Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Luhak nan Tigo dalam Suku Minangkabau

14 Mei 2023   22:10 Diperbarui: 14 Mei 2023   22:55 6524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suku Minangkabau adalah salah satu suku besar di Indonesia yang berasal dari wilayah Sumatera Barat. Masyarakat suku Minangkabau memiliki tradisi yang unik dan khas, terutama dalam sistem kekerabatan matrilinealnya. Suku Minangkabau juga dikenal dengan sistem adatnya yang terkenal dengan istilah "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah". Hal ini berarti bahwa adat istiadat mereka didasarkan pada syariat Islam dan hukum agama, yang tertulis dalam Kitabullah (Al-Quran).

Karakteristik yang membedakan suku Minangkabau dengan suku bangsa lainnya adalah adanya sistem matriarki. Sistem ini berarti bahwa garis keturunan dihitung berdasarkan garis ibu, bukan garis ayah seperti yang umumnya diterapkan pada masyarakat lainnya. Sistem ini juga mengakibatkan bahwa warisan keluarga biasanya diberikan kepada anak perempuan, bukan laki-laki.

Asal-usul Suku Minangkabau dapat ditelusuri hingga ke Nagari Pariangan, di kaki Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Tanah Datar, dekat Kota Padangpanjang, Sumatera Barat. Dikisahkan bahwa nenek moyang orang Minangkabau tinggal di sana dan memiliki tiga sumur (luhak). Saat jumlah penduduk semakin bertambah, mereka pun bermigrasi ke tiga tempat yang berbeda-beda sesuai dengan komunitas tempat sumur yang mereka minum.

Tempat tersebut kemudian dinamakan Luhak Tanah Data, Luhak Agam, dan Luhak Limopuluah. Ketika penduduk semakin ramai dan tempat tinggal semakin sempit, mereka kemudian pindah dan memperluas wilayah ke daerah rantau dan daerah pasisia.

Luhak nan Tigo terdiri dari tiga wilayah, yaitu Luhak Tanah Data, Luhak Agam, dan Luhak Limopuluah. Setiap wilayah memiliki keunikan dan ciri khasnya sendiri. Namun, tidak semua orang yang bersuku Minangkabau berasal dari ketiga wilayah tersebut.

Keragaman suku Minangkabau ini digambarkan dengan Pasambahan Siriah Carano yang mengungkapkan 5 daerah asal Orang Minangkabau. Lima daerah tersebut adalah Luhak Tanah Data, Luhak Agam, Luhak Limopuluah, Rantau Hilia, dan Rantau Mudiak.

Ketiga Luhak tersebut memiliki perbedaan dalam berbagai aspek, seperti kondisi geografis, kebudayaan, dan sejarah.

Luhak Tanah Data adalah wilayah yang meliputi kabupaten Tanah Datar, sebagian Sawahlunto, Sijunjuang, dan Solok yang berpusat di Batusangkar. Wilayah ini dilambangkan dengan Sirih. Luhak Tanah Data adalah kelompok masyarakat yang bermukim di daerah dataran tinggi. Masyarakat Luhak Tanah Data dikenal memiliki rumah adat yang disebut rumah gadang dengan ciri khas anjungan di bagian kiri dan kanan.

Luhak Agam adalah wilayah yang meliputi Ampek Angkek, Lawang Nan Tigo Balai, dan nagari Sakaliliang Danau Maninjau yang berpusat di Bukittinggi. Wilayah ini dilambangkan dengan Pinang. Luhak Agam adalah kelompok masyarakat yang bermukim di daerah yang banyak ditumbuhi tumbuhan mensian. Masyarakat Luhak Agam juga dikenal memiliki keberagaman dan persaingan yang tinggi. Bentuk rumah gadang Luhak Agam lebih dipengaruhi oleh kelarasan Bodi Caniago.

Luhak Limopuluah adalah wilayah yang berpusat di Payakumbuh yang terletak di sepanjang batang Sinamar, daerah sekitar gunung Sago bagian utara dan barat, seiliran batang Lampasi dan Batang Agam, dan sampai ke wilayah Kabupaten Kampar di Provinsi Riau hingga Sipisau-pisau Hanyuik atau yang dikenal sebagai Pekanbaru sekarang. Wilayah ini dilambangkan dengan Gambir. Luhak Lima Puluh Koto adalah kelompok masyarakat yang terdiri dari 50 keluarga yang merantau dari Nagari Pariangan. Kondisi masyarakat Luhak Lima Puluh Koto digambarkan sebagai homogen, rukun dan damai.

Sementara itu, Rantau Hilia meliputi wilayah Mudiak Batanghari, Malayu Batanghari di Provinsi Jambi dan Kuantan Inderagiri di Provinsi Riau. Wilayah ini dilambangkan dengan Tembakau. Dan, Rantau Mudiak meliputi wilayah Rantau Pasisia Panjang di Pantai Barat Sumatera dan dilambangkan dengan Sadah/Kapur, yaitu bahan yang terbuat dari kerang laut yang ditumbuk.

Sejarahnya, ketika jumlah penduduk di ketiga wilayah Luhak nan Tigo semakin meningkat dan tempat tinggal semakin sempit, mereka kemudian merantau ke daerah-daerah lain. Daerah lain tersebut dikenal sebagai daerah rantau dan daerah pasisia yang lebih luas untuk memperluas wilayah tempat tinggal mereka.

Penduduk Luhak nan Tigo mempertahankan adat dan budaya mereka dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu adat yang menjadi ciri khas suku Minangkabau adalah adat rumah gadang. Rumah gadang biasanya dibangun dengan atap yang berbentuk seperti tanduk kerbau, yang melambangkan kekuatan dan kemakmuran. Selain itu, bentuk dan arsitektur rumah gadang juga menjadi ciri khas dari masing-masing luhak di Minangkabau.

Di Luhak Tanah Data, bentuk rumah gadang biasanya memiliki anjungan di bagian kanan dan kiri rumah dengan lantai yang dibuat agak miring. Sedangkan di Luhak Agam dan Luhak Lima Puluh Kota, rumah gadang lebih sering dibangun dengan lantai yang datar tanpa anjungan di bagian kanan dan kiri rumah.

Selain adat rumah gadang, suku Minangkabau juga terkenal dengan masakan mereka yang lezat, salah satunya adalah rendang. Rendang merupakan masakan daging yang dimasak dengan berbagai rempah-rempah seperti serai, lengkuas, jahe, cabai, dan kelapa parut. Masakan ini sudah dikenal luas di seluruh Indonesia bahkan di seluruh dunia.

Dalam kehidupan sosial masyarakat Minangkabau, masyarakat Luhak Tanah Data dikenal sebagai masyarakat yang cukup egaliter dan tidak suka berdebat. Sedangkan masyarakat Luhak Agam cenderung lebih emosional dengan tingkat persaingan yang tinggi dan lebih heterogen. Sementara itu, masyarakat Luhak Lima Puluh Kota dikenal sebagai masyarakat yang lebih homogen dengan hidup dalam kebersamaan dan rukun.

Ketiga luhak tersebut tergambar dalam marawa, sejenis umbul-umbul tiga warna yang mirip dengan bendera Jerman yang berwarna hitam, merah, dan kuning. Warna hitam melambangkan Luhak Limopuluah, merah melambangkan Luhak Agam, dan warna kuning (emas) melambangkan Luak Tanah Data.

Sumber gambar: Pasbana.com
Sumber gambar: Pasbana.com

Secara keseluruhan, keberagaman budaya suku Minangkabau yang ada di ketiga wilayah Luhak nan Tigo tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari identitas masyarakat Sumatra Barat. Hal ini menjadi bukti bahwa kekayaan budaya Indonesia sangat beragam dan patut untuk dilestarikan dan dijaga keberlangsungannya.

Dari sejarah yang panjang dan kaya akan budaya dan adat istiadat suku Minangkabau, kita dapat melihat bagaimana nenek moyang mereka yang berasal dari gunung Marapi telah membentuk kehidupan dan budaya yang beragam di ketiga wilayah Luhak Nan Tigo. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan kecil antara masyarakat di Luhak Tanah Data, Luhak Agam, dan Luhak Lima Puluh Kota, namun mereka tetap mempertahankan kesatuan dan kebersamaan dalam bingkai adat istiadat yang diwarisi dari generasi ke generasi.

Saat ini, kebudayaan Minangkabau terus berkembang dan diakui secara internasional. Dari seni dan budaya tradisional seperti tari Piring dan Randai, hingga makanan khas seperti rendang dan gulai, suku Minangkabau telah menjadi kebanggaan Indonesia. Keberagaman budaya dan adat istiadat suku Minangkabau dapat terus bertahan dan berkembang berkat semangat gotong royong dan kebersamaan dalam mempertahankan identitas dan warisan nenek moyang mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun