Saya beragama Islam sejak lahir, tetapi saat SD dan kuliah di Perguruan Katolik. Saya anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Rata-rata kakak-kakak saya juga sekolah di Perguruan Katolik. Menurut orangtua, kami disekolahkan di sekolah Katolik karena disiplin dan kurikulumnya yang bagus pada saaat itu. Dan, memang dulu Sekolah Umum dari Yayasan Pendidikan Islam masih jarang, tidak seperti saat ini, dimana SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) ada di setiap pelosok.
Mungkin juga kami disekolahkan di Perguruan Katolik, karena almarhumah Ibu saya dulunya menerima pendidikan di Sekolah Belanda yang katanya disiplinnya tingkat tinggi. Sementara Ayah saya belajar di sekolah agama Parabek Padang Panjang. Untuk mengimbangi hal itu, pagi kami sekolah di perguruan Katolik dan siangnya kami belajar mengaji di madrasah. Dengan demikian, kami tetap menjalankan ibadah-ibadah agama Islam dengan baik setiap harinya.
Pada masa SD, adalah saat anak-anak belajar mulai berpuasa. Namun karena melihat semua kaka-kakak saya berpuasa, saya pun tidak mau ketinggalan berpuasa sejak TK di tahun 1970. Ibu saya hanya memperkenankan saya puasa setengah hari ketika itu, tapi saya sering bandel tidak mau berbuka pada saat azan dzuhur, tetapi ikut berpuasa sampai maghrib. Dan saat itu TK memang tidak sekolah di bulan Ramadhan.
Tibalah saatnya saya SD, semua sekolah waktu libur selama Ramadhan, tetapi tidak dengan sekolah saya di perguruan Katolik. Semuanya sekolah seperti biasa dari tingkat SD sampai SMA.
Ketika saya kelas 1 dan 2 jam sekolahnya hanya dari jam 7.30 sampai jam 9.30. Kelas 3 sampai kelas 6 sekolah dari jam 7.30 hingga jam 13.00. Saat Ramadhan di kelas 1 dan 2, tidak begitu terasa puasa di sekolah karena pas jam istirahat sekolah, kami sudah pulang.
Tantangan berpuasa mulai terasa di kelas 3 karena sekolah sudah full sampai siang dengan istirahat 2 kali. Pada saat istirahat mulailah tantangan itu terjadi, karena pada saat istirahat semuanya ke kantin atau membuka bekal di halaman sekolah. Banyak teman saya belum memahami puasa bagi umat Islam saat itu, sehingga sering menanyakan ke saya mengapa tidak ikut makan. Saya hanya bisa menahan diri, dan menjawab bahwa di agama saya harus berpuasa selama satu bulan.
Dan hal yang paling berat adalah ketika jam olahraga, saya harus ikut berlari-lari di lapangan olahraga sekolah. Alhamdulillah ketika itu hanya 1 hari yang saya batal puasa karena kelelahan habis olahraga.
Pada saat saya kelas 3 SD tersebut, saya batal 2 hari puasa. Satu hari lagi batal justru pada saat sekolah libur, di mana kami sekeluarga pergi keluar kota untuk berlebaran di luar kota karena melihat beberapa kakak-kakak saya tidak berpuasa karena katanya mereka sedang musafir.
Ketika kelas 4 saya full berpuasa selama satu bulan meskipun tetap sekolah dan mengikuti  jam pelajaran olahraga. Dan tahun itu kami tidak berlebaran keluar kota, sehingga tidak ada alasan musafir seperti tahun sebelumnya untuk tidak berpuasa.