Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Gen Z Berbeda dengan Generasi Milenial dalam Dunia Kerja

17 Februari 2023   18:50 Diperbarui: 25 Februari 2023   04:45 1971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih banyak orang yang memasukkan Gen Z ke dalam Generasi Milenial (Gen Y). Mereka merupakan dua generasi yang berbeda. Gen Z merupakan anak-anak muda yang lahir sekitar tahun 1997-2010, sementara Generasi Milenial (Gen Y) lahir antara tahun 1980-1996.

Hal yang sama di antara kedua generasi tersebut dalam dunia kerja adalah Milenial dan Gen Z lebih suka berada di perusahaan/institusi tempat mereka bisa menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri. 

Mereka ingin memaksimalkan potensi mereka sambil mempelajari keterampilan baru dalam lingkungan yang sangat kolaboratif dan suportif.

Pada awal generasi Milenial memasuki dunia kerja, mereka diidentifikasi oleh perspektif dramatis yang mereka bawa ke berbagai organisasi.  Penyesuaian seperti itu diperkuat oleh Gen Z. Namun dalam menyikapi pekerjaan, banyak terdapat perbedaan di antara keduanya.

Generasi Milenial paham teknologi, ambisius, dan suka bekerja dalam tim. Mereka memiliki keinginan untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik, dan suka melakukan berbagai hal dengan cara mereka. 

Beberapa Manajer dari generasi sebelumnya menganggap mereka malas, fokus pada diri sendiri, dan tidak sabar, sehingga sulit diatur. 

Namun, setelah disadari, sebenarnya Generasi Milenial menawarkan seperangkat keterampilan dan pola pikir yang sangat cocok dengan tantangan yang dihadapi organisasi saat ini.

Oleh karena itu, seorang manajer dari generasi sebelumnya, perlu memahami cara berpikir Generasi Milenial, apa yang mereka cari di tempat kerja, dan bagaimana menginspirasi mereka untuk menyumbangkan bakat unik mereka.

Generasi Milenial dibesarkan di masa yang relatif sejahtera oleh Baby Boomers dan orang tua Gen X yang ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. 

Akan tetapi, ketika mereka tumbuh dewasa mengalami cukup banyak cerita terorisme serta kekerasan domestik dan internasional. Oleh karena itu, mereka mengembangkan pandangan gambaran besar dan haus akan hal-hal yang menjadi lebih baik di dunia mereka.

Ketika Generasi Milenial memasuki tempat kerja dipenuhi oleh empat generasi berbeda (Veteran Generation, Baby Boomers, Gen X, dan Gen Y). 

Mereka masing-masing membawa seperangkat perspektif, nilai, perilaku, dan preferensi sendiri yang akan memengaruhi cara mereka bekerja dan cara mereka bekerja dengan generasi lain. 

Langkah pertama saat masuk kerja adalah mengenal setiap generasi untuk menciptakan tempat kerja yang berkembang dan harmonis di mana kolaborasi dan inovasi lintas generasi dapat terjadi.

Generasi Milenial memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada organisasi karena mereka merupakan generasi yang penuh kepercayaan dan optimis yang melek teknologi jauh melebihi generasi sebelumnya. 

Para Milenium (sebutan bagi generasi milenial) dapat menyerap data dalam jumlah besar, dan mampu memberikan nilai tinggi pada penyebab sosial di mana mereka dapat bersatu dengan orang lain untuk mencapai perubahan. 

Image:  Gen Z Berbeda dengan Generasi Milenial dalam Dunia Kerja (by Merza Gamal)
Image:  Gen Z Berbeda dengan Generasi Milenial dalam Dunia Kerja (by Merza Gamal)

Umumnya mereka berpendidikan tinggi dan ingin berkontribusi, meskipun terkadang mereka tidak sabar.

Sementara Generasi Milenial mulai mendapatkan posisi di tempat kerja, para Veteran Generation dan Baby Boomers memasuki masa pensiun. Di saat hampir bersamaan, Gen Z mulai masuk ke dalam dunia kerja.

Hal menarik tentang Gen Z adalah mereka tidak pernah mengenal dunia tanpa internet. Sepanjang hidup mereka, boleh dikatakan Gen Z telah secara aktif menggunakan smartphone, tablet, dan teknologi seluler. 

Sementara generasi yang lebih tua ketika menggunakan perangkat-perangkat tersebut, harus beradaptasi dan belajar terlebih dahulu. Berbeda dengan Gen Z, teknologi internet dan seluler telah terjalin dalam pengasuhan mereka sejak mereka lahir. 

Dengan demikian tentu saja memengaruhi cara mereka berkomunikasi, terhubung, belajar, mencari informasi, berperilaku sebagai konsumen, dan menjelajahi dunia.

Gen Z besar saat berbagai krisis terjadi, dan pandemi Covid-19 menghantui dunia. Mereka menjadi lebih banyak di rumah, bersekolah dari rumah, dan melakukan berbagi kegiatan melaui jaringan online. 

Oleh karenanya, Gen Z berharap untuk memperbaiki dunia. Mereka memiliki idealisme untuk membayangkan masa depan yang lebih baik dan keterampilan serta kecerdasan untuk mewujudkannya apakah itu dengan membantu orang miskin, menyelamatkan lingkungan, atau mengakhiri tunawisma.

Menurut Online Optimism, generasi Gen Z memiliki rentang perhatian yang lebih pendek dibandingkan Generasi Milenial. Mungkin banyak yang berpendapat bahwa Milenial tumbuh di sekitar teknologi yang sama. 

Namun sebenarnya berbeda, Milenium memiliki rentang perhatian mereka sedikit lebih lama, sekitar 12 detik dari Gen Z karena mereka tidak selalu memiliki akses luas ke teknologi pada anak usia dini seperti yang dimiliki Gen Z.

Gen Z tumbuh pada lingkungan yang sangat merangsang dengan teknologi yang terus-menerus menjadi bagian dari pendidikan mereka. Oleh karena itu, Gen Z menjadi terbiasa untuk selalu melihat sesuatu yang baru, baik itu iklan produk baru atau teknologi baru. 

Gen Z tumbuh di Era Digital dan terus-menerus diperkenalkan pada hal-hal baru, sehingga sudah menjadi kebiasaan untuk memiliki banyak perangkat digital dalam satu rumah tangga.

Smartphone, computer, peralatan rumah, hingga sistem permainan berbasis digital adalah menjadi hal yang tradisional dalam kehidupan mereka. 

Gen Z dengan banyak perangkat, menjadi terbiasa melakukan banyak tugas dan berpindah antar aktivitas dengan kecepatan tinggi. 

Gen Z tumbuh dengan informasi apa pun yang mereka butuhkan tepat di ujung jari mereka. Aksesibilitas sepeti itu akhirnya menyebabkan individu Gen Z mengembangkan rentang perhatian yang lebih pendek.

Survei Milenial 2016 yang dilakukan oleh Deloitte menemukan 16,8 persen Milenial menilai peluang karir dengan keseimbangan kehidupan kerja yang baik, diikuti oleh 13,4 persen yang mencari peluang untuk maju dan 11 persen mencari fleksibilitas; misalnya, kerja jarak jauh dan jam kerja fleksibel.

Generasi Milenial ingin bersenang-senang dan mendapatkan bayaran untuk melakukannya. Para Milenium suka melihat dampak yang mereka berikan pada perusahaan dengan angka dan evaluasi. 

Generasi Milenial ingin mandiri dalam pekerjaan mereka dan memiliki lebih sedikit micromanager di ruang mereka. Pemberi kerja, perlu memberi kesempatan kepada Milenial sebelum menganggap mereka tidak akan menjadi pekerja jarak jauh yang sukses.

Berbeda dengan Gen Z yang menyukai fleksibilitas yang tidak melihat jam kerja secara ketat antara jam 9 pagi dan 5 sore. Banyak Gen Z yang lebih suka bekerja sangat pagi atau sore hari dan di akhir pekan. 

Penelitian yang dilakukan oleh Glassdoor menunjukkan bahwa jam kerja yang fleksibel tercantum dalam tiga "pro" teratas dalam bekerja di tempat kerja merupakan lingkungan kerja yang tepat bagi Gen Z.

Pilihan kerja yang fleksibel menarik bagi Generasi Z karena mereka dapat menyusun pekerjaan dan kehidupan pribadi agar sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka. 

Teknologi digital telah memungkinkan lebih banyak peluang untuk opsi kerja jarak jauh atau kerja hybrid. Namun, meskipun mereka menginginkan struktur kerja yang fleksibel, Gen Z tidak serta merta menganut budaya kerja jarak jauh sepanjang waktu.

Saat pandemi Covid-19 mendorong pengalaman kerja jarak jauh terbesar di dunia bertepatan dengan awal mula Gen Z gelombang pertama memasuki dunia kerja. 

Gen Z yang memang memiliki kehebatan dan kedekatan dengan teknologi, merasa bekerja dari rumah jauh lebih menantang daripada rekan kerja mereka yang lebih tua.

Kehidupan Gen Z yang terkoneksi ke internet secara konstan membuat mereka cenderung membandingkan kehidupan mereka dengan orang lain. Gen Z juga sangat terlibat dalam masalah dunia yang besar, dan mendukung gerakan sosial seperti Black Lives Matter, hak transgender, dan perubahan iklim. Gen Z menganggap dirinya lebih menerima dan berpikiran terbuka daripada generasi sebelumnya.

Image: Strategi Financial Gen Z berbeda dengan Generasi Milenial yang lebih boros (File by Merza Gamal)
Image: Strategi Financial Gen Z berbeda dengan Generasi Milenial yang lebih boros (File by Merza Gamal)

Hal utama yang membedakan mayoritas Gen Z adalah mengambil kendali masa depan keuangan mereka sejak usia muda. Mereka berhati-hati dengan keuangan mereka karena tumbuh selama krisis keuangan global. 

Gen Z selektif dengan pilihan universitas dan menghindari gaya Milenial dengan fasilitas hutang mahasiswa. Gen Z mengenal kewirausahaan sejak usia muda yang berbeda dengan banyak rekan Milenial mereka yang kurang mandiri dengan ditopang fasilitas dari orangtua..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun