Pada saat ini banyak pekerja yang "gila kerja", bukan saja saat di kantor, tetapi juga saat berada di rumah, bahkan saat di cafe yang katanya mereka sedang "hang out".
Budaya "gila kerja" atau workaholism adalah kondisi di mana seseorang bekerja terlalu keras dan berlebihan sehingga mengalami ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi. Workaholism dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik seseorang serta hubungan dengan keluarga, teman, dan pasangan hidup.
Fleksibilitas jam kerja adalah kebijakan di mana pekerja diberi kebebasan untuk menentukan jam kerja mereka sendiri. Kebijakan ini dapat memberikan keuntungan bagi pekerja seperti lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal di luar pekerjaan, namun kebijakan ini juga dapat berdampak negatif pada kehidupan sosial dan kehidupan pribadi seseorang.
Keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi merupakan hal yang penting bagi kesejahteraan karyawan sebagai insan perusahaan dan makhluk sosial. Namun, banyak perusahaan yang tidak memperhatikan hal ini dan menghasilkan budaya "gila kerja" yang mendorong karyawan untuk sering lembur dan mengabaikan kehidupan pribadi mereka.
Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan karyawan dan bahkan berdampak negatif pada produktivitas dan kinerja mereka. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk membangun budaya yang seimbang antara kerja dan kehidupan pribadi karyawan.
Budaya perusahaan (Corporate Culture) dapat mempengaruhi perilaku karyawan dalam hal kecenderungan untuk sering lembur. Budaya yang menekankan pentingnya bekerja lebih dari batas waktu kerja normal dapat mendorong karyawan untuk sering lembur. Selain itu, jika perusahaan tidak memberikan penghargaan atau insentif yang memadai untuk karyawan yang bekerja keras, maka karyawan mungkin merasa perlu untuk bekerja lebih lama atau sering lembur demi memenuhi target atau mencapai penghargaan.
Budaya perusahaan yang sehat dan seimbang antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi, serta kebijakan dan dukungan yang memadai untuk karyawan, dapat membantu mencegah workaholism dan sering lembur.
Untuk membangun budaya perusahaan yang memprioritaskan keseimbangan kerja-hidup, perusahaan perlu memperhatikan kebutuhan dan keinginan karyawan. Beberapa cara untuk membangun budaya perusahaan (corporate culture) yang sehat dan seimbang antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi adalah sebagai berikut:
- Menawarkan fleksibilitas waktu: Memberikan opsi bekerja dari rumah atau menawarkan jadwal kerja yang fleksibel dapat membantu karyawan menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka.
- Memberikan cuti dan waktu istirahat yang cukup: Memberikan cuti yang cukup dan libur yang sesuai dapat membantu karyawan memulihkan diri secara fisik dan mental, serta memungkinkan mereka untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-teman.
- Memberikan dukungan kesehatan mental: Memberikan akses ke konseling atau terapi dan mempromosikan dukungan kesehatan mental dapat membantu karyawan mengatasi stres dan kecemasan yang dapat mempengaruhi keseimbangan kerja-hidup mereka.
- Memfasilitasi kegiatan sosial dan kegiatan keluarga: Memfasilitasi kegiatan sosial dan kegiatan keluarga dapat membantu karyawan membangun jaringan sosial yang kuat dan menjalin hubungan yang sehat dengan keluarga mereka.
- Memperhatikan kebutuhan individu: Mendengarkan dan merespons kebutuhan dan keinginan individu dapat membantu membangun budaya perusahaan yang responsif dan menghargai karyawan sebagai individu.
Dengan membangun budaya perusahaan yang seimbang antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi, perusahaan dapat membantu karyawan menjaga keseimbangan dan memastikan kesejahteraan mereka secara keseluruhan. Hal ini juga dapat membantu perusahaan meningkatkan produktivitas dan kinerja karyawan secara keseluruhan.