Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Makna Ramadhan dalam Tradisi Mahanta Pabukoan di Riau dan Sumatera Barat

1 April 2023   05:38 Diperbarui: 1 April 2023   05:41 1626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Aneka hidangan yang dihantarkan dalam tradisi Mahanta Pabukoan (by Merza Gamal)

Tradisi Mahanta Pabukoan adalah sebuah tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat Riau dan Minangkabau di Sumatera Barat. Tradisi ini dilakukan selama bulan Ramadhan ketika umat Muslim berpuasa dan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri.

Mahanta Pabukoan artinya adalah "menghantarkan makanan untuk berbuka puasa kepada keluarga". Biasanya, pada sore hari menjelang waktu berbuka puasa, para ibu-ibu dan anak-anak perempuan memasak berbagai hidangan khas Ramadhan seperti ketupat, lemang, opor ayam, rendang, asam padeh, serta berbagai jenis kue kering dan basah.

Setelah hidangan selesai dimasak, para perempuan tersebut akan membawa hidangan-hidangan tersebut ke rumah keluarga dan kerabat yang tinggal dekat. Mereka akan membawa hidangan tersebut dalam sebuah baskom atau tampah yang dilapisi dengan kain berwarna-warni yang disebut "taruang".

Taruang atau dalam bahasa Indonesia disebut "piring anyaman" adalah sebuah alas makanan tradisional yang terbuat dari anyaman daun pandan atau daun nipah. Taruang ini biasanya dilapisi kain motif batik atau tenunan khas. Taruang biasanya digunakan dalam acara-acara adat atau upacara adat di daerah Sumatera Barat dan Riau, termasuk dalam tradisi Mahanta Pabukoan.

Fungsi utama dari taruang adalah untuk menyajikan makanan secara lebih indah dan teratur. Selain itu, taruang juga dianggap sebagai simbol kesuburan dan kebahagiaan dalam adat istiadat setempat. Oleh karena itu, penggunaan taruang dalam tradisi Mahanta Pabukoan menjadi sangat penting dan biasanya dihias dengan berbagai warna yang cerah dan menarik perhatian. Pada keluarga kalangan atas, taruang ini berupa talam (baki bulat besar) yang terbuat dari tembaga sepuh emas.

Setelah sampai di rumah keluarga atau kerabat, para perempuan akan menaruh hidangan tersebut di atas meja makan. Selanjutnya, para anggota keluarga dan kerabat yang berpuasa akan mengucapkan doa bersama sebelum memulai berbuka puasa. Setelah berbuka puasa, mereka akan menikmati hidangan bersama-sama.

Pada tradisi Mahanta Pabukoan, keluarga yang menghantarkan makanan biasanya tidak langsung ikut berbuka di rumah keluarga yang menerima hantaran tersebut. Mereka hanya mengantarkan makanan dan memberikan salam serta doa kepada keluarga yang menerima hantaran tersebut.

Hal ini dikarenakan tradisi Mahanta Pabukoan lebih menekankan pada nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan, di mana keluarga yang menghantarkan makanan ingin menunjukkan rasa sayang dan kasih sayangnya kepada keluarga yang menerima hantaran tersebut. Selain itu, tradisi ini juga menunjukkan rasa penghargaan dan hormat kepada keluarga dan kerabat yang dihormati.

Namun, ada juga keluarga yang menerima hantaran pabukoan yang mengundang keluarga yang menghantarkan makanan untuk ikut berbuka puasa bersama sebagai bentuk silaturahmi dan kebersamaan. Namun, hal ini tergantung dari kesepakatan dan adat istiadat yang berlaku di masing-masing daerah dan keluarga.

Tradisi Mahanta Pabukoan memiliki makna yang sangat dalam dalam budaya Minangkabau dan Riau. Tradisi  Mahanta Pabukoan merupakan bentuk solidaritas sosial dan saling berbagi antara keluarga dan kerabat di bulan suci Ramadhan. Selain itu, tradisi ini juga menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan antar keluarga dan kerabat.

Tradisi Mahanta Pabukoan masih banyak dijalankan di beberapa kabupaten di Sumatera Barat dan Riau. Beberapa daerah yang masih aktif melaksanakan tradisi ini di Sumatera barat adalah: Kabupaten Tanah Datar, Agam, Padang Pariaman, Limapuluh Kota, dan Kota Padang. Sementara kabupaten di provinsi Riau yang masih aktif melaksanakn tradisi ini adalah: Kabupaten Kuantan Singingi, Siak, Kampar, dan Kota Pekanbaru.

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa tradisi ini masih dilakukan di daerah-daerah lain yang tidak disebutkan di atas. Tradisi Mahanta Pabukoan merupakan warisan budaya yang sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Tradisi Mahanta Pabukoan masih dilestarikan hingga saat ini di Riau dan Sumatera Barat. Meskipun seiring dengan perkembangan zaman dan gaya hidup yang semakin modern, tradisi ini masih menjadi bagian penting dalam budaya dan adat istiadat masyarakat setempat.

Walaupun demikian, ada beberapa hal yang menjadi tantangan bagi kelangsungan tradisi ini. Salah satunya adalah kesulitan dalam Mahanta Pabukoan kepada keluarga dan kerabat yang tinggal jauh dari tempat tinggal. Selain itu, adanya perubahan pola hidup dan mobilitas yang semakin tinggi dapat mengurangi waktu dan kesempatan bagi orang-orang untuk berkumpul dan melaksanakan tradisi Mahanta Pabukoan.

Meskipun begitu, tradisi ini masih dijalankan oleh banyak keluarga dan kerabat di beberapa daerah tersebut. Terkadang, tradisi ini juga diadakan secara bersama-sama oleh beberapa keluarga atau komunitas dengan memasak bersama makanan yang akan dihantarkan sebagai bentuk kebersamaan dan kerja sama antar anggota keluarga dan masyarakat.

Namun, dengan semakin sibuknya jadwal dan aktivitas sehari-hari, ada beberapa keluarga yang memilih memesan makanan dari catering sebagai alternatif. Meskipun demikian, pesanan catering biasanya tetap dihias dengan taruang atau baki dengan kain warna-warni sebagai penanda bahwa hidangan tersebut disajikan sebagai bagian dari tradisi Mahanta Pabukoan.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat perubahan dalam cara mempersiapkan hidangan, tradisi Mahanta Pabukoan tetap dijaga dan dihargai sebagai bagian dari kekayaan budaya dan adat istiadat masyarakat Riau dan Sumatera Barat.

Bagi keluarga yang masih tinggal di daerah asal, biasanya akan mengirimkan makanan atau hadiah kepada keluarga yang tinggal di rantau sebagai bentuk perayaan berbuka puasa dan mempererat hubungan kekeluargaan. Sebaliknya, keluarga yang tinggal di rantau juga akan mengirimkan hadiah atau makanan kepada keluarga di daerah asal mereka.

Meskipun mungkin tidak dilakukan secara langsung seperti saat mereka masih tinggal di daerah asal, tradisi Mahanta Pabukoan tetap dapat dilakukan dengan cara mengirimkan makanan atau hadiah sebagai bentuk penghormatan dan rasa sayang kepada keluarga yang dihormati. Hal ini dapat menjadi sarana untuk mempererat hubungan kekeluargaan dan menjaga kebersamaan meskipun keluarga berada di tempat yang berbeda.

Biasanya, sebagai pengganti Mahanta Pabukoan, keluarga yang tinggal di rantau dapat mengirimkan makanan atau hadiah sebagai bentuk perayaan dan penghormatan kepada keluarga yang masih tinggal di daerah asal. Beberapa contoh makanan atau hadiah yang dapat dikirimkan antara lain:

  1. Kue-kue tradisional yang biasanya disukai dan dinikmati oleh keluarga sebagai camilan saat berbuka puasa atau sebagai hidangan untuk makan malam.
  2. Lauk-pauk seperti rendang, dendeng ragi, ikan salai yang biasanya dikirimkan dalam bentuk kering atau dalam kaleng agar tahan lama dan mudah dikirimkan.
  3. Buah-buahan yang sesuai dengan musim dan ketersediaan di daerah mereka. Buah-buahan ini biasanya dianggap sebagai hidangan yang segar dan menyehatkan setelah berbuka puasa.
  4. Hadiah khusus seperti baju atau pakaian tradisional, hiasan rumah, atau kerajinan tangan lainnya yang memiliki nilai sentimental atau artistik bagi keluarga yang menerima.

Dengan mengirimkan makanan atau hadiah, keluarga yang tinggal di rantau dapat tetap merayakan dan mempererat hubungan kekeluargaan dengan keluarga yang masih tinggal di daerah asal. Namun ada juga yang mengatakan tradisi tersebut sebagai pemborosan.

Pendapat tentang apakah tradisi Mahanta Pabukoan merupakan pemborosan atau tidak dapat bervariasi tergantung pada sudut pandang individu atau kelompok. Namun secara umum, tradisi ini lebih dilihat sebagai bentuk ungkapan kasih sayang dan kebersamaan antara keluarga.

Pengiriman makanan atau hadiah dalam tradisi Mahanta Pabukoan memang memerlukan biaya, terutama jika keluarga harus membungkus makanan atau membeli hadiah untuk dikirimkan. Namun, biaya yang dikeluarkan oleh keluarga dalam tradisi ini biasanya dianggap sebagai bentuk penghormatan dan tali kasih antara keluarga, bukan sebagai pemborosan.

Selain itu, tradisi Mahanta Pabukoan dapat menjadi sarana untuk mempertahankan dan mempererat hubungan kekeluargaan. Dalam budaya Indonesia, keluarga memiliki peran yang sangat penting dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan seseorang. Oleh karena itu, menjaga hubungan kekeluargaan adalah hal yang sangat penting.

Dalam konteks ini, tradisi Mahanta Pabukoan dapat dianggap sebagai bentuk perayaan dan penghormatan terhadap keluarga, serta sarana untuk menjaga dan mempererat hubungan kekeluargaan yang erat dan diperkuat saat Ramadhan tiba. Sehingga, secara umum, tradisi ini bukanlah pemborosan, melainkan sebagai bentuk kecintaan dan penghargaan terhadap keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun