Dalam konteks ini, peringatan Hari Buruh Internasional yang jatuh tidak lama setelah Ramadan bisa menjadi momentum untuk merefleksikan bagaimana pengalaman Ramadan bisa memberi inspirasi bagi kita dalam mengoptimalkan potensi sebagai human capital Islami. Sebagai contoh, selama Ramadan kita diajarkan untuk meningkatkan kualitas ibadah dan menahan diri dari godaan-godaan yang mampu mengurangi produktivitas.
Sama halnya dengan dunia kerja, kita perlu menahan diri dari godaan-godaan yang bisa mengurangi produktivitas, seperti terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bersosialisasi atau menggunakan gadget selama jam kerja. Di sisi lain, Ramadan juga mengajarkan kita untuk memperhatikan keseimbangan antara aktivitas spiritual dan material. Sebagai human capital Islami, kita harus berusaha menemukan keseimbangan yang tepat antara bekerja dan beribadah, sehingga kita bisa menjadi manusia yang produktif secara material dan spiritual.
Peringatan Hari Buruh Internasional bisa menjadi momentum untuk merefleksikan dan memperbaiki kualitas diri sebagai human capital Islami. Saat ini, banyak perusahaan yang mulai memahami pentingnya nilai-nilai Islam dalam dunia kerja, dan banyak pula yang sudah mulai menerapkan konsep-konsep seperti keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, mari kita jadikan peringatan Hari Buruh Internasional sebagai ajang untuk terus mengoptimalkan potensi sebagai human capital Islami, agar kita bisa memberikan kontribusi yang lebih baik bagi bangsa dan agama.
Semoga sharing berupa artikel sederhana ini bermanfaat dan dapat memberikan inspirasi bagi para Kompasianer dan pembaca sekalian dalam memaknai peringatan Hari Buruh Internasional dari sudut pandang Human Capital Islami dan hikmah Ramadan yang baru saja berlalu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H