Kecerdasan artificial (Artificial Intelligence) dapat membawa kita pada wawasan baru dan mempercepat laju inovasi. Ketika kecerdasan artificial (AI) menjadi lebih cerdas, maka  berpotensi menghambat kreativitas manusia. AI bisa lebih membantu sekaligus mengganggu perkembangan kemampuan kreatif dan inovasi manusia. Bagi manusia yang sadar, AI akan membantu, sementara bagi manusia yang terlena di zona nyaman, maka AI akan menjadi penghambat kemajuan.
Jika kita hanya mengandalkan teknologi, AI, algoritme pembelajaran mesin, dan komputer, maka kita akan semakin kehilangan sebagian dari kemanusiaan kita. Sebelum booming AI, terjadinya urbanisasi, industrialisasi, dan pertumbuhan populasi telah membuat banyak interaksi kita sehari-hari sebagai individu menjadi lebih anonim daripada sebelumnya.
Kita sebagai individu telah terbiasa disatukan sebagai 'konsumen'. Â Melalui AI yang memiliki kekuatan, memungkinkan untuk kita mempersonalisasi hubungan dan menjadikan kita 'klien' dengan menyesuaikan layanan kepada kita sebagai individu dengan suka dan tidak suka tertentu. Kondisi beralih kembali seperti model ritel lama di mana penjaga toko lokal sangat mengenal pelanggan mereka, sebagai klien.
Untuk mempercepat laju inovasi, AI memberikan harapan besar. Namun sebagai manusia, kita harus mampu menghasilkan ide yang lebih banyak dan lebih baik dari AI. Penerapan teknologi AI yang dikendalikan oleh talenta-talenta unggul secara radikal telah memperpendek siklus pengembangan obat, mempercepat desain bahan baru, dan mengembangkan hipotesis baru.
AI (Artificial Intelligence) sesungguhnya tidak dapat menghasilkan ide-ide fundamental baru dengan sendirinya. AI hanya dapat mendukung manusia untuk melakukannya dengan mengkatalisasi kreativitas manusia. Namun, akibat keterlenaan sebagian manusia di zona nyaman, maka AI juga dapat menghambat kreativitas manusia. Seiring AI menjadi lebih cerdas, AI bisa menjadi lebih membantu atau malahan mengganggu perkembangan manusia.
Oleh karena itu, kita harus tahu bagaimana AI dapat mendukung kreativitas manusia. Kita harus paham pada hal mana AI lebih merugikan daripada menguntungkan. Institut Gottlieb Duttweiler dalam sebuah studi terbaru menemukan tiga cara AI dapat mengkatalisasi kreativitas manusia, yaitu sebagai berikut:
Pertama, Identifikasi pola
AI dapat membantu yang sering terlewatkan oleh manusia saat mengidentifikasi pola dalam kumpulan data besar untuk mengembangkan hipotesis baru. Â Misalnya, para peneliti telah menggunakan pembelajaran mesin untuk memprediksi kombinasi kimia mana yang dapat membantu memproduksi aki mobil. Hasilnya, para peneliti menemukan empat opsi yang menjanjikan untuk diuji dalam lingkungan kehidupan nyata. AI Â dapat pula menyajikan konten yang lebih mudah dicerna daripada data dan angka biasa. Algoritme belajar mandiri dari Generative AIÂ (kecerdasan artificial generatif) dapat menulis teks lengkap, berbicara langsung melalui suara yang dihasilkan komputer, bahkan membuat karya musik yang emosional.
Kedua, Berikan gambaran yang lebih besar
Memotong dan secara otomatis menganalisis sejumlah besar informasi dari berbagai sumber dengan memfilter, mengelompokkan, dan memprioritaskannya mampu dilakukan AI dengan baik. Membuat grafik pengetahuan dan membantu manusia mengidentifikasi asosiasi antara data yang tampaknya tidak terhubung juga dapat dilakukan dengan baik oleh AI. Kemampuan AI tersebut dapat digunakan dalam penelitian obat untuk mengidentifikasi interaksi antara zat yang berbeda, mengembangkan terapi baru dan mengurangi efek samping. Saat ini, ChatGPT sebagai model kecerdasaan artificial generatif dapat menjelaskan hubungan yang rumit tanpa kita harus membaca banyak situs web dan artikel.