingga pukul lima sore. Setiap harinya, puluhan hingga ratusan pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri, datang untuk mengunjungi rumah ini.Â