Langkah Kedua, Pastikan Anda mendefinisikan budaya perusahaan dengan benar dan inklusif.
Pemimpin harus menambatkan budaya ideal pada hasil yang diciptakannya dalam pengalaman insan perusahaan, pengalaman pelanggan (Customer Experience), dan hasil akhir. Hal tersebut memastikan bahwa nilai unik yang dibawa setiap insan perusahaan terus mendorong budaya kinerja tinggi perusahaan ke depan.
Saat mengevaluasi apakah insan perusahaan yang ada saat ini mewujudkan budaya yang diinginkan, rangkul gagasan penambahan budaya. Mengintegrasikan evaluasi budaya ke dalam proses perekrutan atau manajemen kinerja organisasi dapat berfungsi sebagai pos pemeriksaan untuk memastikan bahwa kekuatan individu dihargai dengan tepat untuk nilai yang mereka bawa masing-masing. Hal tersebut akan mampu meningkatkan strategi inklusi perusahaan Anda.
Setiap insan perusahaan yang selaras dengan nilai-nilai organisasi Anda dan berorientasi pada tujuan yang sama berpotensi memberikan dampak positif. Apalagi jika mampu membawa perspektif yang berbeda. Dengan demikian, dapat diharapkan terjadinya keselarasan inovasi, sentrisitas pelanggan, transparansi, dan lainnya antara insan perusahaan dengan perusahaan.
Pada saat para pemimpin tidak dapat secara efektif mengartikulasikan visi budaya mereka, maka ada risiko yang timbul, yakni tim yang ada penuh dengan insan yang berpenampilan, bersuara, dan berpikir sama, serta berkemungkinan bertentangan dengan keinginan mereka sendiri. Homogenitas seperti itu sering terwujud dalam penyelarasan yang sempit dengan status quo organisasi. Tipe pemimpin yang berkembang saat ini adalah mereka yang terbuka terhadap sudut pandang yang berlawanan, sehingga homogenitas bukan hal efektif, inovatif, dan kreatif dalam membangun budaya perusahaan.
Langkah Ketiga, Tentukan bagaimana nilai-nilai Anda mendukung budaya perusahaan yang ideal itu dalam pekerjaan sehari-hari.
Untuk mengidentifikasi dan mengartikulasikan nilai-nilai yang memperkuat budaya perusahaan, bersandarlah pada insan yang berkinerja tinggi dan berada di garis depan dengan pelanggan. Para insan perusahaan yang seperti itulah yang secara aktif membangun dan berkontribusi pada budaya perusahaan setiap hari. Melalui bantuan mereka, susunlah skenario pengembangan yang mungkin terjadi di lingkungan kerja mereka. Skenario tersebut dapat membantu mendorong insan lain untuk berbicara tentang bagaimana mereka dapat menangani situasi yang sama.
Tidak ada jawaban benar atau salah dalam menyusun skenario budaya perusahaan karena tujuan utamanya adalah untuk mempelajari lebih lanjut tentang proses pemikiran dan pendekatan pemecahan masalah seorang pemain bintang untuk memahami bagaimana nilai-nilai dimainkan secara perilaku.
Dengan kondisi perubahan dunia akibat terjadinya pandemi Covid-19 yang berkepanjangan sejak akhir 2019 dan situasi ekonomi global yang semakin tidak menentu, maka Anda sebagai pemimpin harus dapat menentukan apakah organisasi Anda bermaksud untuk mempertahankan budaya tempat kerja Anda yang sudah ada sambil memperbaikinya setiap hari seiring perkembangannya. Atau, perlu melakukan transformasi budaya.
Untuk itu, Anda terlebih dahulu harus melakukan audit budaya yang ada saat ini dan memastikan bahwa "budaya ideal" yang akan mendorong pengalaman insan perusahaan untuk mencapai performance sesuai dengan visi misi organisasi. Dan, jika perusahaan Anda sedang mengalami transformasi budaya, Anda juga perlu mempertimbangkan cara membawa insan perusahaan saat ini dalam perjalanan menuju masa depan. Dengan menginvestasikan waktu untuk melakukan audit budaya perusahaan Anda secara objektif, maka Anda harus mengambil langkah pertama untuk mengeluarkan potensi insan perusahaan Anda.
Manajer-manajer lini depan dan tengah akan memengaruhi potensi budaya perusahaan Anda secara lokal dan kolektif. Dengan menyampaikan budaya perusahaan yang jelas dan konsisten, berarti Anda memperlengkapi manajer untuk mewujudkan nilai-nilai yang diinginkan dan melatih insan perusahaan untuk melakukan hal yang sama.