Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Global Economics Intelligence Per Januari 2023; Benarkah Depresi Telah Terjadi?

15 Februari 2023   14:29 Diperbarui: 15 Februari 2023   15:36 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

McKinsey pada awal pekan ini (13 Februari 2023) menerbitkan Global Economics Intelligence (GEI) per Januari 2023. GEI menyediakan data ekonomi makro dan analisis ekonomi dunia, mencakup ringkasan eksekutif tentang tren dan risiko kritis global, serta wawasan terfokus pada perkembangan nasional dan regional terkini. GEI merupakan proyek bersama dari McKinsey's Strategy & Corporate Finance Practice dan McKinsey Global Institute.

Pada artikel ini, Kakek Merza ingin menyampaikan ringkasan laporan GEI per Januari 2023 tersebut. Mungkin bisa menjadi referensi dalam mengambil keputusan bisnis atau sekedar mengetahui kondisi terakhir perekonomian dunia saat ini. Apakah resesi ekonomi dan depresi 2023 yag diramalkan oleh banyak pakar akan terjadi, atau sebaliknya.

Pertumbuhan di sebagian besar ekonomi yang disampaikan dalam laporan GEI tersebut melebihi ekspektasi pesimistis atau mulai membaik. Akan tetapi, inflasi moderat masih tinggi, dan bank sentral tetap melakukan pengetatan.

Kinerja ekonomi dunia pada tahun 2022 hampir pasti melampaui ekspektasi para pakar sebelumnya yang lebih pesimistis, terlepas dari tingginya inflasi tahun ini dan ketidakpastian energi. Demikian pula, perkiraan pertumbuhan untuk tahun 2023 dan 2024 menjadi tidak terlalu buruk. Prakiraan laju pertumbuhan PDB global  menurut IMF pada tahun 2022 adalah 3,2%. Pelambatan dalam waktu singkat, pada sebagian besar analisis,  diperkirakan terjadi pada tahun 2023 disebabkan oleh stagnasi di negara maju dengan rebound pada tahun 2024.

Perekonomian Amerika Serikat dan zona euro menunjukkan ketahanan di paruh kedua tahun 2022. Ekonomi AS tumbuh sekitar 2,9% pada kuartal keempat dan 2,1% pada tahun 2022 secara keseluruhan. Perekonomian zona euro menghindari kontraksi yang diprediksi pada kuartal keempat 2022, meningkat sebesar 0,1% melampaui kuartal sebelumnya dan pada tahun 2023 tumbuh 3,5%.

Pertumbuhan yang relatif kuat pada negara-negara berkembang terbesar di dunia, diharapkan terjadi selama tahun 2023. Di India, di mana PDB meningkat 8,7% pada tahun fiskal 2021--22 (Maret hingga April), perkiraan pertumbuhan PDB resmi untuk tahun fiskal 2022--23 adalah 7%. Di China, laju ekspansi ekonomi melambat dari 8,4% pada tahun 2021 menjadi 3% pada tahun 2022. Penyebab utama melambatnya ekonomi China adalah gangguan yang terkait dengan kebijakan "nol-COVID". Selain itu, permintaan global yang lebih lemah dan ketidakpastian geopolitik yang meningkat memperbesar hambatan ekonomi China.

Pada pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di bulan Januari 2023, Liu He, wakil perdana menteri China dan penasihat ekonomi terkemuka, menyambut investor asing, menekankan bahwa ekonomi China akan meningkat secara signifikan di tahun 2023. China sejak itu telah mencabut pembatasan pandemi utama. IMF (International Monitory Fund) baru-baru ini menaikkan perkiraan pertumbuhannya untuk China di tahun 2023 menjadi 5,2%, dan data ekonomi awal mendukung secara terarah.

Kondisi ekonomi global yang membaik dan risiko penurunan yang terus berlanjut, sebagian besar berpusat pada inflasi dan ketidakpastian geopolitik. Inflasi mulai melambat baik di negara maju maupun negara berkembang. Harga energi telah turun, tetapi angka inflasi inti tetap tinggi, dan bank sentral mempertahankan pengetatan kebijakan.

Federal Reserve AS menerapkan kenaikan suku bunga relatif kecil pada tanggal 1 Februari 2023 sebesar seperempat poin, sehingga suku bunga kebijakan menjadi 4,5--4,75%. The Fed mengisyaratkan bahwa kenaikan lebih lanjut dapat terjadi pada tahun 2023. Sementara itu, Bank of England pada tanggal 2 Februari 2023 menaikkan suku bunga utamanya tiga perempat poin, ke kisaran 3,5--4% yang merupakan rekor tertinggi dalam 14 tahun. Bank Sentral Eropa ikut pula menaikkan suku bunga refinancing utamanya setengah poin, menjadi 3%. (Lihat Image-01).

Meskipun rasa optimisme masih jauh, namun keyakinan konsumen meningkat secara global pada sebagian besar ekonomi yang disurvei GBI, Harga tinggi dan kehati-hatian konsumen terus membatasi penjualan eceran di berbagai negara di belahan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun