Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Manusia Lebih Cerdas dan Kreatif daripada Kecerdasan Artificial

22 Februari 2023   10:18 Diperbarui: 22 Februari 2023   10:21 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Manusia Lebih Cerdas dan Kreatif daripada Kecerdasan Artificial (by Merza Gamal)

Ketiga, Panduan eksperimen

Memandu eksperimen dengan memprediksi hasil eksperimen menggunakan data yang ada dan menghilangkan bagian yang dianggap tidak menjanjikan dapat dilakukan AI. Misalnya, Rolls-Royce menggunakan jaringan saraf untuk mengembangkan superalloy baru dengan kombinasi biaya, kepadatan, stabilitas, ketahanan oksidasi, dan masa pakai yang optimal.

Kecerdasan artificial generatif telah menerima banyak perhatian melalui generator gambar atau teks AI, seperti DALL-E 2 dan ChatGPT yang diterbitkan oleh OpenAI. Selain itu, Autodesk sedang mengembangkan alat desain generatif yang membuat konsep desain objek sepenuhnya sendiri. Misalnya, pendarat antarplanet menjadi lebih ringan daripada yang dirancang manusia. Alat-alat kecerdasan artificial generatif semacam itu telah mendorong prediksi bahwa "manusia beralih dari pencipta menjadi kurator".

Namun demikian, AI memiliki batas dalam mendukung kreativitas manusia. AI tidak dapat mendukung semua keterampilan yang penting untuk pengembangan ide. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa konferensi yang menginspirasi sesama sejawat, aktivitas kita mempelajari keterampilan baru melalui pertemuan santai, melakukan refleksi, dan melamun merupakan hal-hal penciptaan ide yang tidak/belum bisa dilakukan oleh AI. AI tidak dapat me-replikasi pengalaman kehidupan nyata atau interaksi pribadi seperti itu.

Jika harus memikirkan hasil khusus dan menambahkan domain pengetahuan baru saat bepergian dan saat berimprovisasi, maka AI akan mengalami kesulitan. Misalnya, alat AI yang mengoptimalkan rute penerbangan terkait emisi CO2 tidak akan menyarankan untuk melakukan peralihan ke transportasi melalui kereta api atau rapat melalui konferensi video tanpa bepergian. AI hanya melakukan apa yang diperintahkan, terikat oleh data yang kita berikan dan target yang kita tetapkan sebagai manusia.

Dengan demikian, AI diharapkan bisa mengambil alih tugas-tugas biasa dan berulang, sehingga memungkinkan kita menjadi lebih manusiawi dan kreatif. Sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris memperkirakan bahwa AI sebagai asisten manusia bisa mengurangi waktu kerja sebanyak dua minggu per tahun.  

Pengurangan waktu karena kita menggunakan AI merupakan sesuatu yang sangat berharga untuk kreativitas. AI tidak dapat mendukung semua aktivitas yang mengarah pada ide-ide baru, seperti bertukar dan mendiskusikan ide secara interaktif dengan orang lain atau bersantai dan berefleksi. Oleh karena itu, seharusnya dengan menggunakan AI, waktu kita untuk berkreativitas dan melakukan inovasi menjadi lebih banyak, bukan sebaliknya.

AI memiliki potensi untuk mengembalikan sesuatu yang lebih berharga kepada kita, yakni waktu untuk mengalami hal-hal baik dalam hidup. Teknologi AI yang mampu mencuci piring, mencuci pakaian, dan mengendarai mesin pemotong rumput bisa membebaskan kita dari pekerjaan rumah tangga. Biarkan mesin menangani gangguan waktu kita untuk pekerjaan fisik, sementara kita berkonsentrasi pada apa yang benar-benar penting bagi kita sebagai manusia.

Banyak aktivitas sehari-hari dapat didukung oleh teknologi digital berbasis AI. Namun sayangnya, semakin AI berhasil mengalihkan perhatian kita, hal itu menghalangi kita dari aktivitas yang lebih kreatif karena terlena di zona nyaman. Oleh karena itu, kita harus mampu menolak gangguan AI, baik dalam kehidupan pribadi kita dan di tempat kerja .

Sebagai orang tua, kita harus bisa mempertimbangkan dampak AI terhadap keseimbangan di layar dan di luar layar anak-anak kita. Sebagai seorang manajer, kita bisa untuk meningkatkan kreativitas dan di mana hal itu mengalihkan perhatian karyawan dari aktivitas yang lebih kreatif melaui refleksi layar dan brainstorming.

Apabila kta berpuas diri dengan AI, maka ke depan ide-ide yang paling sukses kemungkinan besar tidak akan datang. Ide-ide cemerlang tidak hanya datang dari para pemikir yang cerdas saja, tetapi akan dihasilkan oleh mereka yang terbaik dalam mengemudikan mesin cerdas dengan penuh perhatian sambil tetap teguh di kursi pengemudi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun