Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Tradisi Potang Balimau Kasai Menyambut Ramadhan pada Masyarakat Melayu Riau

25 Maret 2023   09:30 Diperbarui: 25 Maret 2023   13:16 3111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Gubernur Riau dan Bupati Kampar mengikuti tradisi potang balimau kasai di  Desa Batu Belah, Kabupaten Kampar (Photo: Humas Prov. Riau)

Beberapa hari yang lalu, saya membaca tulisan seorang Kompasianer muda yang setiap tulisannya menjadi Auto Headline Kompasiana, Akbar Pitopang yang berjudul "Balimau Wujud Identitas Nilai dan Pembelajaran Karakter Jelang Ramadhan" yang merupakan tradisi masyarakat Minangkabau dalam menyambut bulan Ramadhan.

Tradisi yang mirip dengan mandi balimau pada Masyarakat Minangkabau juga terdapat dalam tradisi masyarakat Melayu Riau di berbagai daerah, yang dikenal dengan balimau kasai. Hampir setiap kabupaten di provinsi Riau mempunyai tradisi balimau kasai dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Pelaksanaan tradisi balimau kasai tersebut dikenal dengan berbagi istilah di beberapa daerah.

Di daerah Pekanbaru tradisi balimau kasai menyambut  Ramadhan dikenal dengan petang megang, di Indragiri Hulu disebut potang mogang, di Kampar dan Kuantan Singingi ada balimau kasai, di Kepulauan Meranti dikenal dengan mandi balimau, di Pelalawan masyarakat mengenal dengan istilah mandi balimau sultan atau mandi balimau kasai potang mogang, dan Rokan Hulu dikenal dengan istilah potang bulimau. Pelaksanaan tradisi balimau kasai ini bisa berbeda-beda di setiap daerah, tergantung pada kearifan lokal dan kondisi geografis setempat.

Di Kabupaten Kampar, acara balimau kasai biasanya dilaksanakan di tepi sungai Kampar atau di sekitar pasar tradisional. Sementara di Kabupaten Siak dilaksanakan di beberapa tempat seperti Desa Perawang, Kecamatan Tualang, dan di Sungai Mandau. Di Kabupaten Pelalawan, dilaksanakan di beberapa tempat seperti Desa Suku Tengah, Kecamatan Bunut, dan Desa Rantau Bais, Kecamatan Pangkalan Kerinci. Dan di Kabupaten Bengkalis, dilaksanakan di Desa Lubuk Basung, Kecamatan Bandar Laksamana. Acara-acara potang balimau kasai ini di setiap daeah menjadi salah satu potensi wisata budaya yang cukup popular.

Tradisi Potang Balimau Kasai pada masyarakat Melayu Riau memiliki kesamaan dengan tradisi Mandi Balimau yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau, terutama dalam aspek penggunaan air jeruk limau dan mengenakan pakaian adat.

Namun, terdapat beberapa perbedaan antara keduanya. Mandi Balimau pada masyarakat Minangkabau dilakukan untuk membersihkan diri dari segala macam keburukan dan kesialan, sementara Potang Balimau Kasai pada masyarakat Riau lebih diarahkan untuk memperoleh keberkahan dan kesejahteraan dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Selain itu, dalam Mandi Balimau, masyarakat Minangkabau juga melakukan ritual tertentu seperti membaca doa-doa tertentu dan menghaturkan sesajen kepada nenek moyang, sedangkan Potang Balimau Kasai pada masyarakat Riau lebih mengarah pada kegiatan bersosialisasi dan silaturahmi antar sesama.

Image:Tradisi Balimau pada masyakat di Sumatera Barat dan Riau menyambut Ramadhan (Sumber photo: Antara dan Humas Prov. Riau)
Image:Tradisi Balimau pada masyakat di Sumatera Barat dan Riau menyambut Ramadhan (Sumber photo: Antara dan Humas Prov. Riau)

Tradisi Mandi Balimau pada masyarakat Minangkabau dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan memiliki sejarah yang cukup panjang dan berkembang dari masa ke masa. Menurut beberapa sumber, tradisi Mandi Balimau pada masyarakat Minangkabau telah dilakukan sejak zaman pra Islam. Dalam budaya Minangkabau, air jeruk limau atau balimau dianggap memiliki kekuatan magis dan dapat membersihkan segala macam keburukan dan kesialan.

Setelah Islam masuk ke Minangkabau, tradisi Mandi Balimau tetap dipertahankan dan disesuaikan dengan ajaran agama Islam. Masyarakat Minangkabau menghubungkan tradisi Mandi Balimau dengan bulan suci Ramadhan, di mana bulan tersebut dianggap sebagai bulan yang penuh berkah dan ampunan.

Mandi Balimau pada masyarakat Minangkabau dilakukan dengan mengambil air jeruk limau atau balimau dan kemudian dimandikan di kolam atau sungai yang dianggap suci. Sebelum melakukan mandi, masyarakat Minangkabau membaca doa-doa dan zikir-zikir sebagai bentuk persiapan spiritual. Selain itu, dalam tradisi Mandi Balimau, masyarakat Minangkabau juga melakukan upacara adat dan menghaturkan sesajen kepada nenek moyang sebagai bentuk penghormatan dan syukur atas keberhasilan dan kesuksesan yang telah diperoleh.

Dalam perkembangannya, tradisi Mandi Balimau pada masyarakat Minangkabau telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya dan identitas Minangkabau, serta menjadi daya tarik wisata yang cukup populer di daerah Sumatera Barat.

Berdasarkan pendapat pemuka adat Melayu Riau, terdapat beberapa perbedaan antara tradisi Mandi Balimau pada masyarakat Minangkabau dengan tradisi Potang Balimau Kasai pada masyarakat Melayu Riau. Berikut adalah beberapa perbedaan yang dapat disimpulkan:

  • Asal Usul: Meskipun keduanya melibatkan mandi dengan air jeruk limau atau balimau, tradisi Mandi Balimau pada masyarakat Minangkabau memiliki asal usul yang berbeda dengan Potang Balimau Kasai pada masyarakat Melayu Riau. Mandi Balimau pada masyarakat Minangkabau telah dilakukan sejak zaman pra-Islam, sementara Potang Balimau Kasai pada masyarakat Melayu Riau muncul setelah Islam masuk ke wilayah Riau.
  • Pelaksanaan: Tradisi Mandi Balimau pada masyarakat Minangkabau dilakukan dengan mandi di kolam atau sungai yang dianggap suci, sedangkan Potang Balimau Kasai pada masyarakat Melayu Riau dilakukan dengan memercikkan air jeruk limau atau balimau ke seluruh tubuh.
  • Doa dan Zikir: Dalam Mandi Balimau pada masyarakat Minangkabau, sebelum melakukan mandi, masyarakat membaca doa-doa dan zikir-zikir sebagai bentuk persiapan spiritual. Sedangkan dalam Potang Balimau Kasai pada masyarakat Melayu Riau, tidak selalu dilakukan pembacaan doa dan zikir.
  • Lokasi: Mandi Balimau pada masyarakat Minangkabau biasanya dilakukan di lokasi yang dianggap suci, seperti kolam atau sungai yang dipercayai memiliki kekuatan magis. Sedangkan Potang Balimau Kasai pada masyarakat Melayu Riau dapat dilakukan di tempat manapun.

Secara umum, kedua tradisi tersebut dihadiri oleh masyarakat yang memeluk agama Islam dan bertujuan untuk membersihkan diri secara lahir dan batin dalam menyambut bulan Ramadhan. Namun, karena perbedaan budaya dan tradisi antara Melayu Riau dan Minangkabau, maka bisa ada perbedaan dalam hal orang-orang yang menghadiri kedua tradisi tersebut.

Tradisi potang balimau kasai pada masyarakat Melayu Riau biasanya dihadiri oleh seluruh anggota masyarakat, dari berbagai usia, baik laki-laki maupun perempuan. Namun, pada beberapa daerah tertentu, seperti di Kampar, terdapat tradisi "balimau barami-rami" yang dihadiri oleh sekelompok orang yang terdiri dari beberapa keluarga atau kerabat dekat.

Sementara itu, tradisi mandi balimau pada masyarakat Minangkabau biasanya dihadiri oleh kaum perempuan, khususnya yang belum menikah atau yang baru saja menikah. Hal ini karena tradisi tersebut juga memiliki tujuan sebagai sarana untuk memperoleh keberkahan dan kebaikan dalam menjalankan ibadah Ramadan dan dalam kehidupan pernikahan. Akan tetapi, saat ini terjadi campur baur mandi balimau di berbagai tapian sungai.

Secara umum, pada saat ini, kedua tradisi tersebut tidak bertentangan dengan tuntunan ajaran agama Islam selama pelaksanaannya sesuai dengan prinsip-prinsip dasar agama Islam. Apalagi, tujuan dari kedua tradisi tersebut adalah untuk membersihkan diri secara lahir dan batin dalam menyambut bulan Ramadan.

Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan agar sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Misalnya, dalam tradisi potang balimau kasai pada masyarakat Riau, perlu diperhatikan jangan sampai ada unsur syirik atau kesyirikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan dan pengawasan oleh ulama dan pihak berwenang agar pelaksanaannya tidak melanggar tuntunan agama.

Sementara itu, dalam tradisi mandi balimau pada masyarakat Minangkabau, perlu diperhatikan bahwa pelaksanaannya tidak boleh melanggar nilai-nilai agama Islam, seperti batasan aurat dan pergaulan antara laki-laki dan perempuan saat mandi bersama dalam sungai. Oleh karena itu, perlu juga ada pengawasan dan pengendalian dari pihak yang berwenang dan para ulama agar pelaksanaannya tetap dalam koridor ajaran agama Islam.

Dalam kesimpulannya, kedua tradisi tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam dengan memperhatikan aspek-aspek yang telah disebutkan di atas. Tentunya, setiap tradisi atau budaya memiliki nilai-nilai dan makna yang penting bagi masyarakat yang melestarikannya. Namun, dalam melaksanakan suatu tradisi, perlu juga memperhatikan kesesuaian dan keterkaitannya dengan tuntunan ajaran agama yang dianut.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat yang melaksanakan tradisi potang balimau kasai dan mandi balimau untuk memperhatikan nilai-nilai agama dan menjaga agar tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Semoga tradisi-tradisi tersebut dapat terus dilestarikan dan memberikan manfaat bagi masyarakat yang melaksanakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun