Tantangan ekonomi dan persaingan saat ini membuat status quo tidak dapat dipertahankan untuk industri perbankan. Kemerosotan ekonomi makro yang terkait dengan pandemi Covid-19 kemudian berlanjut dengan inflasi, memanasnya geoplolitik, kenaikan suku bunga, gangguan rantai pasokan, dan banyak hal lain lagi . Belum masalah-masalah itu teratasi, muncul gejolak lain seiring dengan runtuhnya SVB (Silicon Valley Bank) dan Signature Bank di Amerika dan krisis Credit Suisse yang mengkhawatirkan dunia perbankan  serta perekonomian global.
Bagi bank secara global, kombinasi volatilitas ekonomi makro dan gangguan geopolitik pada tahun 2022 dan berlanjut dengan krisis lembaga keuangan di tahun 2023 membalikkan banyak asumsi dan mengakhiri stabilitas relatif selama lebih dari satu dekade. Dunia perbankan terus menekan laba industri, dengan sedikit ekspektasi perubahan haluan dalam waktu dekat. Sementara itu, lanskap kompetitif menjadi lebih menantang karena teknologi digital menurunkan hambatan untuk masuk dalam kompetisi. Dengan fintech yang menarik jutaan pelanggan baru, bank menghadapi kebutuhan akan tindakan berani yang semakin mendesak dari hari ke hari.
Dunia perbankan, tidak bisa lagi berdiam diri, tetapi harus lebih agresif dan memahami kebutuhan masing-masing generasi yang berbeda. Dengan demikian, perbankan dapat memenuhi kebutuhan transaksi keuangan dari masing-masing generasi.
Lembaga perbankan, saat ini harus mampu memahami gambaran umum tentang persepsi masing-masing generasi terhadap transaksi keuangan dan perbankan, baik itu Baby Boomers, Gen X, Gen Y, Gen Z, dan Generasi Alpha yang tidak lama lagi juga akan membutuhkan jasa transaksi keuangan sendiri.
Baby Boomers (lahir antara tahun 1946-1964) tumbuh pada masa ketika perbankan masih berkembang dan terjadi revolusi teknologi dalam bidang keuangan. Oleh karena itu, sebagian besar Baby Boomers lebih menyukai transaksi keuangan yang dilakukan secara tradisional seperti menyimpan uang di bank dan melakukan transaksi menggunakan cek atau kartu kredit. Baby Boomers juga cenderung mempertimbangkan reputasi bank atau institusi keuangan dalam memilih tempat untuk menyimpan uang mereka.
Generasi X (lahir antara tahun 1965-1979) merupakan generasi yang tumbuh pada saat teknologi mulai berkembang dengan pesat. Gen X terbiasa dengan transaksi keuangan yang lebih efisien dan cepat, seperti transfer uang secara online dan penggunaan kartu debit atau kredit. Namun, mereka juga masih terikat dengan nilai-nilai tradisional seperti menabung di bank dan mencari investasi yang aman.
Generasi Y (atau Millennials, lahir antara tahun 1980-1995) adalah generasi yang paling terbiasa dengan teknologi. Gen Y mengandalkan aplikasi keuangan dan transaksi online untuk mengelola keuangan mereka. Generasi ini juga cenderung lebih memilih investasi yang berkelanjutan dan sosial serta menganggap keamanan dan privasi data sebagai prioritas dalam melakukan transaksi keuangan.
Generasi ZÂ (lahir antara tahun 1996-2012) tumbuh pada era teknologi modern dan terbiasa dengan berbagai aplikasi keuangan dan pembayaran digital. Gen ZÂ cenderung lebih memilih metode pembayaran non tunai dan lebih terbuka terhadap teknologi baru seperti mata uang kripto dan pembayaran melalui dompet digital.
Generasi Alpha (lahir setelah tahun 2012) masih sangat muda, sehingga masih sulit untuk menggambarkan persepsi mereka terhadap transaksi keuangan dan perbankan. Namun, mengingat Generasi Alpha tumbuh dengan teknologi modern dan kemungkinan akan semakin mengandalkan pembayaran digital dan transaksi online.
Untuk memenuhi kebutuhan transaksi keuangan dan memenuhi preferensi masing-masing generasi, perbankan harus dapat menyediakan layanan dan fitur yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi setiap generasi.
Bagi Baby Boomers, Perbankan harus dapat menyediakan layanan dan fitur yang memudahkan mereka dalam melakukan transaksi keuangan tradisional seperti penyimpanan uang di bank, transfer melalui cek, dan kartu kredit. Selain itu, perbankan juga harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan dalam menggunakan layanan online.
Bagi Generasi X, Perbankan harus bisa menyediakan layanan dan fitur yang lebih efisien dan cepat seperti transfer uang secara online dan kartu debit atau kredit. Gen X juga perlu mempertimbangkan nilai-nilai tradisional seperti menabung di bank dan investasi yang aman.
Bagi Generasi Y, Perbankan harus menyediakan layanan dan fitur online yang mudah digunakan dan dapat diakses melalui aplikasi mobile atau web. Fitur seperti pembayaran non tunai, transfer uang melalui aplikasi, dan integrasi keuangan dengan aplikasi yang dapat digunakan secara sosial dapat sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan generasi Y.
Bagi Generasi Z, Â Perbankan harus menyediakan layanan dan fitur yang lebih terintegrasi dengan teknologi digital seperti pembayaran non tunai, transfer uang melalui aplikasi, dan penggunaan teknologi baru seperti mata uang crypto. Gen Z juga cenderung lebih menghargai pengalaman pengguna yang mudah, intuitif, dan terhubung dengan teknologi yang lebih modern.
Bagi Generasi Alpha yang masih sangat muda, belum banyak yang dapat diidentifikasi mengenai kebutuhan mereka dalam transaksi keuangan. Namun, kemungkinan perbankan perlu fokus pada pengalaman pengguna yang lebih mudah dan lebih intuitif untuk memenuhi kebutuhan generasi ini yang semakin bergantung pada teknologi modern.
Secara keseluruhan, perbankan perlu memperhatikan preferensi dan kebutuhan dari setiap generasi untuk memastikan mereka menyediakan layanan dan fitur yang memenuhi kebutuhan masing-masing generasi. Perbankan juga harus memperhatikan inovasi dan perkembangan teknologi yang terus berubah untuk tetap relevan dan beradaptasi dengan kebutuhan konsumen.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup, sebagian besar Lembaga Perbankan telah berupaya untuk menyesuaikan layanan mereka untuk masing-masing generasi. Namun, beberapa bank mungkin masih perlu memperbaiki atau meningkatkan layanan dan produk mereka agar sesuai dengan preferensi dan kebutuhan masing-masing generasi.
Saat ini, banyak bank telah mengadopsi teknologi dan inovasi terbaru dalam layanan mereka, seperti layanan perbankan online dan mobile, pembayaran non tunai, kartu debit dan kredit yang dapat dipersonalisasi, dan layanan integrasi keuangan dengan aplikasi sosial media. Beberapa bank juga menyediakan layanan khusus yang ditujukan untuk melayani generasi tertentu, seperti layanan investasi robo-advisor dan program rewards untuk generasi Millennials dan Gen Z.
Meskipun demikian, masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perbankan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing generasi. Misalnya, beberapa generasi mungkin lebih memilih layanan perbankan tradisional daripada layanan digital atau sebaliknya, sehingga perbankan perlu menyediakan layanan yang fleksibel untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi setiap konsumen.
Dalam rangka untuk tetap relevan dan memenuhi kebutuhan konsumen, perbankan harus terus mengamati dan mempelajari preferensi dan perilaku konsumen, serta mengadopsi inovasi dan teknologi terbaru. Dengan cara ini, perbankan dapat terus meningkatkan layanan dan produk mereka untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi masing-masing generasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H