Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Saat Pasangan Hidup Divonis Kanker Stadium Lanjut (Perjuangan Belum Selesai)

30 Januari 2023   13:11 Diperbarui: 20 Januari 2024   18:21 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Istri saya menjalankan proses kemoterapi sebanyak 8 kali dalam waktu enam bulan (by Merza Gamal)

Diary Sebelumnya:

Tim Dokter memvonis pasangan hidup saya menyitas kanker stadium III D menjelang stadium IV dan secara medis kemungkinan usianya tinggal 3-6 bulan dan harus dilakukan tindakan mastektomi (pengangkatan payudara) untuk berpacu dengan pertumbuhan sel ganas. Apakah Operasi Mastektomi adalah akhir perjuangan hidup pasangan saya dalam berjuang melawan ganasnya kanker...???

Ikuti kisah berikut ini:

Setelah tiga hari operasi dilakukan tim dokter kembali melakukan pemeriksaan terhadap hasil operasi istri saya. Sore itu saya pun bertemu dokter kembali, dan menyatakan bahwa hasil operasi semua baik, dan istri saya besok sudah bisa pulang ke rumah dari perkiraan seminggu istri saya baru bisa keluar rumah sakit. Dan seminggu kemudian harus kembali ke rumah sakit untuk mengganti kantong penampung cairan yang keluar dari area payudara yang baru diangkat dalam operasi yang lalu.

Setelah 2 kali penggantian kantong penampung cairan. Istri saya pun kembali menjalani serangkaian pemeriksaan. Dari serangkaian pemeriksaan tersebut, ternyata ditemukan bahwa ada sel kanker dalam kelenjar getah bening di tubuh istri saya. Ya, Allah, apalagi yang harus kami lakukan untuk itu...???

Untuk menghambat penyebaran sel kanker tersebut, istri saya harus menjalani kemoterapi selama 6 bulan setiap 3 pekan sekali. Artinya istri saya akan menjalankan proses kemoterapi sebanyak 8 kali dalam waktu enam bulan. Saya betul-betul memasrahkan diri kepada Allah Sang Maha Kuasa atas makhlukNya dan segala isi alam semesta.

Kemudian istri saya akan ditangani oleh tim dokter yang akan menangani kemoterapi untuk istri saya yang terdiri dari berbagai disiplin kedokteran. Ada dokter internist, dokter jantung, dokter darah, hingga ke dokter gizi. Dari hasil pemeriksaan, kembali saya mendengarkan dari dokter yang menjadi lead proses kemo yang berbeda dengan lead untuk operasi istri saya, bahwa sel kanker yang ada dalam tubuh istri saya sangat ganas dan saya harus tabah dalam menghadapi semua ini.

Proses kemo pun dimulai di awal Oktober 2014. Istri saya berusaha bercerita banyak tentang penyakitnya kepada si bungsu agar dia tidak kaget pada saat rambut istri saya rontok dan kulitnya menghitam seperti yang dialami para penyitas kanker yang menjalani kemoterapi. Akan tetapi. Di luar dugaan si bungsu saya malah balik menghibur Bundanya, bahwa Bundanya akan tetap cantik, apalagi Bunda berkerudung sehingga orang lain juga tidak akan melihat Bunda botak kepalanya. Si bungsu  berkata bahwa penyanyi Sinead O'Connor yang botak malah cantik dan banyak penggemarnya.

Image: Istri saya menjalankan proses kemoterapi sebanyak 8 kali dalam waktu enam bulan (by Merza Gamal)
Image: Istri saya menjalankan proses kemoterapi sebanyak 8 kali dalam waktu enam bulan (by Merza Gamal)

Sejak tahu ibunya kanker dan akan dioperasi beberapa bulan sebelumnya, si bungsu yang biasanya manja berubah menjadi mandiri dan selalu dekat dengan Bundanya. Seperti seorang dewasa yang menjaga Bundanya dan siap untuk melakukan segala sesuatunya untuk Bundanya.

Sejak Bundanya ketahuan menyitas kanker, anak-anak pulang sekolah tidak lagi dijemput oleh Bundanya, tetapi dijemput oleh sopir. Sejak habis operasi, istri saya menjadi cepat lelah dan tidak diperkenankan mengangkat sendiri benda apa pun dengan tangannya, agar tidak terjadi pembengkakan di dada dan tangannya. Sehingga, kamipun menggaji seorang pengasuh untuk mendampingi istri saya, terutama pada jam kerja di mana saya dan anak-anak tidak di rumah.

Sepulang sekolah, anak-anak bergantian mendampingi Bundanya. Kanker telah menyebabkan anak-anak cepat dewasa sebelum waktunya. Mereka menjadi pribadi-pribadi yang sabar dan penuh tenggang rasa. Apalagi saya masih tugas keliling Indonesia, meski sudah jauh berkurang dari sebelum istri saya divonis kanker. Sehingga anak-anak semakin dewasa pada saat saya tidak ada di rumah.

Sebagai penyitas kanker, istri saya pun bergabung dengan komunitas penyitas kanker untuk saling menguatkan di antara mereka. Namun, tidak sedikit berita seidh datang dari komunitas tersebut. Banyak yang tidak kuat menjalankan proses penyembuhan mereka atau pun sekedar proses usaha memperpanjang usia mereka. Hal tersebut terjadi bukan saja karena kejamnya sel kanker yang menyerang tubuh mereka, tetapi juga beban mental yang semakin berat mereka pikul.

Beberapa penyitas kanker yang sedang berjuang menyerah karena sejak mereka menjalankan proses operasi, kemo, penyinaran, dan lain sebagainya, mereka tidak bisa berfungsi menjalankan tugasnya sebagai pasangan suami istri. Beberapa pasangannya berselingkuh dan bahkan ada yang kawin lagi karena pasangan tidak bisa memberikan nafkah batin.

Image: Istri saya tetap shalat  lima waktu di tengah sakitnya proses kemoterapi (Photo by Merza Gamal)
Image: Istri saya tetap shalat  lima waktu di tengah sakitnya proses kemoterapi (Photo by Merza Gamal)

Saya sebagai suami yang juga mengalami kondisi itu hanya tidak habis pikir, mengapa mereka melakukan hal itu? Apakah cinta yang mereka ikrarkan di kala pasangannya sehat bisa luntur hanya gara-gara hasrat seksualnya tidak dapat dipenuhi sementara oleh pasangannya. Belum lagi masalah materi, karena menjalankan sekali kemoterapi membutuhkan biaya jutaan, bahkan ada yang obatnya hingga ratusan juta sekali kemo.

Oleh karena itu, perlu dipahami, bahwa bagi seorang penyitas kanker bukan hanya berjuang melawan ganasnya serangan sel kanker, tetapi juga permasalahan yang juga sangat berat dalam menjalankan semua proses untuk memperpanjang usia dan memperoleh kesembuhan.

Waktu pun berlalu, istri saya alhamdulillah mampu melewati masa-masa kemoterapi selama enam bulan dengan 8 kali tindakan. Rambut istri saya, sebagai mahkota yang dibanggakan kaum wanita pun luruh, kulit tangan bekas jarum-jarum proses kemoterapi pun menghitam. Namun, ketegaran terlihat dalam sorot matanya. Jarang orang yang mengetahui bahwa istri saya adalah penyitas kanker yang menjalani kemoterapi.

Image: Istri saya menyempatkan diri hadir sebentar di pernikahan keponakan di antara proses kemoterapi selama 6 bulan (by Merza Gamal)
Image: Istri saya menyempatkan diri hadir sebentar di pernikahan keponakan di antara proses kemoterapi selama 6 bulan (by Merza Gamal)

Ketika sanak saudara dan handai taulan datang ke rumah bermaksud mengunjungi dan memberikan semangat ke istri saya, tapi yang mereka temukan adalah seorang wanita tegar dan anggun serta tidak terlihat sama sekali seperti orang sakit. Bahkan, ketika istri saya ikut menghadiri beberapa acara keluarga, seperti pernikahan keponakan kami, tidak tampak istri saya sedang berjuang dengan kankernya. Selama proses kemoterapi pun, para dokter dan tim kesehatan lainnya kagum dengan ketegaran istri saya dan mereka merasakan istri saya benar-benar kuat menjalani semua proses kemoterapi. Dan, hal itu jarang meraka temukan pada pasien lain.

Orang-orang baru seakan tidak percaya bahwa istri saya sedang berjuang melawan ganasnya sel kanker yang ada di tubuhnya, pada saat dia melepaskan kerudungnya. Saat kerudung dilepaskan, terlihatlah kepala istri saya yang plontos tak berambut. Dan, ketika lengan bajunya disingsingkan, terlihat hitam-hitam di sekujur aliran nadinya.

Ketika mereka pulang dari rumah kami setelah melihat istri saya, mereka menelepon atau bertemu saya dan menyatakan bahwa mereka tidak menyangka betapa kuatnya istri saya menghadapi semua itu dan tak terlihat sama sekali bahwa dia sedang berjuang untuk memperpanjang usia dan melawan ganasnya sel kanker yang menyerang tubuhnya.

Bersambung...

Ikuti kisah selanjutnya, setelah proses kemoterapi terlewati, saya dan istri beserta anak-anak atas izin dokter pun berangkat umrah untuk berdoa dan memohon kepada Sang Maha Kuasa di Baitullah agar memberikan yang terbaik untuk Bundanya anak-anak dan tidak ada lagi kanker ganas yang menyerang tubuh istri saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun