Mengatasi Rintangan dalam Perjalanan Menulis di Kompasiana
Kompasianer sejak awal Kompasiana diluncurkan pada tahun 2008. Selama beberapa tahun, saya aktif menulis hingga tahun 2014 sebelum kesibukan lain mengurangi kegiatan menulis saya hingga tahun 2020. Pada tahun itu, saya terlibat dalam proyek membangun rumah sakit dan membantu transformasi sebuah grup Yayasan Pendidikan di Riau.
Saya telah menjadiSetelah beberapa tahun absen, saya kembali aktif di Kompasiana pada tahun 2020 dengan akun baru. Namun, perjalanan saya tidak berjalan mulus. Saya mengalami beberapa tantangan yang menguji semangat dan ketekunan saya sebagai penulis.
Pada Mei 2022, saya mendapat peringatan pertama dari Kompasiana. Salah satu artikel saya dihapus dengan tuduhan copy-paste dan plagiasi. Padahal, artikel tersebut adalah karya asli saya dengan foto-foto liputan terbaru tentang Masjid Raya di Banjarmasin yang sebelumnya pernah saya muat di media lain dengan photo berbeda pada kunjungan yang berbeda waktu.
Kemudian, seminggu setelah peringatan pertama, saya mendapat peringatan Oops sebanyak tiga kali dalam dua hari dengan tuduhan plagiasi lagi. Kali ini, saya mengutip hadis-hadis panjang tanpa melakukan uji coba menggunakan Turnitin sebelum memposting tulisan tersebut.
Tak lama setelahnya, saya diblokir oleh Kompasiana karena mengutip berita tentang komitmen 50 pelaku bisnis dunia untuk membangun Ekonomi Hijau hingga mencapai Net Zero pada tahun 2050. Kutipan tersebut merupakan pernyataan Ketua WEF yang memimpin kesepakatan tersebut dalam Pertemuan Tahunan WEF 2022 di Davos, Swiss. Namun, kutipan yang saya gunakan melampaui batas 25% tulisan, dan akhirnya saya dicap sebagai plagiator oleh Kompasiana.
Kejadian-kejadian ini membuat saya berpikir untuk berhenti menjadi Kompasianer. Namun, atas saran dan dorongan dari beberapa teman, antara lain Engkong Felix, Apak Tjiptadinata, Acek Rudy, Paktuo Irwan Rinaldi Sikumbang, Bu Isti, saya memutuskan untuk terus menulis dengan akun baru. Saya menyadari bahwa jika saya berhenti, citra saya sebagai plagiator dapat melekat dan sulit untuk dibuang.Â
Cap plagiat dari Admin Kompasiana tersebut sempat membuat rencana kontrak saya dengan sebuah Bank  untuk penyusunan Blueprint Transformasi Corporate Culture dibatalkan.Â
Saya tidak mungkin menghadapkan diri kepada setiap individu dan mengadakan konferensi pers untuk membuktikan bahwa saya tidak bersalah. Oleh karena itu, saya memilih untuk melanjutkan menulis di Kompasiana dengan didorong oleh orang-orang yang sayang kepada saya.
Meskipun menghadapi rintangan tersebut, saya tetap bersemangat untuk berbagi ilmu dan pengalaman melalui tulisan-tulisan saya. Saya percaya bahwa ilmu dan pengalaman yang tidak dibagikan akan hilang seiring berjalannya waktu. Namun, jika kita membagikannya dan meninggalkan jejak digital, itu akan menjadi warisan yang berharga setelah kita tiada di dunia ini.