Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Renungan Ramadan (30): Menyikapi Perbedaan Hari Raya dalam Persatuan Umat dan Kesatuan Bangsa

21 April 2023   02:37 Diperbarui: 21 April 2023   02:44 1433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan, bulan suci bagi umat Islam di seluruh dunia, telah tiba dan akan berakhir dengan perayaan Idul Fitri, momen yang ditunggu-tunggu. Namun, di Indonesia, sebagian umat Islam merayakan Idul Fitri pada tanggal yang berbeda, yaitu pada hari ini Jumat, 21 April 2023, sementara yang lain mengikuti penetapan pemerintah pada tanggal 22 April 2023. Perbedaan penetapan hari raya ini bukanlah hal baru, namun belakangan ini ada pihak-pihak yang memanfaatkannya untuk mengadu domba dan memecah belah bangsa.

Perbedaan metode penghitungan penanggalan hijriah, yaitu penanggalan dalam kalender Islam, telah menjadi sumber perbedaan penetapan hari raya di Indonesia. Beberapa kelompok mengikuti metode hisab, yang menghitung berdasarkan perhitungan astronomi, sementara yang lain mengikuti metode rukyat, yaitu pengamatan langsung hilal.

Perbedaan dalam perhitungan astronomi dan pengamatan hilal, bisa menjadikan perbedaan dalam penetapan awal bulan Syawal, dan oleh karena itu perbedaan dalam merayakan Idul Fitri. Namun demikian, penting untuk diingat bahwa perbedaan dalam penetapan awal bulan Syawal dan merayakan Idul Fitri pada tanggal yang berbeda tidak harus menjadi sumber perpecahan atau konflik.

Indonesia yang merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang beragam, memiliki tradisi toleransi dan keberagaman dalam merayakan perayaan agama, termasuk Idul Fitri. Oleh karena itu, perbedaan dalam merayakan Idul Fitri harus dilihat sebagai variasi dalam praktik keagamaan yang dihormati dan dihargai. Penting untuk menghormati pilihan masyarakat dan individu dalam merayakan Idul Fitri sesuai dengan keyakinan dan praktek agama mereka masing-masing.

Perbedaan ini telah ada sejak lama dan umat Islam di Indonesia telah hidup dengan harmonis dan saling menghargai perbedaan tersebut. Akan tetapi, perbedaan hari raya bukanlah hal yang seharusnya dipertentangkan atau dijadikan alasan untuk memecah belah masyarakat. Sebaliknya, perbedaan tersebut seharusnya dilihat sebagai bagian dari keragaman yang ada dalam masyarakat Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika, semboyan nasional Indonesia, mengajarkan pentingnya menghargai dan menjaga persatuan dalam keragaman suku, agama, ras, dan budaya.

Meskipun perbedaan dalam penetapan hari Raya Idul Fitri telah terjadi berkali-kali di Indonesia, umumnya tidak menimbulkan gejolak perpecahan di masyarakat. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang beragam, Indonesia telah lama memiliki tradisi toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

Akan tetapi, beberapa tahun belakangan ini ada beberapa pihak yang mungkin mencoba memanas-manasi perbedaan dalam penetapan waktu Idul Fitri untuk tujuan tertentu. Hal ini bisa mencakup upaya untuk menghasut ketegangan antar kelompok atau memperkuat agenda-agenda politik atau sosial tertentu. Penggunaan media sosial dan berita palsu (hoax) juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi masyarakat terhadap perbedaan tersebut.

Dalam menghadapi perbedaan penetapan waktu Idul Fitri, penting bagi masyarakat Indonesia untuk tetap menjunjung tinggi nilai toleransi, saling menghormati, dan menjaga kerukunan antar umat beragama. 

Pemerintah, pemimpin agama, dan tokoh masyarakat juga memiliki peran penting dalam meredam ketegangan dan mempromosikan dialog serta pemahaman antar kelompok untuk mengatasi perbedaan yang mungkin timbul. 

Selain itu, masyarakat juga perlu berhati-hati terhadap berita palsu (hoax) dan berusaha memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya, serta menjaga sikap bijaksana dan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang dapat memicu konflik atau perpecahan.

Sebagai umat Islam sudah seharusnya kita menjunjung persatuan, jangan mau dipecah belah hanya karena perbedaan penetapan waktu hari dan perbedaan khilafiyah lainnya. Sebagai umat Islam, kita seharusnya mengutamakan persatuan dan menjaga kerukunan antar sesama muslim serta antar umat beragama. Perbedaan pendapat atau perbedaan khilafiyah dalam masalah agama adalah hal yang biasa, dan seharusnya tidak menjadi sumber konflik atau perpecahan.

Sebaliknya, kita seharusnya menghargai keragaman dalam pemahaman agama dan belajar untuk berkomunikasi dengan bijaksana, menghormati pandangan orang lain, dan mencari solusi yang damai dan bermanfaat. 

Selain itu, penting untuk berpandangan luas dan melihat gambaran yang lebih besar, yaitu pentingnya persatuan umat Islam dan persatuan seluruh bangsa Indonesia. Menjaga kerukunan antarumat beragama dan membangun hubungan harmonis antara umat beragama adalah kunci untuk mencapai perdamaian, stabilitas, dan kemajuan dalam masyarakat.

Sebagai individu, kita dapat berperan aktif dalam menjaga persatuan dan kerukunan dengan tidak terprovokasi oleh perbedaan-perbedaan yang mungkin timbul, dan dengan berupaya mempromosikan dialog, pemahaman, dan penghormatan antar sesama muslim dan antar umat beragama. 

Kita juga dapat menghindari menyebarkan berita palsu (hoax) yang dapat memicu konflik atau perpecahan, serta berperilaku bijaksana dalam berkomunikasi di media sosial maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam menyikapi perbedaan, mari kita mengedepankan nilai-nilai islami yang mendorong persatuan, toleransi, dan saling menghormati. Dengan menjaga kerukunan antarumat beragama, kita dapat menciptakan masyarakat yang harmonis, damai, dan berdamaibakti dalam keragaman.

Himbauan kepada para pengadu domba dan pemecah belah bangsa, berhentilah berbuat demikian. Bangsa Indonesia dari dulu sudah mengenal "Bhineka Tunggal Ika" sehingga tidak mudah untuk di adu domba dan dipecah belah. Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan semboyan nasional Indonesia, mengajarkan tentang keragaman yang ada dalam bangsa Indonesia dan pentingnya persatuan dalam keragaman tersebut.

Sebagai warga negara Indonesia, kita harus menghormati dan menjunjung tinggi prinsip Bhinneka Tunggal Ika, yaitu menghargai keragaman suku, agama, ras, dan budaya yang ada di Indonesia, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Tindakan yang memecah belah masyarakat, seperti menyebarkan berita palsu, menyulut provokasi, atau memperkuat perbedaan dengan maksud tertentu, sangat berpotensi merusak kerukunan sosial dan mengancam persatuan bangsa.

Kita harus menjadi bijaksana dalam menyikapi perbedaan, tidak terprovokasi oleh upaya pengadu domba, dan tidak terlibat dalam tindakan pemecah belah. Sebaliknya, kita harus berupaya membangun hubungan yang harmonis dan mengedepankan dialog, toleransi, dan penghormatan terhadap sesama, terutama dalam hal perbedaan agama, suku, ras, dan budaya.

Penting untuk diingat bahwa persatuan dan kerukunan adalah modal utama untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama. Dengan menjaga nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika, kita dapat membangun masyarakat yang inklusif, saling menghormati, dan bersatu dalam keragaman.

Marilah kita bersama-sama mengedepankan semangat persatuan, menghindari tindakan pengadu domba dan pemecah belah, serta bekerja bersama untuk mewujudkan Indonesia yang damai, harmonis, dan maju. Kita harus menjadi agen perdamaian, mempromosikan dialog, toleransi, dan persatuan dalam menjalani kehidupan beragama dan bermasyarakat.

Dengan demikian, mari kita menyikapi perbedaan hari raya dalam persatuan umat dan kesatuan bangsa, menghormati perbedaan, dan menghindari pemecahan belah yang dapat merusak kerukunan sosial. Bhinneka Tunggal Ika adalah prinsip yang harus terus kita pegang teguh dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia.

Semoga Ramadan dan perayaan Idul Fitri kali ini menjadi momentum untuk merajut persatuan dan menjaga keharmonisan masyarakat Indonesia. Kita bersama-sama menjaga persatuan, menjadi bangsa yang kuat, dan berjalan menuju masa depan yang lebih baik.

Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang sudah merayakannya, mohon maaf lahir dan batin. Taqabalallahu mina waminkum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun