Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sepucuk Surat dari Seorang Perantau yang Belum Sukses untuk Kampung Halaman

30 April 2023   04:01 Diperbarui: 30 April 2023   06:24 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepada sanak saudara di kampung halaman tercinta,

Saya merindukan kalian semua dan sungguh ingin kembali ke kampung halaman pada hari raya Idul Fitri yang penuh makna ini. Namun, saya masih terhalang oleh kesibukan saya di rantau. Saya sangat ingin hadir di kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama keluarga dan sanak saudara semuanya.

Saya menyadari bahwa tradisi mudik sangat penting bagi kita sebagai umat Muslim, terutama dalam hal mempererat tali silaturahmi. Namun, jika saya pulang sekarang, saya tidak akan dapat membawa kebanggaan apa pun kepada orang-orang di kampung seperti teman-teman seperantauan yang telah sukses dan bisa memamerkan kendaraan terbaru, baju bagus, dan membagi-bagi hadiah untuk sanak saudara serta angpao untuk anak-anak di kampung.

Betapa saya ingin mengirik padi di sawah, menggiling padi jadi beras di heller, menangkap ikan larangan bersama teman-teman masa kecil, ikut memasak ketupat dan rendang bersama orang-orang tua di kampung, serta merayakan hari raya Idul Fitri dengan suasana yang begitu meriah dan penuh keakraban keluarga. Namun, kesibukan mencari nafkah di rantau orang masih menjadi kegiatan utama di rantau orang dan saya tidak bisa meninggalkannya.

Selain itu, sebenarnya adalah rasa malu saya yang belum berhasil di perantauan, yang belum bisa membawa apa-apa yang bisa dibanggakan atas diri saya kepada keluarga dan sanak saudara di kampung halaman. Tahun 2019, alasan saya karena baru merantau sehingga belum bisa mudik. Tahun 2020-2022, pandemi Covid-19 menjadi alasan saya untuk tidak bisa mudik. Tahun ini, saya tak bisa lagi mengarang alasan, selalin hanya bisa jujur dengan keadaan saya yang sesungguhnya di rantau orang.

Saya berharap dan berdoa, semoga kita semua bisa segera bertemu kembali dan merayakan hari raya Idul Fitri bersama-sama di tahun-tahun mendatang dengan keadaan saya yang lebih baik dan percaya diri untuk bertemu sanak saudara semua di kampung halaman. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan memberkahi kita semua.

Salam dari rantau orang,

ttd

Seorang Perantau yang Tak kunjung Berhasil

Note: Surat ini hanya fiksi belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun