Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Keuangan Berkelanjutan Merupakan Bagian Penting Bisnis Bank Terkini

27 Maret 2023   08:28 Diperbarui: 27 Maret 2023   08:47 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image:pembiayaan terkait iklim (climate change) sedang memasuki "era berikutnya" (File by Merza Gamal)

Pada artikel kami sebelumnya, "Kira-kira Bagaimana Nasib Perbankan ke Depan?", pada kolom komentar, Prof. Felix Tani menyampaikan ketertarikannya soal transformasi lingkungan bank yang disinggung dalam artikel tersebut dan ingin mengetahui hal tersebut lebih lanjut. Saat itu saya berjanji untuk membahasnya lebih lanjut. Dan, saat ini, alhamdulillah saya berkesempatan menulis dan membagikannya di Kompasiana.

Dalam berbagai konferensi dunia, pemerintah berbagai negara dan korporasi multinasional berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca. Demikian pula di dunia perbankan saat ini yang banyak menyoroti keuangan berkelanjutan. Terlepas dari skeptisisme dan kekhawatiran tentang greenwashing, kajian McKinsey dalam "Tinjauan Tahunan Perbankan Global 2022" (McKinsey's Global Banking Annual Review-2022) menemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa pembiayaan terkait iklim (climate change) sedang memasuki "era berikutnya," karena gelombang awal pendanaan untuk energi terbarukan membuka jalan bagi keterlibatan yang lebih dalam dengan klien perbankan di semua sektor.

Penerbitan instrumen utang berkelanjutan, yang hampir-hampir tidak ada pada kurun lima tahun lalu, telah mengalami pertumbuhan tahun ke tahun yang substansial hingga tahun 2021. Volume obligasi berkelanjutan, termasuk obligasi hijau, obligasi keberlanjutan, obligasi sosial, dan obligasi terkait keberlanjutan, mencapai USD 965 miliar, naik 80 persen dari tahun 2020. Volume pinjaman sindikasi berkelanjutan, termasuk pinjaman ramah lingkungan dan pinjaman terkait keberlanjutan, mencapai USD 683 miliar pada tahun 2021, naik lebih dari 200 persen dari tahun 2020. Kegiatan pembiayaan berkelanjutan terkait pasar modal, termasuk Merger dan Akuisisi, ekuitas, dan perdagangan karbon yang juga telah berkembang selama beberapa tahun terakhir.

Meskipun dunia perbankan pada tahun 2022 melambat di tengah penurunan pasar yang lebih luas, tetapi pasar modal utang yang berkelanjutan dan pinjaman bernasib lebih baik daripada pasar utang secara keseluruhan. Penerbitan obligasi berkelanjutan saat ini menyumbang sekitar 12 persen dari total volume pasar obligasi, sementara pinjaman sindikasi terkait keberlanjutan sekitar 13 persen dari volume pinjaman sindikasi global.

Saat instrumen yang berkelanjutan mendapatkan penerimaan, pengawasan tentang bagaimana mereka diberi label juga meningkat. Secara khusus, pinjaman dan obligasi yang terkait dengan keberlanjutan perlu membangun kredibilitasnya. Secara lebih luas, ada kebutuhan untuk memilah kategori ESG (Environment, Social, Governance) untuk membedakan keuangan iklim (Climate Finance) dan melacaknya secara terpisah.

Pinjaman terkait keberlanjutan (sustainable debt market) awalnya didominasi oleh Obligasi Hijau (Green Bonds) pada pasar utang berkelanjutan. Kemudian digantikan oleh Sustainability Linked Bonds yang merupakan instrumen berbasis kinerja yang mengikat suku bunga dengan pencapaian target keberlanjutan yang ditentukan. Tantangan pinjaman berkelanjutan terutama dalam menetapkan tujuan, termasuk insentif untuk memenuhi target yang ditetapkan dan hukuman jika gagal melakukannya.

Secara historis, Eropa memimpin penerbitan instrumen utang yang berkelanjutan. Pada tahun 2018, Eropa mengeluarkan lebih dari 80 persen pinjaman sindikasi berkelanjutan. Sementara itu, Amerika Utara telah memperoleh pangsa pasar yang meningkat. 

Image: Total pinjaman sindikasi berkelanjutan 2018-2022 (File by Merza Gamal)
Image: Total pinjaman sindikasi berkelanjutan 2018-2022 (File by Merza Gamal)

Pada tahun 2021, volume pembiayaan proyek energi bersih naik ke rekor tertinggi sebesar USD 164 miliar, di mana USD 77 miliar di antaranya berasal dari proyek tenaga surya saja. Namun pada paruh pertama tahun 2022, bank mengalami penurunan volume pembiayaan proyek energi bersih sebesar 38 persen, sebagian besar karena penurunan proyek tenaga surya dan angin. Namun, pertumbuhan berkelanjutan dalam pembiayaan proyek energi bersih diharapkan dapat menutup kesenjangan antara pembangkit terbarukan saat ini dan jumlah yang dibutuhkan untuk transisi energi.

Pembiayaan untuk energi bersih juga menjadi lebih kompetitif karena kumpulan pemain yang beragam dan bermodal besar menumpuk di pasar. Perusahaan ekuitas swasta menginvestasikan USD 76 miliar dalam energi terbarukan, mobilitas berkelanjutan, dan teknologi karbon pada tahun 2021, lebih dari dua kali lipat investasi sejak 2017. Perusahaan modal ventura hampir melipatgandakan investasi dalam teknologi yang sama selama periode yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun