Kemudian, pada hari Selasa, 28 Maret 2023 (waktu Amerika) Presiden AS Joe Biden menghimbau untuk mengabaikan perubahan yudisial yang memicu protes di Israel dan krisis politik. Himbauaan Biden tersebut tidak dapat langsung meredakan protes masyarakat Israel terhadap pemerintah mereka. Namun, sebagai sekutu penting Israel, pendapat AS dapat mempengaruhi situasi di negara tersebut.
Netanyahu memberikan tanggapan atas himbauan presiden AS tersebut pada Selasa malan menjelang dini hari Rabu (29 Maret 2023), yakni, "Israel adalah negara berdaulat yang membuat keputusan atas kehendak rakyatnya dan bukan berdasarkan tekanan dari luar negeri, termasuk dari sahabat."
Netanyahu mengatakan pemerintahannya berusaha untuk melakukan reformasi "melalui konsensus luas." Netanyahu mengatakan bahwa Israel-AS merupakan aliansi tidak bisa dipatahkan "dan selalu mengatasi ketidaksepakatan yang sesekali terjadi di antara kita.
Lebih lanjut Netanyahu menyampaikan, "Pemerintahan saya berkomitmen untuk memperkuat demokrasi dengan mengembalikan keseimbangan yang tepat antara tiga cabang pemerintahan, yang kami perjuangkan untuk dicapai melalui konsensus yang luas."
Meskipun demikian, protes masyarakat Israel lebih terkait dengan masalah dalam negeri daripada pengaruh luar. Banyak demonstran menuntut perubahan pada pemerintahan dalam negeri dan sistem politik Israel yang mereka anggap korup dan tidak mampu mengatasi masalah-masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh warga negara Israel.
Oleh karena itu, penyelesaian dari masalah ini akan sangat bergantung pada upaya pemerintah Israel untuk merespons tuntutan masyarakat dan melakukan reformasi politik dan ekonomi yang diperlukan.
Kita tunggu perkembangan berikutnya yang terjadi di Israel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H